3rd Journey

298 32 5
                                    

Author P.O.V

"Masih belum ada kabar tuan, ponselnya juga sudah tidak aktif"

"Apa tidak ada jejak lain? Dia harus cepat ditemukan, aku mengkhawatirkannya"

Byun Baekhyun, seorang sahabat sekaligus rekan kerja Jungwoo Kim. Masih setia memggigit kecil jemari tangannya mengingat telah seminggu ini sahabatnya itu menghilang entah kemana. Beberapa pengawal pribadi Jungwok mengatakan jika terakhir kali mereka melihat tuan nya pergi tak lama setelah senja satu minggu yang lalu. Dia meminta untuk tidak dikawal malam itu.

"Bodoh! Kenapa kalian tidak mengikutinya diam diam! Kalian tau seberapa penting dirinya bukan?!!"

Makian itu terlontar bersama dengan gebrakan meja yang membuat sang pemilik tangan meringis kesakitan. Pria pria dengan setelan bodyguard itu tertunduk menahan tawa yang untungnya tidak diketahui sang majikan.

"Cari tau keberadaannya, jangan harap kalian bisa mendapatkan upah bulanan jika kalian belum juga menemukannya! Keluar dan jangan ganggu aku kecuali kalian memiliki informasi tentang keberadaannya!"

"— kau benar benar.."

Bukan kali pertama pria— manis itu dibuat pusing karena kegiatan menghilang dari sahabatnya itu. Satu tahun lalu dia melakukan hal serupa. Dia pergi dari kantor tanpa meninggalkan kabar, selama kurang lebih seminggu sebelum akhirnya seorang bodyguard menemukan sosoknya tengah berdiri dipuncak namsan tower. Hal itu membuat sahabatnya Byun Baekhyun berfikir jika pria dipuncak namsan itu akan melompat dari atas sana. Memang selalu berlebihan. Boy

***

Jungwoo P.O.V

Cup

Kecupan manis mendarat di bibirku, menyadarkanku yang masih setengah tertidur pagi ini. Yaa.. Aku mengetahui jika ini pagi hari. Mengapa tidak? Suara kekehan renyah menyeruak kedalam rongga telingaku

"Ahahahaha ahahahhahaa bukan begitu Patrick"

Yaa— Spongebob Squarepants. Kekasihku selalu menonton kartun yang sudah entah berapa ribu kali ia tonton.

"Berisik sekali", Ujarku sembari hendak mencari sebuah genggaman yang ternyata sudah lebih dulu ia genggam.

"Selamat pagi sayang", Ucapnya sembari mengelus helaian rambutku yang kurasa sedikit memanjang.

"Aku lapar..", Kugenggam balik tangan besar itu, merasakan tangan besar halusnya yang melindungiku selama ini.

"Tentu saja, aku sudah buatkan sup krim ayam dengan roti gandum. Kau tertarik memakannya?", Aku bisa membayangkan bagaimana ekspresinya dengan senyum manis dan kikuknya.

"Tentu, terlalu banyak mengkonsumsi pizza kurasa berat badanku bertambah besar", uraiku yang sepersekian detik kemudian menyentuh pipiku sendiri.. Sepertinya memang benar.

"Buka mulutmu sayang.. Aaa.." Suapan pertama dengan telaten mendarat dalam mulut laparku, enak. Apa dia memasaknya sendiri? Aku ragu akan hal itu.

Suapan demi suapan berhasil lolos tanpa halangan kedalam mulutku, menelusuri rongga kerongkongan hingga tepat bersemayam dalam lambung kenyang—ku saat ini.

"Sayang, jika kau makan seperti ini setiap hari.. Aku yakin kau akan cepat sembuh", Ucapnya lembut setelah membantuku menelan 2 buah obat kapsul lengkap dengan segelas air mineral.

Ucapannya membuatku nyaman, aku tidak bodoh. Mana mungkin aku bisa kembali melihat hanya dengan makan yang banyak? Tidak tidak. Mustahil. Tapi, bahkan aku rela menjadi buta asalkan dia tetap berada disini. Disampingku.

Endless GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang