Author POV
.
.
.
.
.Saat ini Jaehyun sedang gusar. Duduk di dalam mobil sambil bermain dengan handphone-nya, mengecek terus-terusan alamat rumah sakit yang di berikan oleh Baekhyun.
"Kenapa dia bisa berada di sana? Apa yang terjadi padamu? Apa kau baik-baik saja?" katanya.
Saat ini Jaehyun sedang menuju ke tempat dimana Jungwoo berada setelah menempuh perjalanan di pesawat selama beberapa jam.
*kring ... kring ... *
'Baby Yongie is calling' ia kembali menaruh handphone nya kala melihat nama Taeyong yang tak hentinya menelepon untuk menanyakan apa yang terjadi. Taeyongnya tak jadi ikut untuk mencari Jungwoo karena hole-nya terasa sangat nyeri untuk berjalan. Salahkan Jaehyun yang tak bisa bermain lembut pada Taeyong, walaupun Taeyong juga menikmatinya. Pikiran Jaehyun saat ini adalah ia harus menemui Jungwoo dan membawanya pulang. Apapun yang terjadi.Setelah tiga puluh menit di dalam mobil, akhirnya Jaehyun sampai di depan rumah sakit bertuliskan 'UCLA Medical Center' yang berada di dekat pelabuhan Harbour dan bergegas lari masuk ke dalamnya.
"Permisi, aku ingin mencari pasien bernama Kim Jungwoo . Apakah ia ada di sini? Ia berasal dari Korea, tubuhnya kurus lumayan tinggi, putih dan rambutnya agak kecoklatan. Apakah ada?" tanyanya.
"Maaf, Anda dengan tuan siapa?" tanya salah satu suster.
"Jaehyun. Jung Jaehyun," jawabnya.
"Akan saya cek sebentar, tuan," kata sang suster sambil mengecek data di dalam komputer, "Oh, mohon maaf tuan. Kami tidak menerima pasien dengan nama yang di sebutkan."
"Bagaimana dengan ciri-ciri yang ku sebut. Apa kau tak melihatnya?"
"Sebenarnya baru-baru ini ada salah satu pasien yang hampir mirip dengan yang anda maksud, tapi- "
"Katakan! Dimana dia?!"
"Tapi tuan, "
"Cepat katakan?! Dimana orang itu??!"
"I ... iya, baik tuan. Di ... dia ada di kamar 312 lantai 3. Tapi, tuan- "
Tanpa mendengar yang di katakan suster tadi, Jahyun segera berlari ke tempat yang di maksud.
***
Lucas POV
.
.
."Selamat datang di apartemenku, sayang. Aku yakin kau pernah berkeliling di sini, bukan?" kataku sambil mendorong kursi roda kekasihku menuju ke dalam apartemen.
"Yah, saat kau menculikku waktu itu. Tapi apartemenmu besar sekali. Dan kau hanya tinggal sendiri, apa kau tak takut?"
"Aku jarang ada di sini. Dan jika aku pulang, mungkin yang ku lakukan hanya tidur atau membuat lagu. Kenapa harus takut? Bahkan di rumah sakit jauh lebih menakutkan jika kau mau tahu."
"Benarkah?? Kalau begitu aku tak mau menginap di sana lagi. Terlebih jika sendirian."
"Sudahlah sayang, ayo ke kamar. Kau perlu istirahat. Sambil mendengarkan lagu, mungkin?"
"Istirahat lagi? Apa aku harus selalu berbaring mentang-mentang aku sekarang sudah jadi orang buta? Dan orang buta tak boleh melakukan hal lain di matamu? Hey, orang buta ini kekasihmu kalau kau lupa," ucapnya berentet.
Yang bisa ku lakukan hanya menghela napas dalam sambil tersenyum kecil, "Sayang, jangan bicara seperti itu. Memangnya apa yang bisa kita lakukan di sini? Maksudku, di apartemenku ini tidak ada hal yang menarik. Hanya sofa, barang elektronik, kasur, AC. Apa yang bisa di lakukan dengan itu?"
"Ya, ya baiklah. Ke kamar saja," ucapnya dengan nada agak ketus.
"Kau marah padaku? Hm?" kataku sambil memeluknya dari belakang dan menggesekkan hidungku di leher pucatnya.
"Berhenti bersikap manja. Itu tak akan berpengaruh lagi padaku."
"Apa kau yakin?"
"Papa ... berhenti menggodaku, kau bilang aku harus istirahat. Jangan sampai aku tak tidur malam ini karena harus mengurus milikmu yang mungkin akan berdiri sebentar lagi."
Skakmat. Dia memang selalu tahu segalanya tentangku. Termasuk hal seperti itu. Yah, dia memang nakal. Jika ia sedang sehat, mungkin aku akan langsung membantingnya di ranjang dan membuatnya mendesahkan namaku sambil meminta lebih untuk ku puaskan.
'drrrrt... ' handphone-ku bergetar, tanda ada pesan yang masuk.
Michelle
Dokter Luke, aku telah mengatakan
apa yang kau minta.
Aku telah menghapus data milik tuan
Jungwoo dan juga tadi ada seseorang
bernama Jung Jaehyun datang
mencari tuan Jumgwoo. Aku bilang
padanya dia tak di sini.Luke
Apa lagi yang kau katakan
padanya?Michelle
Aku memberitahunya kamar milik
tuan Taemin yang kau bilang mirip
dengan kekasihmu.Luke
Baiklah. Terimakasih Michelle
aku akan mengubungimu
lagi nanti.Aku tersenyum. Dia memang asistenku yang paling bisa di andalkan.
"Kenapa diam? Sedang memikirkan yang ku katakan? Jadi benar ya, apa dia sudah berdiri?" tanyanya membuatku mengubah fokusku sebelumnya.
"Hey, apa-apaan kau ini. Aku tak mudah terpancing hanya karna aku menggodamu. Sudahlah, kau harus istirahat saja," kataku mengalihkan sambil memasukkan handphone-ku ke kantong dan mendorong kursi rodanya menuju ke kamar.
"Aku suka wangi kamar ini. Benar-benar tercium bahwa kau lah pemiliknya," katanya setelah kami sampai di kamar.
Aku berjongkok di hadapannya sambil mengusap pipinya dengan sayang, "Dan kau akan mencium wangi ini setiap hari mulai sekarang."
"Eum, kau benar. Tetaplah di sisiku, Papa." Ia memeluk tubuhku erat, seakan tak ingin aku meninggalkannya. Tapi, saat ini ada yg mengacaukan pikiranku. Yang membuatku merasa sangat bersalah mendengarnya mengatakan itu.
"Ayo, ku gendong ke kasur."
"Aku bisa berjalan sendiri, Papa."
Tanpa mendengar ucapannya, ku gendong bridal tubuh kecilnya untuk berbaring di atas kasur.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/145662271-288-k195469.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Goodbye
Fanfiction[STILL ON GOING] An Endless Goodbye. Bukan sebuah salam perpisahan. Hanya saja... Kalimat pertemuan kembali yang tertunda. Bukan selalu tentang cinta. Namun segala hal takan sempurna tanpa sebuah cinta. - - -