Bab 15 Tabayyun

97.2K 6.9K 132
                                    

At-Tabayyun minaLlah wal 'ajalatu Minasy Syaithan.

Sikap tabayyun merupakan perintah Allah, sementara sikap terburu-buru merupakan arahan syaitan.

☀☀☀


Saat ini Nadya berada di dalam kelas yang diikutinya, raganya memang di sana tapi pikirannya melayang memikirkan Adnan. Bagaimana caranya agar ia bisa lebih dekat lagi dengan Adnan? Pertanyaan itulah yang selalu mengaung dibenaknya. Kalau untuk mengikuti kelas yang diajarkan oleh Adnan, ia rasa itu sulit. Sudah dua kali ia mendatangi pegawai admin dan memaksa mereka mengganti jadwalnya, tapi mereka tetap tidak mau menggantinya. Ah, ia bingung harus berbuat apalagi.

Brak!

Bahu Nadya terhinjut, ia langsung tersadar dari lamunannya ketika seseorang menggebrak meja di depannya. Ia mengangkat kepala dan menatap orang yang sudah membuatnya kaget setengah mati, ternyata orang itu adalah ustadzah yang mengajar di kelas itu.

"Kelas saya bukan tempat orang melamun. Kalau anti tidak mau mengikuti pembelajaran saya, lebih baik anti keluar dari sini," ucapnya tegas dan kembali ke depan kelas.

Rasanya Nadya ingin mencekik-cekik ustadzah itu, karena sudah berani mengusirnya. Kalau bukan karena terpaksa ia juga tidak sudi mengikuti kelasnya. Entah mengapa Nadya merasa ustadzah yang bernama Sahwa itu tidak menyukainya. Kenapa ia bisa berpikiran seperti itu? Karena saat ia masuk kelas, Sahwa menatap Nadya sinis.

"Sekarang kalian buka Al-qur'an yang sudah tersedia di meja kalian dan praktikkan seperti apa yang saya ajarkan tadi," titah Sahwa. "Nanti saya akan menguji kalian satu persatu."

Semua santri mengikuti perintahnya. Nadya hanya membuka Al-qur'an itu tanpa mau membacanya. Di dalam kelas itu terdapat sepuluh santriwati seusianya. Bedanya mereka nyantri tujuannya memang ingin belajar dan memperdalam ilmu agama mereka, sedangkan Nadya ingin selalu dekat dengan ustadz pujaannya. Jadi, jangan salahkan ia kalau di dalam kelas ia cuek dan tidak fokus dengan apa yang diajarkan oleh ustadzah.

Sahwa berjalan ke meja Nadya setelah semua santri selesai diujinya. "Sekarang giliran anti, silakan dimulai."

Nadya bersidekap dan menggedikkan bahu tanda tidak mau menuruti Sahwa setelah Sahwa menunjukkan sikap permusuhan padanya. Ia akan bersikap baik dan sopan kepada orang yang juga bersikap baik dan sopan kepadanya, begitu pun sebaliknya.

"Kenapa anti diam? Anti tidak bisa membacanya?" tanya Sahwa. "Jadi begini ya calon istrinya Ustadz Adnan. Saya jadi kasihan padanya memiliki calon istri modelnya begini, baca Al-qur'an saja tidak bisa," katanya meremehkan Nadya.

Darah Nadya sudah naik ke ubun-ubun. Ia mengepalkan kedua tangannya menahan amarah. Tidak ada seorang pun yang boleh menilai atau mengkritiknya. Sahwa pikir ia tidak bisa membaca Al-qur'an apa. Sahwa salah besar andai berpikir seperti itu. Biar pun ia bukan orang alim seperti Sahwa, ia masih bisa membaca Al-qur'an meski selama ini ia jarang membacanya. Yang membuatnya semakin geram saat Sahwa mengatakan ia tidak pantas buat Adnan. Lalu siapa yang pantas buat Adnan? Sahwa? Rasanya ia ingin tertawa saja membayangkan itu semua.

"Pertemuan selanjutnya saya akan kembali menguji anti. Saya harap anti menyiapkan diri untuk itu." Sahwa melangkah ke mejanya di depan. "Kita tutup pertemuan hari ini dengan mengucapkan hamdalah." Semua santri serentak mengucapkannya dan mereka mulai meninggalkan kelas. Sedangkan Nadya belum beranjak dari kursi yang didudukinya.

MENGEJAR CINTA USTADZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang