#13COKLAT

4 2 0
                                    

Belum lama setelah Dita membuyarkan lamunan Diva, ia masih melirik ke arah Bagus. Ia tersadar bahwa Dita sudah banyak bicara sedari tadi, namun Diva tak mendengarkannya. Dita melambaikan tangannya ke arah Diva.
"Diva... Hallo... Dari tadi dengerin ga sih?"
"Eh eh Ha? Kenapa Dit?"
"Div. Kamu kenapa sih?"
"Kenapa apanya? Aku nggak papa kok"
"Dari tadi aku ngomong dengerin ga sih?"
"Eh dari tadi kamu ngomong sesuatu ya? Ngomong apa?"
"Hu uh. Ga jadi deh, nanti aja" Dita merasa jengkel karna Diva tak mendengarkan apa katanya tadi.

Tet... Tet...

Bel istirahat berbunyi, Dita langsung pergi ke kantin sendiri tanpa ditemani Cais atau Diva. Kebiasaannya kalau dia sedang kesal pasti Dita membeli coklat. Selalu.
"Kenapa sih Diva ngelamun terus kan cape ngomong panjang lebar" Dia duduk ditaman,berbicara sendiri sambil memakan coklat yang ia bawa.
"Ughh coklat! Kamu kok enak banget sih! Sampe habis kan kamu! Aku mau beli kamu lagi!" Ia membentak coklat enak itu.
Sebelum dia akan pergi membeli coklat lagi. Sebuah tangan mengulurkan coklat. Itu tangan Bagus. Ia tau jika Dita sedang kesal pasti yang ia beli adalah coklat.
"Nih coklat buat kamu Dit. Kamu tuh kebiasaan ya... Kalau lagi jengkel makannya coklat melulu"
Tanpa basa basi, Dita mengambil coklat itu.
"Makasih! Iya aku jengkel sama Diva, masa dari tadi aku ngomong panjang lebar, dia ga dengerin sih" kesalnya.
"Diva emang kenapa?" tanya Bagus.
"Kayaknya dia suka kamu deh. Tapi ga tau lagi sih..." Dita bicara dengan santainya sambil memakan coklat yang Bagus berikan.
"Suka!?"
"Iya. Kenapa?"
"Aghh kamu tuh ya Dit. Aghhh... Masa kamu santai aja bilangnya??"
"Maksudnya?"
"Agh..." Bagus pergi meninggalkan Dita sendiri di taman. Dita hanya terdiam dan bingung. Ia melanjutkan makan coklat itu.
"Bagus kenapa? Aghh makan coklat aja!"
Bagus pergi dengan kesalnya. Dia duduk dibangku panjang sebelah lapangan basket. Sambil memikirkan apa yang sedang terjadi.
'Dita lu tuh bego banget sih... Masa lu ga ada rasa cemburunya sama sekali? Aghh...'
Bagus mengacak rambutnya gemas.
Diva melihat Bagus duduk disana. Ia ingin menegurnya. Akhirnya ia memberanikan diri.
"Bagus. Ngapain kok sendiri?"
'Diva?!'
"Eh Div. Nggak papa cuma nyantai disini aja. Sendirian."
"Oh... Boleh aku temenin?"
"Eh, boleh kok"
"Gus Dita marah ya sama aku?"
"Dita tuh ga pernah marah, cuma kesel aja, katanya kamu ga dengerin dia ngomong ya. Tapi tenang aja dia baik kok orangnya, nanti juga baikkan lagi kamu sama dia."
"Oh gitu ya. Ya udah nanti aku minta maaf ke dia"
"Iya. Ehm kata Dita, kamu suka aku ya?"
Diva kaget mendengar pertanyaan itu. Apa yang harus dia katakan, bahkan dia tidak tau apa yang dia rasakan. Pipinya seketika memerah.
"He? Ah, Gus aku mau ke ruang guru dulu ya. Mau ketemu guru... Ya ya ya... Bye"
Diva pergi dengan alasan yang bodoh. Bahkan dia belum bisa menghafal semua nama guru disini.
'Ya ampun, kok gue lari sih. Agh... Ga papa semua akan baik baik aja Div... Lari lari lari.'
Bagus masih terdiam kebingungan, dia ditinggal pergi Diva. Namun dia tak ingin mengejarnya. Dan berfikir.

'Jadi bener ya Div? Tapi maaf Div gue suka Dita'
-Bagus-

Tunggu lanjutannya ya...

PRINCE IN SILENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang