Bab 13 Misi Mengejar Cinta Ustadz

113K 7.5K 521
                                    

Banyak keajaiban di dunia karena orang telah memasang tekad dan niat, dan lalu mencoba merealisasikannya.

-Ahmad Fuadi-

☀☀☀


Malam ini kediaman Nenek Halimah mengadakan acara walimatus safar umroh. Ruangan yang digelar karpet-karpet itu tersedia berbagai jamuan serta sudah diisi oleh tamu-tamu undangan dan juga anak yatim.

Kiai Abdullah memimpin syukuran dengan memberikan tausiyah terkait dengan hal-hal yang berhubungan dengan ibadah haji dan umroh. Adnan melanjutkan dengan membaca do'a. Setelah itu, mereka menyantap jamuan serta pembagian bingkisan berupa nasi kotak untuk para tamu undangan. Khusus untuk anak yatim ditambahkan amplop berisi uang di dalamnya. Syukuran ini berjalan dengan sukses dan penuh hikmat seperti yang diharapkan oleh tuan rumah.

Duduk di antara para tamu undangan, Nadya hanya menunduk tanpa mempedulikan keramaian di sekitarnya. Raut murung kentara di wajahnya. Pasalnya, ia baru tahu tentang rencana neneknya untuk melaksanakan ibadah umroh ke tanah suci beberapa hari yang lalu pada saat ia baru kembali dari rumah Ummi Khadijah.

Bukan itu alasan utama Nadya terlihat murung, tapi setelah neneknya selesai melaksanakan umroh, neneknya tidak langsung pulang ke Indonesia. Salya, tantenya yang menikah dengan orang Turki dan sudah menetap di sana meminta neneknya ke Turki. Tantenya beralasan sudah rindu dengan sang ibu, namun tidak bisa pulang ke Indonesia karena suaminya tidak bisa meninggalkan bisnisnya untuk sementara waktu.

Para tamu undangan satu-persatu meninggalkan rumah Nenek Halimah. Sementara Kiai Abdullah dan keluarganya termasuk Fikri, Nayla dan keluarga Nadya sendiri masih berkumpul di ruangan itu.

"Bu Halimah tinggal berangkat saja besok. Semua berkas-berkasnya sudah disediakan oleh pihak travel kami." Kiai Abdullah membuka pembicaraan.

"Terima kasih atas bantuannya, Kiai. Maaf sudah banyak merepotkan."

Kiai Abdullah tersenyum. "Itu kan memang sudah jadi kewajiban saya sebagai pemilik travel Bu Halimah."

Nenek Halimah juga turut tersenyum mendengar ucapan Kiai Abdullah.

"Ibu jaga kesehatan nanti di sana ya. Soalnya cuaca di Mekah berbeda dengan di sini. Lidya nggak mau dapat kabar Ibu nanti jatuh sakit. Kirim salam Lidya juga buat Salya kalau Ibu sudah sampai di Turki," ucap Bu Lidya.

"Iya, Lidya, Ibu pasti akan jaga kesehatan. Kamu tenang saja," ucap Nenek Halimah mengusap bahu anaknya. "Loh, cucu kesayangan Nenek kok diam terus?" tanyanya menatap Nadya. Ia tahu kalau cucunya itu sedih akan kepergiannya.

Nadya tidak menjawab pertanyaan neneknya. Ia menghampiri dan memeluk tubuh tua itu. "Nenek jangan pergi! Nanti Nadya di sini sama siapa?" katanya sudah mulai terisak.

"Nenek tidak bisa, sayang. Nenek tetap harus pergi." Nenek Halimah mengusap punggung Nadya. Ia sedih harus mengatakan itu pada cucunya, tapi ia tidak bisa membatalkannya karena sudah direncanakannya sejak jauh-jauh hari.

"Nadya ikut Papa sama Mama pulang ke Jakarta ya," bujuk Bu Lidya.

Nadya melepaskan pelukannya dari tubuh sang nenek dan menatap mamanya. "Nadya nggak mau pulang ke Jakarta. Nadya mau di sini saja."

"Tapi, sayang. Kamu bakalan sendirian di sini," ucap Bu Lidya khawatir.

Nadya tertawa keras. Semua orang yang berada di ruangan itu terkejut sekaligus heran melihat reaksi dari Nadya.

MENGEJAR CINTA USTADZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang