Rindu

16 2 0
                                    

'Aku sebel tau. Kenapa sih kita jauh banget? Aku kesel liat orang pacaran di kereta. Aku kangen kamu.'

Sama. Aku mau bilang aku juga rindu. Tapi aku selalu takut bilang duluan. Kamu tahu kenapa? Karena rinduku serius. Tapi kamu biasanya menanggapi dengan bercanda. Lalu aku marah. Rinduku memiliki efek yang buruk. Jadi sebaiknya aku rekam pada tulisan-tulisanku.

Aku rindu Alif. Tempat-tempat makan yang biasa kukunjungi dengan Alif. Menonton film dengan Alif. Jalan-jalan tanpa tujuan dengan Alif. Cerita-cerita Alif yang mengingatkanku pada kakek (Alif kalau bercerita seperti kakek-kakek). Berdebat masalah kesejahteraan tiga 'anak' kami. Humor Alif yang tidak lucu. Kebiasaan bersih-bersih tengah malam Alif. Alif yang malas. Alif yang menjagaku. Aku rindu Alif yang menemaniku ke Braga.

Bahkan kalau aku mampu, mungkin aku sudah beberapa kali nekat menemui Alif di kotanya. Tapi aku tak bisa. Alif juga sama.

Aku hanya bisa mengajaknya bertemu dalam mimpi. Tapi setelah terlelap, yang kutemui hanya gelap. Tak ada Alif.

Sudah dua bulan aku dan Alif tidak bertemu. Aku masih belum bisa percaya padanya. Aku masih suka menuduhnya dan berfikir yang tidak-tidak. Aku masih cemburu dengan penumpang KRL. Aku masih tak tahu kapan kita akan bertemu. Aku masih rindu.

Aku rindu.

Alif aku rindu.

Alif.

Lif.

Mikha rindu Alif.

Biar kujawab kenapa kita jauh.

Karena semesta ingin kita merasakan rindu. Karena sebelumnya kita terlalu mudah bertemu. Jadi mungkin, semesta ingin Mikha dan Alif berusaha.

Aku tunggu ya, Lif. Seberapa lama pun itu, aku akan menunggu...

125 miles ApartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang