#14Diantar

1 1 0
                                    

Penuh penyesalan dalam diri Diva. Banyak hal yang membuat pikirannya menjadi kacau, pertama Bagus sepertinya menyukai Dita,walaupun memang itu kenyataan dan kedua Dita mengatakan bahwa Diva menyukai Bagus. Sebenarnya Diva tak ingin ambil pusing, dia berfikir bahwa pasti akan mudah melupakan Bagus. Dia ingin berusaha walau sebenarnya hati dan fikiran tak dapat menyatu.
Diva berjalan menuju rumahnya, ia selalu jalan kaki karena rumahnya memang tak jauh dari sekolah. Langkah kakinya terhenti ketika ada yang membunyikan klakson sepeda motor. Namun ia berjalan lagi, klakson sepeda itu berbunyi lagi, Diva masih belum berbalik, untuk ketiga kalinya klakson sepeda motor itu berbunyi lagi. Dengan kesal ia berbalik dan berkata.
"Huh...lewat aja napah!"

. . .

"Judes amat sih Div."
Sepeda motor itu menepi. Ternyata itu adalah Jofan.
"Eh Jofan, maaf kirain siapa. Kenapa Jo, kok ga langsung pulang aja, kenapa sih??"
"Yuk naik."
"He? Apa?"
"Naik Div, aku anterin pulang"
"Ahahaha... Apa? Anterin? Aku? Dianter kamu? Nggak usah Jo makasih deket kok."
Diva menolak.
"Ayolah... Arah kita sejalur kok. Nanti aku turunin dipertigaan depan,yak. Mau ya?" Ajaknya.
"Ya udah deh. Gratiskan??? Nanti bayar lagi. Haha." Canda Diva pada Jofan.
"Ya ampun Div."

Akhirnya Diva menerima tawaran Jofan. Diperjalanan, banyak yang mereka katakan. Canda tawa mereka membuat jalan raya tambah ramai. Terfikir oleh Diva mengapa Jofan tiba tiba mengajaknya, biasanya tidak pernah begini. Namun setelah difikir fikir, Jofan hanyalah teman. Teman yang baik.

"Nah nyampe."
Mereka menepi.
"Makasih ya Jo, ehm... Maaf jadi ngerepotin."
"Alah Div nggak papa kok."
"Oiya kapan kapan mampir gih kerumahku sama temen temen. Pasti kalian di sambut ramah. Hehe"
"Iya Div kapan kapan aja yah. Ya udah aku lanjut aja ya."
"Oke, hati hati ya."

Jofan pergi dengan motornya. Tak pernah terfikir olehnya akan senekat ini. Dia sudah lama memendam perasaan pada Diva walau Diva tak tahu. Syukur dia tak terlihat panik saat membonceng Diva.
"Ya ampun... Gila gue. Kok bisa senekat ini yah. Agh seneng banget gue, semoga aja ada kesempatan lain lagi."
Jofan sangat senang. Di perjalanan ia pulang hanya bicara bicara sendiri. Mungkin ini ya yang namanya cinta. Entahlah, Jofan tak merumitkan hal itu. Yang ia tahu hanya orang yang dia suka adalah Diva.

Diva sudah di rumah. Ia terlamun saat di kasur kamarnya. Memikirkan akan Bagus, dan saat itu juga dia tetlelap. Mungkin jika dia tidur dia bia bermimpi tentang Bagus. Namun itu tak akan terjadi jika tidak ada ketukan pintu kamar yang membubarkan lamunannya.

Tok tok tok

"Kak,makan. Kakak pasti laper"
"Iya dek"
Itu adalah adiknya masih kecil berumur 8 tahun, namanya Lolita.
"Duluan aja dek, kakak mandi dulu"
"Ya kak"

Masih belum beranjak dari kasurnya, ia masih memikirkan Bagus dan berkata.

"Kenapa harus kamu sih Gus"

Akhirnya ia beranjak dari kasurnya dan mandi. Setelah mandi dan berkemas ia langsung ke ruang makan, untuk makan bersama dengan keluarganya. Lengkap sudah di meja makan itu. Walau masih saja terfikir tentangnya.

Tunggu kelanjutannya. Maaf lama bikin ceritanya, karna masih UKK hehe... Semoga nggak bikin bosan pembaca. Jangan lupa vote and comment. Oiya Follow juga ya....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 15, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PRINCE IN SILENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang