Bab 6 Salat

120K 8.7K 161
                                    

Jangan jadikan salat sebagai beban, tetapi jadikanlah salat sebagai penghidup jiwa.

-Mengejar Cinta Ustadz-

☀☀☀


Nadya bangkit dari duduknya dan langsung menghambur ke pelukan sang nenek. Ia sangat merindui neneknya karena sudah enam bulan ini ia tidak datang mengunjungi neneknya di Bogor.

"Nenek sehat-sehat saja, kan?" tanya Nadya setelah melepaskan pelukannya dari tubuh tua itu.

"Iya, Sayang. Nenek selalu sehat, tapi hati Nenek yang tidak sehat."

Nadya mengajak neneknya duduk di sofa. Paham, bahkan sangat paham maksud neneknya berkata seperti itu. Setiap kali ia datang mengunjungi neneknya pasti kalimat itu yang terlontar dari mulut sang nenek. Nenek Halimah selalu mengeluh harus tinggal sendiri, tidak ada anak maupun cucu yang menemani. Hal itu membuat Nenek Halimah sering kali merasa kesepian, meski ada ART dan supir yang ikut tinggal di rumah itu.

"Makanya Nenek ikut Nadya tinggal di Jakarta. Nenek jadi nggak merasa kesepian lagi."

Nenek Halimah menggeleng.

Nadya mengeluh. Neneknya selalu saja menolak bila diajak pindah ke Jakarta. Alasannya, tidak mau meninggalkan rumah yang sudah puluhan tahun ditempati bersama almarhum suaminya. Selain itu, neneknya lebih nyaman tinggal di sini karena udaranya bersih, beda sekali dengan kota Jakarta, udaranya sudah tercemar.

"Tumben kamu datang ke sini tanpa ngabarin Nenek?"

"Biar surprise!" jawab Nadya ceria. Setelah itu, ia mengatakan tujuannya datang ke Bogor. "Nek, boleh nggak Nadya tinggal di sini?"

Tanda-tanda keriput terlihat jelas ketika Nenek Halimah mengerutkan keningnya. Tumben sekali Nadya mau tinggal di rumahnya. Cucunya bila datang berkunjung, mana mau berlama-lama berada di rumahnya. Biasanya, tidak sampai dua hari di Bogor Nadya kembali lagi ke Jakarta.

"Tentu boleh, Sayang. Malah Nenek senang kamu mau tinggal di sini. Rumah Nenek tidak akan sepi lagi."

"Makasih ya, Nek." Nadya mencium kedua pipi neneknya.

"Tunggu dulu, kamu mau tinggal di sini bukan karena kabur dari rumah, kan?"

Curiga sempat merasuki hati Nenek Halimah. Bukannya ia tidak tahu, hubungan Nadya dengan kedua orang tuanya jarang sekali akur. Ia tidak sepenuhnya menyalahkan cucunya, anak dan menantunya juga salah. Seharusnya mereka sedikit sebanyak meluangkan waktu untuk Nadya dan tidak melulu mementingkan pekerjaan. Kasihan cucunya, kurang kasih sayang.

"Ya, nggaklah, Nek. Nadya pengin saja tinggal di sini." Nadya tidak mungkin mengatakan alasan sebenarnya tinggal di rumah neneknya. Kalau ia memberitahu sang nenek, bisa-bisa ia kena omel.

"Syukurlah kalau kamu memang tidak kabur dari rumah." Nenek Halimah mengusap punggung Nadya dengan sayang.

"Nadya ke kamar dulu ya, Nek," izinnya. Badannya memang letih karena menyetir hampir dua jam lamanya. Istirahat memang dibutuhkan tubuhnya saat ini.

Nenek Halimah mengangguk.

Dengan menjinjing koper, Nadya mendaki satu persatu anak tangga menuju kamarnya.

MENGEJAR CINTA USTADZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang