Perfect.

68 1 4
                                    

"RAIDEN! KAMU MINUM OBAT PENINGGI BADAN BERAPA KALI SEHARI?!"

Okeㅡ sepertinya aku terlalu terkejut dengan perubahan Raiden yang sangat drastis.

What the

Tingginya hampir dua meter! Kalian bisa bayangkan tinggiku yang hanya 165cm bertemu dengan manusia kira-kira setinggi 197cm, aku tidak tahu pasti berapa tingginya tapi ia memang tinggi sekali seperti titan!

Tarik nafas.

Hembuskan perlahan.

"Kau benar-benar Raiden?" Tanyaku memastikan. Hanya ragu, siapa tahu ia berbohong? Tapi wajahnya memang Raiden sekali sih.

Terlihat ia menaikkan alisnya, mungkin heran dengan reaksiku. Jelas saja. Aku kaget. Manusia mana yang tidak terkejut melihat makhluk berukuran titan didepannya?.

"Tentu saja, aku Raiden. Jadi..." Raiden menggantung ucapannya, laluㅡ

Cup.

Sebuah ciuman mendarat tepat di kening mulusku.

OMG.

Panas!

Wajahku panas!

".....Jadi, karena aku sudah bisa mencium keningmu. Kau harus menikah denganku, nona Aozora."

-FLASHBACK OFF-

".......zora? Aozora???"

Sesuatu menyentuh bahuku, menyadarkanku dari lamunan masa lalu yang cukup absurd tersebut. Tenyata itu Raiden. Ia memberitahu bahwa kita sudah sampai di tempat tujuan.

Memalukan.

Bisa-bisanya melamun seperti itu.

"Eh? Ma-maaf..kita sudah sampai ya" ucapku lalu segera turun dari mobil tersebut, diikuti Raiden yang kini menghampiriku dan mengajakku masuk ke dalam gedung bioskop tersebut.

Hari ini cukup ramai. Ya, namanya juga hari libur. Kulihat beberapa gambar yang terpajang di dinding bioskop menandakan film yang sedang ditayangkan. Banyak film romance yang sepertinya menarik untuk ditonton, namun teringat tujuanku yang akan menonton film comedy. Aku berbaris mengantre untuk membeli tiket bersama Raiden. Raiden itu tidak pendiam juga tidak berisik, ia seperti laki-laki dewasa pada umumnya. Hanya di beberapa situasi ia terlihat unik. FYI saja, Raiden itu tsundere.

[3rd PoV]

Satu setengah jam berlalu, aktifitas menonton bersama pun telah selesai. Dua makhluk aneh yang entah apa hubungannya tengah berjalan keluar dari gedung bioskop sembari memutuskan untuk makan malam bersama. Aozora memperhatikan beberapa resto yang berjejer disekitar gedung bioskop lalu memilih resto Jepang tradisional yang kemudian disetujui oleh Raiden. Sejujurnya, Aozora hanya tidak tahu ingin memakan apa. Tapi malam ini cukup dingin, dan ramen sepertinya menjadi pilihan yang pas untuknya.

"Bagaimana sekolahmu?"

Pertanyaan klasik dilontarkan oleh adam bernama Raiden yang nampaknya sedikit canggung dengan acara dinner malam ini. Kenapa ia harus canggung? Entah, namun hatinya berdebar-debar. Seperti baru jatuh cinta dengan Aozora. Manik biru milik Aozora seakan menghisap seluruh perhatian Raiden untuk tetap dan terus menatapnya. Indah dan begitu teduh. Raiden menyukai mata Aozora. Kalau diminta memilih untuk membaca buku materi atau menatap Aozora selama satu jam mungkin Raiden akan memilih Aozora saja. Itu bisa menjadi penenang untuknya yang sedikit stress dengan buku-buku belajarnya. Sementara itu yang diberi pertanyaan hanya tersenyum lantas memberi jawaban.

"Seperti biasa, hanya sedikit melelahkan karena selama satu minggu ini aku harus membantu Yuki mengerjakan tugas tambahan karena ia sakit. Tapi aku tidak sendirian, Jessi dan Kira juga membantuku."

Hanya anggukan yang menjadi respon Raiden, ia senang melihat Aozora melakukan sesuatu dengan tulus. Yang penting Aozora tetap menjaga tubuhnya agar tidak sakit. Kesehatan itu nomor satu.

"Kau sendiri bagaimana? Kapan kira-kira kau akan lulus?" Aozora balik bertanya sembari mengaduk kuah ramen yang berada didepannya. Bau ramen menggoda sekali.

"Mungkin dua tahun lagi. Setelah itu aku akan melanjutkan rumah sakit yang dipegang papa."

Wow.

Kurang sempurna apa Raiden? Ia tampan, tinggi, dan otak? Jangan ditanya. Terlebih lagi papanya seorang dokter, dan Ki-chan sendiri adalah model yang sangat terkenal. Masalah financial? Tidak diragukan lagi. Tapi kenapa ia masih mengejar Aozora hingga detik ini? Jujur saja, Aozora senang bisa kembali bertemu Raiden. Ia pikir tiga tahun berpisah akan membuat Raiden melupakannya dan mencari wanita yang menjadi tipenya. Ternyata ia salah.

Apa yang Raiden lihat dari gadis seperti Aozora? Aozora bukanlah anak biologis Nash maupun Shuuzou. Bukan anak bangsawan, juga bukan anak yang terpandang. Aozora merasa dirinya biasa saja seperti gadis remaja lainnya. Bahkan kalau bisa dibilang rasanya Aozora tidak cocok bersama dengan Raiden yang sudah mengatur masa depannya sedemikian rupa. Kalau dipikir lagi, Aozora saja masih sekolah, bahkan ia harus melanjutkan kuliahnya seperti yang dikatakan daddy padanya. Memangnya Raiden mau menunggu Aozora selama itu? Dan lagi, Aozora tidak merasa bahwa ia gadis yang cukup baik untuk Raiden. Ia tidak seperti Raiden yang setia menunggu hingga detik ini. Bahkan tetap berjuang walau berkali-kali ditolak.

"Raiden..kenapa kau masih mencariku?"

"Mungkin karena cinta."

To be Continue

Green VelvetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang