Bab 2 Adnan Khiar Ardhani

145K 10.3K 206
                                    

Bukan wajah yang tampan dan cantik jadi ukuran sebaliknya hati yang bersih dan ikhlas jadi panduan.

-Anonim-

☀☀☀


"Assalamualaikum, Ustadz," sapa santriwati yang berpapasan dengan Adnan.

"Waalaikumsalam," balas Adnan ramah. Ia kembali melanjutkan langkahnya menuju parkiran.

Adnan Khiar Ardhani atau biasa dipanggil Ustadz Adnan merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Kakak pertamanya bernama Adam Faiz Arkhan, sudah menikah dan mempunyai satu orang putra. Sementara adik bungsunya bernama Annasya Adreena Saila menjadi santri di pesantren Darul Qur'an. Pesantren itu didirikan oleh kakeknya dan saat ini dipimpin oleh pamannya, Kiai Mustofa.

Ayahnya bernama Kiai Abdullah, pemilik travel haji dan umroh Al-Amanah yang terkenal di Kabupaten Bogor, bahkan se-Jawa Barat. Sementara ibunya bernama Khadijah, mengabdikan diri menjadi ibu rumah tangga.

Setelah menyelesaikan pendidikannya di Universitas Al-Azhar dua tahun lalu, ia diminta oleh Kiai Mustofa untuk menjadi pengajar di pesantren. Turut aktif memberi pengajian di masjid-masjid sekitar daerah Bogor.

"Abang!"

Panggilan dari kejauhan itu menghentikan niat Adnan masuk ke mobil. Ia menyandarkan punggungnya di pintu mobil sembari melihat adiknya yang berlari ke arahnya.

"Ada apa, An?" tanya Adnan pada Anna yang terlihat ngos-ngosan.

Setelah napasnya kembali stabil, Anna memberikan tumpukan surat digenggamannya pada Adnan. "Anna capek harus jadi perantara surat cinta untuk Abang terus," adunya.

Pria 25 tahun itu tersenyum geli. "Kalau Anna capek, tidak usah diterima lagi."

Sudah biasa bagi seorang Adnan menerima tumpukan surat yang diberikan oleh adiknya, Anna. Surat itu datang dari para santriwati yang mengidolakannya dan Anna lah yang menjadi korban tempat penitipan surat. Saat membacanya, Adnan geli sendiri karena surat itu ditulis dengan kata-kata puitis. Isinya seputar kekaguman mereka padanya, ada juga yang menyatakan cinta secara tersirat dalam surat-surat itu.

Para santriwati mengidolakannya karena wajahnya tampan, cerdas, pembawaannya tenang serta didukung dengan ilmu agama yang tidak diragukan lagi. Banyak dari mereka berharap menjadi jodoh ustadz tampan itu.

"Abang ngomong gampang. Kalau Anna nggak terima, mereka maksa terus sampai memohon-mohon, Anna nggak tega lihatnya."

"Ya sudah, terima saja."

Jawaban Adnan membuat Anna kesal setengah mati. Bukannya mencari solusi, abangnya malah lepas tangan. Padahal ia sudah kewalahan menghadapi berbagai ragam fans-fans Adnan.

Anna menghentak-hentakkan kakinya. "Abang ngeselin ya? Pokoknya Anna nggak mau tahu, Abang harus menyelesaikan masalah ini biar Anna bisa belajar dengan tenang dan nggak direcokin lagi oleh mereka."

Dengan sayang, Adnan mengusap kepala Anna yang tertutup khimar. "Abang harus melakukan apa? Melarang mereka berhenti menulis surat untuk Abang? Abang tidak punya hak melarang mereka, Dek."

"Anna boleh usul nggak, Bang?"

"Usul apa?" tanya Adnan.

"Sebaiknya Abang operasi plastik aja, bikin jelek wajah Abang biar nggak ada lagi yang suka sama Abang." Anna tergelak dengan usulan tidak masuk akalnya.

"Anna mau punya abang jelek?"

Anna mengangguk. "Anna mau-mau aja, dengan begitu Anna nggak digangguin lagi sama fans-nya Abang."

"Dasar adik kecil nakal." Adnan menoyor kepala adiknya. "Anna ada lagi yang mau dibicarakan? Kalau tidak ada, Abang pulang."

"Eh, jangan pulang dulu, Bang!" cegah Anna. "Tadi itu Anna cuma bercanda, kali ini baru yang seriusnya."

"Apa? Cepat katakan!"

"Abang umumkan saja kalau Abang sudah punya calon istri. Dengan begitu mereka akan berhenti mengirimi Abang surat."

Spontan Adnan menggeleng. "Abang tidak setuju dengan usulan Anna." Adnan menghela napas, kemudian memberi pengertian pada adiknya itu, "Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ummu Salamah ra menyatakan, kumandangkanlah pernikahan dan rahasiakan peminangan. Dengan berbagai pertimbangan, Islam mengajarkan agar sebisa mungkin merahasiakan peminangan. Ia hanya diketahui sebatas keluarga terdekat. Mengapa? Untuk mengantisipasi gagalnya pernikahan, hal ini penting dan sangat berarti bagi keluarga wanita. Jika pernikahan itu urung, padahal orang banyak sudah tahu wanita tersebut sudah dilamar, bagaimana perasaan dan kehormatan yang bersangkutan? Bisa jadi sangat menyakitkan dan merugikan nama baik pihak perempuan. Boleh jadi pula orang lain akan ragu mengajukan lamaran, lantaran pihak sebelumnya sudah mengundurkan diri. Bisa saja orang berpikiran negatif terhadap pihak perempuan dan keluarganya," jelasnya panjang lebar. "Anna paham, kan?"

Anna mengangguk.

Karena alasan itulah, Adnan serta keluarga besarnya tidak mengumumkan pada khalayak ramai bahwa ia sudah mengkhitbah seorang wanita yang insya Allah sebentar lagi akan menjadi istrinya.

"Abang pulang dulu," pamit Adnan. Sebelum ia masuk ke mobil, terlebih dahulu Anna mencium punggung tangan Adnan sebagai bentuk hormatnya pada abangnya. "Titip salam kangen Anna buat Abi sama Ummi ya, Bang?"

"Abang tidak mau. Anna pulang saja sana kalau kangen."

Anna cemberut lalu mencubit pinggang Adnan. Abangnya selalu saja menjahilinya.

Adnan tertawa melihat adiknya yang menggemaskan bila cemberut. "Iya, iya, nanti Abang akan sampaikan," katanya setelah tawanya reda.

•••

Jangan lupa vote dan comment semuanya...

●●●

MENGEJAR CINTA USTADZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang