Sudah tamat dan sudah diterbitkan!
Tersedia dalam Google Play : https://play.google.com/store/books/details?id=ppFRDwAAQBAJ
Bagi Amara, Liam itu player berengsek yang harus dijauhi
Tetapi ironisnya, ketika ayahnya memberi ultimatum pada Amara, ia m...
Amara bukan tipe yang gemar berpesta. Tapi, ia belajar menyukainya. Seperti ia belajar menyukai hal lainnya.
Alasannya? Sederhana. Karena ia adalah Amara Winters. Dengan posisi dan nama besar keluarganya, ia memanggul tanggungjawab besar untuk menjaga nama baik Winters.
Ia tidak mengatakan bahwa ia tidak menikmati pesta. Tidak semua pesta berkesan buruk. Lagipula, ia sudah belajar menyesuaikan diri. Namun, ada hal-hal yang memang tertancap begitu dalam sehingga ia nyaris tidak bisa melakukan apa-apa untuk mengubahnya.
Pesta ulang tahun Walikota Quinn pasti akan menjadi salah satu dari pesta-pesta yang menurut Amara layak untuk dihadiri. Tapi, ia mungkin terlalu tolol atau kewaspadaannya telah menurun jauh sehingga tidak terlintas dalam pikirannya bahwa sosok itu sangat mungkin muncul di sana.
Dan mengacukan mood Amara. Or worse.
"Amara Winters?"
Bahkan tanpa menoleh, Amara pasti mengenali suara itu di manapun ia berada. Ia menegang, bahkan genggamannya pada gelas sampanye juga turut mengencang, nada melecehkan itu hanya mungkin dimiliki oleh satu orang.
Amara menoleh enggan dan senyumnya tak behasil muncul ketika ia menatap wajah pria itu. Salah satu senator termuda dalam sejarah Amerika. Cinta pertama Amara yang membuatnya tergila-gila. Pria yang pernah mengisi hatinya dengan begitu banyak harapan hanya untuk menghancurkan segalanya dalam satu malam yang singkat.
Jason Anderson.
Bahkan namanya saja menimbulkan rima yang enak untuk diucapkan. Tidak heran kalau dulu Amara memujanya. Pria itu adalah karisma yang sebenarnya – tinggi, tegap dengan otot-otot di tempat yang tepat, ukuran tubuhnya tidak berlebihan, wajah tirusnya cerdas dengan sepasang mata tajam yang mampu menyihir semua orang. Amara jatuh cinta pada pria itu ketika ia mendengar Jason berpidato - kakak kelasnya yang saat itu menjabat sebagai ketua organisasi di universitas tempat Amara baru saja menjadi mahasiswa tahun pertama.
Maybe she was a late bloomer... bahkan untuk jatuh cinta saja, ia membutuhkan waktu nyaris dua puluh tahun. But she fell so hard. Jason adalah impian semua wanita. Amara tidak berbicara soal fisik dan latar belakang - tapi Jason sebagai pribadi yang cerdas, pria berkarakter dengan wibawa yang sepertinya dibawa sejak lahir dan Amara selalu yakin kalau pria itu akan sukses, bahkan tanpa perlu mengandalkan koneksi keluarga.