#10 AKU DENGANNYA

15 2 0
                                    

    Acara kemah telah selesai. Semua murid dipersilakan pulang. Semua anggota di haruskan membantu membersihkan semua barang. Lelahnya. Namun harus semangat.
    Tetap giat. Air keringat membasahi semua tubuhnya. Pemandangan yang tak asing lagi. Ku menghela nafas saat menatapnya. Sesaat arah pandangku buyar. Ku melihat Bagas datang menghampiriku.
'apa yang dia lakukan? Diakan tidak ikut organisasi apapun.'
Dan ketika itulah, Bagus menatapku.

              .... MENJEMPUTKU....

   Semakin dekat...semakin dekat... "Dit yuk gue antar pulang."
"Ha? Apa?" Bagas menatapku penuh harapan. Ku melihat Bagus berdiam diri melihat kami. Aku tak tau apakah aku harus menerima tawaran itu, atau tidak. Serasa ganjal ketika melihat wajah Bagus. Seakan dia berkata 'jangan' dan Bagas berkata 'kumohon' aku harus bagaimana?. Aku pun menghela nafas. Dan menjawab pertanyaannya.
"Hm... Iya aku mau. Anterin ya." Ku tersenyum mentapnya.
"Eh beneran nih? Beneran Dit? Yes wuhuuyy! Makasih ya aku seneng banget." Dia sangat senang sampai dia memegang tangaku. Aku sekilas melihat ke arah Bagus. Namun dia sudah pergi. Entah kemana, dia tak di tempat tadi.
    Aku pun berjalan ke depan gerbang. Menunggu Bagas mengambil sepeda motor yang dia parkir di parkiran sekolah. Aku merasa ada yang mengawasiku. Ku lihat di sekelilingku, tak ada siapapun.
'Ahh mungkin cuma perasaanku saja'
"Eh Dit ayo naik. Nih helm nya di pake biar aman. Hehe... Duh barangmu banyak banget sih. Mana aku pakein helmnya ya. Sini." Entah kenapa aku begitu luluh saat itu. Mungkin aku sangat lelah.
"Iya makasih ya Gas." kami saling tersenyum.
Saat kami meninggalkan sekolah. Lelahku hampir menyelimuti semua tubuhku. Tak ingin aku terjatuh. Bagas memegang tangaku yang sudah melingkar di pinggangnya. Lelah. Lelah. 'Kenapa lelah senyaman ini?' Bagas hanya tersenyum. Entahlah aku bisa melihatnya di spion.
'Dit, sesaat gue bahagia banget. Makasih ya Dit. Gue sayang lo' batinya.

                  .... PINGSAN ....
    Setelah aku sampai rumah. Mama dan bibi membantuku.
"Makasih ya nak Bagus."
"Bagas tante."
"Oh nak Bagas kamu kembarannya Bagus, iya?. Terima kasih ya nak Bagas udah nganterin Dita. Pas banget soalnya mobil tante masih di bengkel. Hehem... Masuk dulu aja nak. Biar tante bikin minuman."
"Iya tante saya adiknya Bang Bagus. Eh nggak usah repot repot te. Makasih. Bagas harus jemput Mama sama Papa Bagas di bandara."
"Oh gitu... Ya udah ga papa kapan kapan main kesini ya sama abangnya."
"Iya te. Pasti. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." Mama tersenyum. Bagas pun pergi dengan montornya. Aku seakan tak sadar dan tak mengerti apa yang di bicarakan mereka. Aku lelah. Hanya itu yang ku tau. Dan jatuh.
"Dita... Dita... Nak bangun nak. Kok pingsan. Aduh. Bibi yuk bawa kedalam."
"Iya nyonya. Baik."
Mungkin mama saat itu sangat panik. Akhirnya mama membawaku ke rumah sakit.

              .... RUMAH SAKIT ....
"Dok gimana anak saya?"
"Iya... Ibu tenang ya... Anak ibu hanya kekurangan sel darah merah (anemia). Dia terlalu lelah. Jadi tidak usah khawatir. Hari ini boleh pulang."
"Alhamdulillah, makasih dok."
"Iya. Saya permisi dulu."
    Dokter pun pergi meninggalkan ruangan. Mama sangat khawatir. Ia sangat cemas melihat keadaanku. Dan sesaat ia berbicara padaku.
"Nak. Nanti temanmu ke rumah. Mama udah nelfon Cais. Sekarang kita pulang yuk."
"Iya mah."
    Ketika di rumah. Cais sudah berada di depan pintu. Ia menunggu kedatanganku dari rumah sakit. Dan mungkin cuma perasaanku saja atau ini memang benar adanya. Bagus ada disana, bersama Cais.
'apa yang dia lakukan disini? Apakah dia menjengukku?'
Terlihat sekali mereka sangat cemas.
"Te sini Bagus bantu Dita."
"Eh iya nak. Tolong gendong aja ya... Dia kecapekan banget. Ga ngerepotin kan?"
"Iya te ga papa kok. Bagus bantu."
Aku pun di angkat olehnya. Pusing sekali saat itu. Akhirnya kamar adalah surgaku. Nyaman sekali setelah di kasur. Aku pun langsung tertidur. Mereka meninggalkanku di kamar, dan pergi ke ruang tamu.
"Te Dita kenapa sebenarnya?"
"Nggak papa kok, dia cuma kecapekan. Tadi pas nak Bagas nganter Dita. Terus..."
"Ha? Bagas nganter Dita te?"
"Hehem... Iya nak Cais. Bagas  baik sekali seperti nak Bagus. Ya udah kalian disini dulu atau nemenin Dita. Tante mau ke atas dulu ya?"
"Iya te..." Bagus dan Cais bicara bersamaan.
"Eh Gus, bener ya Bagas nganter Dita? Aduh. Brani banget sih... Keren keren... Benernya Bagas tuh nakal apa baik sih?" Cais sambil memakan cemilan.
"Iya... Dia...baik kok. Eh aku ke kamarnya Dita dulu ya."
"Eh iya sono. Entar aku nyusul. Bagus tuh filmnya. Jajannya juga enak."
"Ya udah." Bagas pun berjalan kekamarnya Dita. Dita masih tertidur. Sangat lelah. Memang jika Dita terlalu sibuk ia mudah jatuh sakit. Bagus memegang keningnya. Dita tidak panas. Hanya kelelahan. Dan saat Bagus ingin beranjak keluar kamar. Tangannya tertahan. Ternyata Dita memegang tangan Bagus. Bagus pun menoleh. Apa yang terjadi?. Dita masih tidur. Ia seperti mengigau.
"Bagus... Bagus... Maaf... Maafin aku... Maaf... Ehm.." Dan tertidur lagi. Bagus sangat terkejud ia mengelus kepala Dita dengan lembut. Sambil berkata.
"Iya Dit. Gapapa. Maafin aku juga ya. Maafin aku juga." Tersenyum.
Dan meninggalkan Dita keluar kamar.

Maaf buat kalian yang prnasaran sama kelanjutan cerita kemarin. Kemarin aku lagi sakit jadi hari ini ngelanjutin ceritanya. Jangan lupa vote ya...

PRINCE IN SILENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang