Jungwoo POV
.
.
.
.
.
."Aa.. Akhh.."
Aku berusaha membuka mata, ini sangat berat.. Kepalaku terasa amat pening.. Pandanganku belum terlalu jelas. Tunggu, tempat apa ini? Maksudku.. Kamar siapa ini..
"TT..tunggu.. Dimana bajuku? Apa ini?? Pengompres kepala?? "
"Ahh.. Syukurlah..."
Aku masih menggunakan celanaku. Ku kira aku akan bangun di tempat yang tak aku ketahui dan melihat tubuhku terbaring tanpa sehelai benangpun. Okay itu hanya terjadi dalam kisah kisah fan fiction yang tersebar luas di internet.
Aku mencari pakaianku, mungkin ada disekitar ini kurasa... Hingga aku menemukannya terlipat rapi diatas sofa sebelah kasur tempatku berbaring.
Tapi... Tunggu, tidak ada seorangpun disini.. Dan bagaimana aku bisa berakhir di tempat ini..
Aku bingung, masih berusaha mencari alasan mengapa aku berada disini. Yang kuingat hanyalah.. Sekumpulan orang... Sebuah gang kecil.. Seorang wanita.. Hanya itu..
Baiklahh... Kupikir untuk sekedar berkeliling, bukan suatu masalah. Mungkin dia ada diluar atau mungkin aku bisa mencari fotonya agar aku tau siapa dia. Mungkin dia akan meninggalkan surat atau semacamnya.. Lagi lagi, mungkin itu hanya terjadi dalam dunia fan fiction.
Aku terus mencari tapi tidak menemukan apapun selain beberapa buku psikologi yang ditulis dengan Aksara Hangul. Apakah dia orang Korea? Aku rasa begitu.. Untuk apa orang asing membaca buku psikologi dengan tulisan hangul setebal ini? Huhm?!
Apa seharusnya aku menunggunya? Tetapi kurasa aku harus segera pergi. Mungkin tidak sopan meninggalkan seseorang yang telah menolongku- setidaknya memberiku tempat untuk bermalam dan tidak melakukan hal buruk. Walau aku tak tau apa yang sebenarnya terjadi. Maksudku.. Apa dia memang berniat menolongku, atau menginginkan hal lain?
Aku putuskan untuk menulis ucapan terima kasih yang kutulis dengan menggunakan Hangul, dan juga nomor hp ku agar ia bisa memberitahuku siapa dia sebenarnya. Tentu nomor hp pribadiku, bukan nomor manager atau semacamnya.
Kutulis ucapan itu diatas secarik kertas dan kuselipkan dalam buku. Aku meletakan buku itu diatas kasur dan pergi meninggalkan kamar yang ternyata berada dalam sebuah apartment. Siapapun orangnya, dia pasti orang kaya.. Terima kasih.. Tuan tanpa nama..
***
Huh? Dimana ini? Kurasa ini bukan New York maupun Washington. Ahh.. Bagaimana ini..
Aku merogoh saku celanaku mencari handphone dan juga dompetku. 10:30.. Terik matahari sedikit lebih bersinar disini. Ya, suhu udara disini sedikit lebih tinggi dibanding washington. Namun tetap dibawah suhu kota NewYork
Aku menyusuri jalanan kota, tak begitu ramai, tapi setidaknya tidak terlalu sepi. Mungkin karena ini jam kerja dan sekolah, jalanan tidak terlalu ramai.
Kota yang indah- gumamku dalam hati.
Waktu menunjukan pukul 12.13, ini sudah jam makan siang. Ku sempatkan diriku untuk mendatangi kedai makanan cepat saji yang terbilang cukup ramai. Jangan tanyakan apa yang aku pesan. Sekotak pizza dan segelas lemon tea berukuran sedang. Aku tidak suka cola dan hal yang berlebihan.
Sudah sekitar 30 menit aku menikmati makan siangku. Aku putuskan untuk mencari stasiun kereta terdekat dan memesan tiket menuju Washington.
Tak butuh waktu terlalu lama, aku sampai di wahington dan kembali ke hotel tempat aku menginap.
"Ahh lelahnya.." Setelah seharian akhirnya aku bisa merebahkan tubuhku..
***
![](https://img.wattpad.com/cover/145662271-288-k195469.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Goodbye
Fanfiction[STILL ON GOING] An Endless Goodbye. Bukan sebuah salam perpisahan. Hanya saja... Kalimat pertemuan kembali yang tertunda. Bukan selalu tentang cinta. Namun segala hal takan sempurna tanpa sebuah cinta. - - -