"Naresha, saya titip laporan ini untuk Mr. Adam ya."
Aku menghentikan pekerjaanku untuk melihat laporan apa yang diberikan oleh Santhy bagian keuangan yang beberapa menit lalu menghubungiku.
"Ini laporan keuangan bulan lalu." Lanjutnya.
"Iya mbak, nanti saya sampaikan."
Aku menerima laporan itu dan menatanya bersama dengan tumpukan laporan yang lain. Sudah satu tahun aku bekerja di Adam's Corp. Salah satu perusahaan besar yang bekerja di banyak bidang. Awalnya aku melamar bekerja dan diterima di bagian keuangan tetapi karena sekretaris CEO perusahaan ini mengundurkan diri karena menikah, aku yang cukup berpengalaman menjadi sekretaris dadakan ketika membantu ayah mendapat rekomendasi untuk mengisi kekosongan ini.
Sebenarnya sekretaris utama Mr. Adam adalah Diandra, wanita yang bekerja dalam bidang kesekretariatan ini sudah lama bekerja dengan Mr. Adam, namun karena banyaknya pekerjaan yang harus dia kerjakan, sehingga Mr. Adam memutuskan memiliki dua sekretaris agar kinerja karyawannya tidak menurun.
Jadilah aku disini menjadi sekretaris yang berurusan dengan karyawan kantor yang mana hari ini banyak sekali laporan yang diminta Mr. Adam dari semua bagian di perusahaannya. Laporan-laporan itu, dari yang aku tahu dari pemberitahuan Mbak Diandra, akan digunakan untuk persiapan pergantian kepemimpinan. Mr. Adam ingin anaknya bisa mempelajari dahulu semua seluk beluk tentang perusahaan yang ia wariskan pada putra semata wayangnya itu.
Selama bekerja disini, aku menilai Mr. Adam adalah seorang atasan dan kepala keluarga yang baik. Tidak pernah sekalipun masalah dalam perusahaan gagal ia selesaikan. Dari rumor dan pengamatan seadanya, Mr. Adam tidak pernah kerepotan membagi waktu untuk keluarga dan pekerjaan.
"Naresha..."
Aku mengedipkan mata, tersadar dari lamunan.
"Kamu ini, dari tadi saya ngomong malah asik melamun aja."
"Iya mbak, ada apa?"
"Mr. Adam masih cuti ya hari ini?"
Santhy yang sedari tadi belum beranjak setelah menyerahkan laporan mulai mengambil duduk di hadapanku.
"Iya mbak. Masih cuti. Katanya mau kasih kejutan buat ulang tahun istrinya."
"Yaampun. Pasangan itu sumpah selalu bikin iri."
Aku cukup mengenal Santhy karena dulu dia yang menjadi mentorku saat aku masih menjadi anak magang. Biasanya karyawan baru memang didampingi selama 3 minggu dan sudah harus bisa berkembang sendiri atau kami tidak akan mendapat perpanjangan kontrak.
"Mereka itu keluarga yang gak pernah kedengaran ada masalahnya. Duh, bahagia banget kalau saya jadi Nyonya Adam."
Aku tersenyum mendengar celotehan wanita di depanku ini.
"Yang kelihatan baik di depan belum tentu baik di dalam, mbak."
Kini aku melanjutkan pekerjaanku, ada beberapa laporan yang harus kukirim via e-mail siang ini kepada Mr. Adam.
Santhy terkekeh. "Yaampun. Kamu ini pendiem, tapi kalau ngomong, sering gak enak di denger, tapi kok bener ya?"
Aku hanya membalasnya dengan senyum, konsentrasiku tidak boleh terganggu karena ada beberapa angka yang harus kuperhatikan sebelum mengirim laporan ini.
"Makanya buruan cari pacar Sha, siapa tahu mulut kamu makin manis kalau berkata-kata."
"Mbak.."
Aku mengerutkan kening. Pasalnya Santhy kerap kali berusaha mengenalkan aku pada laki-laki. Mulai dari rekan kerja hingga teman suaminya. Tapi saat ini, mencari pacar bukanlah prioritasku. Ya, sejak aku memutuskan hubungan dengan lelaki itu, aku tidak berencana untuk dekat lelaki manapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAMENTATION
RomanceSLOW UPDATE, PRIVATE ACAK, 18+ bukan angka untuk menunjukkan adanya adegan ena-ena. Tapi menunjukkan konten yang bisa dicerna oleh usia tersebut. Kedewasaan pembaca dalam menyikapi sebuah kisah dalam cerita ini sangat diharapkan. Jadi, dewasa sebelu...