[Raiden Pov]
Hari ini mood ku dikacaukan oleh kecoa bernama Antonio itu. Sialan. Apa dia sengaja menggoda Aozora didepanku?
Brengsek.
Ingin sekali kubuang jauh-jauh makhluk menjijikan itu. Tapi Aozora juga sedikit membuatku kecewa karena tidak jujur soal hubungan kami. Ah. Mungkin ini salahku. Aozora benar, kami tidak memiliki hubungan apa-apa. Tapi apa salahnya mengatakan jika aku calon suaminya?
Argh!
[3rd Pov]
Satu setengah jam berlalu sejak usainya film yang menjadi tontonan Raiden dan Aozora. Kini merek berjalan beriringan masih tanpa suara. Raiden menolak bicara dan Aozora tidak ingin salah bicara. Alhasil mereka masuk kedalam mobil dengan kondisi yang hening.
Bukan tanpa alasan kenapa Raiden bisa mogok bicara seperti ini. Salahkan Antonio yang menantangnya. Mengibarkan bendera perang pada Raiden di awal pertemuan mereka.
"Aku pulang naik taksi saja." Aozora hendak membuka pintu mobil, namun Raiden menahannya.
"Kewajibanku mengantarmu pulang dengan selamat, Aozora."
"Tapi aku tidak mau berada dalam satu mobil dengan orang yang tidak mau bicara padaku." Ujar Aozora sembari menepis tangan Raiden lantas keluar dari mobil tersebut. Langkah kaki dipercepat supaya Raiden tidak bisa mengejarnya
Bruk-
"Ouch-" Aozora mengusap keningnya, seharusnya ia tetap melihat kedepan terlebih saat berjalan cepat seperti itu.
"Aozora? Kenapa kau sendirian?"
Lagi. Antonio menemukannya. Satu tangan Antonio terulur mengusap dagu Aozora, sedikit menarik wajah tersebut agar menatapnya. Antonio dapat menangkap bulir air mata yang tertahan pada sudut mata Aozora. Kepingan biru langit gadis itu basah. Ia hendak menangis.
"Aozora? Kau baik-baik saja?" Antonio kembali bertanya karena tak ada respon apapun dari Aozora. Namun ia menyadari sesuatu. Dari kejauhan Raiden memperhatikan mereka dengan tatapan tajam yang entah kenapa membuat Antonio menyeringai.
"Bisa antar aku pulang, Antonio?" Pinta Aozora sembari menyeka air matanya.
"Tentu. Ayo. Aku akan mengantarmu" kedua sudut bibir Antonio melengkungkan senyum semanis mungkin. Jemarinya menggenggam jemari sang dara lantas membawanya berjalan menuju mobil yang terparkir tak jauh dari tempat mereka berdiri sebelumnya.
Antonio menyetir, mengantar Aozora pulang kerumahnya. Sepanjang jalan Aozora terdiam menatap keluar jendela. Wajahnya terlihat badmood. Walau begitu Antonio merasa senang, karena itu artinya ia berhasil membuat Raiden panas dan ia bisa saja mendapat kesempatan untuk memiliki Aozora.
"Sudah sampai. Aozora, jangan menangis lagi. Aku tidak suka melihat gadis bersedih" ucap Antonio sembari mengusap pipi Aozora. Menghapus sebagian air mata yang masih menempel pada wajahnya.
"Terimakasih, Antonio. Aku pulang dulu."
Cup.
Antonio memberikan kecupan selamat tidur di kening Aozora sebelum gadis itu beranjak dari tempatnya. Wajah Aozora merona samar. Ia pun bergegas masuk meninggalkan Antonio.
Drrttttt drrrrttt
👤 Raiden
✅ Kau sudah tidur?Aozora menghela nafas membaca notifikasi pesan dari Raiden. Ia sedang tidak mood bicara dengan Raiden karena masalah tadi. Ia tahu ini salah. Seharusnya ia dan Raiden bicara baik-baik dan menyelesaikan masalah mereka. Namun ego Aozora terlalu besar bahkan untuk sekedar membalas pesan dari Raiden. Ponselnya dimatikan lantas berbaring diatas kasurnya. Tak peduli esok jika Raiden semakin marah padanya. Aozora hanya ingin tenang malam ini.
🕕 06:00am
"Aozora? Sudah bangun?" Aozora menoleh mendapati Nash yang sudah berdiri diambang pintu. Ia berjalan menghampiri Aozora lalu duduk disamping gadisnya.
"Selamat pagi, daddy" sapa Aozora dengan senyumnya.
"Kau ada masalah? Semalam Raiden menunggu didepan rumah hingga jam dua belas malam tepat saat aku dan Shuuzou sampai. Namun ia segera pamit dan meminta agar aku mengantarmu hari ini. Tak mau bicara pada daddy?" Tangan kanan Nash mengelus helaian hitam panjang milik Aozora. Gadis itu nampak menunduk kemudian memeluk ayahnya.
"Aku kesal dengan Raiden-"
Pelukannya mengerat seiring cerita yang diutarakannya. Mata Aozora berkaca-kaca. Ingin menangis namun ia malu. Ia ingin tetap terlihat kuat didepan daddynya. Lagipula ini masalah sepele.
"Kau harus bicara dengan Raiden secara baik-baik, okay? Bukankah puteriku sudah dewasa?" Nash tersenyum menangkup wajah Aozora. Nash sangat sadar puteri kecilnya sudah tumbuh menjadi gadis remaja saat ini. Remaja yang masih labil dengan sesuatu. Terlebih perasaannya.
"Baiklah, daddy.."
Aozora memberikan kecupan pada pipi ayahnya sebelum beranjak. Ia memilih untuk menelfon Raiden agar menjemputnya. Beruntung Raiden menyetujui dan segera datang menjemput Aozora.
"Hati-hati dijalan." Ucap Nash singkat sembari memperhatikan keberangkatan Aozora.
Kini Aozora sudah berada didalam mobil milik Raiden. Ia tidak berani menatap Raiden. Namun ia sudah bertekat untuk minta maaf padanya.
"Aku minta maaf"
"Maafkan aku"
Kepingan biru dan hijau itu bertatapan kala mendengar kalimat yang bersamaan. Keduanya merona, secara bersamaan pula mengalihkan wajah.
"Maafkan aku, Aozora."
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Green Velvet
RomanceAda yang kusadari dengan sesuatu yang disebut cinta. Seperti kue red velvet. Terlihat cantik dan menggoda. Namun terkadang malah terasa seperti obat. Pahit. Warning! Random characters inside. KnB ft. Hetalia