Fake.

35 2 20
                                    

[Raiden Pov]

"Ehm.. Raiden"

"Ya?"

Cup

Wajahku reflek memerah ketika Aozora mengecup pipiku. Astaga, apa yang ia lakukan?? Apa ini sebuah sogokan agar mood ku membaik? Oh- bukan sogokan. Kedengarannya terlalu kejam. Apa ia berusaha menghiburku?

Sial. Aku jadi ingin menciumnya.

"A-Aozora..." Aku memegangi area yang Aozora kecup, pipiku. Kurasa Aozora bisa melihat dengan jelas rona merah diwajahku. Ini memalukan, tapi aku tidak bisa menyembunyikannya. Seperti ada yang menyengat organ jantungku hingga membuatnya berdebar kencang. Jika saja mobil ini hening, Aozora pasti sudah tertawa mendengar debaran jantungku yang kelewat kencang.

"Kau baik-baik saja, Raiden?"

Tanpa ditanya seharusnya Aozora tahu bagaimana perasaanku. Malu, senang, berdebar. Reflek sudut bibirku melengkungkan senyum tipis, kudekatkan wajahku pada wajah Aozora kemudian mencium keningnya. Aku tak bisa berkata apa-apa, terlalu malu untuk mengatakan bahwa aku mencintai gadis ini. Aozora.

Kulihat wajah Aozora memerah malu, lantas membenarkan posisi duduknya. Aku hanya tersenyum sembari menyetir menuju tempat kencan yang sudah kupersiapkan. Malam ini aku ingin mengajaknya menonton bioskop. Ada film animasi kesukaan Aozora yang baru keluar, kurasa itu bisa membuat suasana canggung diantara kami menghilang. Tak butuh waktu lama untuk sampai di bioskop yang biasa kami datangi, aku pun segera memesan tiket. Sembari menunggu, aku mengajak Aozora membeli beberapa camilan untuk dibawah kedalam.

"Aozora?"

Aku menoleh dan bertatapan dengan laki-laki yang tidak kusukai. Antonio. Kenapa ia ada disini juga? Jangan-jangan ia sengaja?

Buanglah pikiran negatifmu itu Raiden.


[Aozora Pov]

"Aozora?" Sebuah suara yang kukenal memanggil namaku, benar saja. Itu Antonio. Ia tersenyum berjalan mendekat padaku. Sepertinya ini tidak baik.

"Hai, Antonio. Kau baru datang?" Tanyaku, basa-basi. Kulihat Antonio tersenyumㅡ menyeringai? Kuharap itu hanya salah lihat. Tapi jemari Antonio mengusap wajahku, mengambil sesuatu dari atas pipiku.

"Bulu matamu jatuh, Aozora. Aku sudah datang sejak tadi. Kau mau menonton apa? Mungkin tujuan kita sama. Tak keberatan jika pergi bersama?"

"....." Aku terdiam dengan wajah yang sedikit merona. Tetapi hatiku berdebar. Bukan karena malu dengan perlakuan Antonio. Aku takut Raiden marah. Aku memang tidak tahu bagaimana Raiden ketika marah kecuali diam seperti sebelumnya. Bagiku itu cukup mengerikan. Wajahnya seperti ingin menerkamku.

"Maaf, tapi kami sedang kencan. Bisa tinggalkan kami berdua, tuan Antonio?" Raiden buka suara, memberi penekanan pada panggilannya untuk Antonio tersebut. Jika didalam sebuah animasi, ada sebuah listrik yang beradu pada tatapan mereka.

Astaga, kenapa hidup ini begitu rumit.

"Kencan? Kupikir kau hanya anak dari teman daddynya, bukan begitu Aozora?" Antonio tersenyum tanpa dosa. Lantas menatap Raiden dengan ekspresi yang biasa namun terlihat seakan menantang Raiden. Aku sendiri tidak bisa membaca ekspresi Antonio dan apa yang ia pikirkan.

"Oh, tapi asal kau tahu saja. Kami akan menikah. Selamat malam." Kedua alis Raiden hampir menyatu. Wajahnya nampak kesal, kemudian ia segera menarikku menjauh dari Antonio. Raiden mendorongku, membuatku terpojok dan mengunci pergerakanku. Entah kenapa wajah marahnya malah membuatku berpikir yang tidak baik.

Astaga Aozora.

"Benar kataku. Kau memang tidak jujur padanya. Apa sulit mengatakan hal yang sebenarnya, nona Aozora Gold Jr.?"

"Bukan begitu maksudku, Raiden...aku hanya bingung menjelaskannya. Karena kita tidak memiliki hubungan apapun."

Oops. Sepertinya kau salah bicara Aozora.

Terkutuklah bibir mungil yang sering mengatakan hal tidak baik. Mungkin ini salah daddy dan shu-chan yang sering berdebat dengan hal yang tidak penting.

Kini wajah Raiden menampakkan ekspresi yang cukup datar. Ia berjalan lebih dulu memasuki ruang teater tanpa bicara padaku. Tidak mungkin juga aku meninggalkannya begitu saja. Mau tidak mau aku mengikuti Raiden masuk dan duduk disampingnya. Kami menonton tanpa berbicara satu sama lain. Raiden badmood sepanjang film berlangsung. Aku tahu ini akan terjadi jika Raiden melihatku bersama Antonio. Siapapun bisa salah paham dengan Antonio. Kecuali mereka memiliki otak yang cetek sepertiku. Menganggap semua perlakuan Antonio hanyalah hal yang biasa saja. Sejauh ini aku masih dalam zona aman. Mendengar tiga temanku yang hampir terperangkap dalam bualan Antonio membuatku semakin kuat menghadapi sikapnya.

Siapa sebenarnya Antonio? Aku pun tidak bisa menjelaskannya. Tapi satu hal yang aku tahu. Jangan pernah menganggap perkataan maupun tindakan Antonio sebagai sesuatu yang serius. Karena Antonio bukanlah tipe yang bersungguh-sungguh. Percayalah, Antonio adalah makhluk dengan sejuta topeng.

Sungguh, hari apa ini? Kenapa rasanya aku sedang sial sekali. Raiden sudah dua kali marah padaku walau sebenarnya bukan salahku. Ini salah Antonio yang berlaku seenaknya!.

Daddy, tolong aku..

"Kali ini aku benar-benar tidak akan membiarkan kecoa itu menyentuhmu, Aozora."

To be continue.

Green VelvetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang