janji?

13.6K 252 10
                                    

Haiii... author kembali, dengan cerita ini, tapi ceritanya sudah ada sedikit perubahan yaa, jangan lupa krisannya.

4 tahun beteman, lebih tepatnya bersahabat, Anita dan Nandan menjadi sepasang suami istri, daebak nggak? Daebak banget, lah, pasti, kok bisa mereka nikah? Yaa namanya juga manusia, hanya bisa berencana dan hanya Tuhan yang menentukan.

Flashback on

Anita tengah uring-uringan di kamarnya, saking bosannya dia tidak ada kerjaan dan tidak punya teman untuk diajak keluar.

Ting ... Tong .... ( Btw itu suara bel ya manteman, bukan suara orang dagang es dung dung. :v)

"Paling tamu mama," gumamnya sendiri , ya akhirnya dia memilih melanjutkan kegiatan unfaedahnya tadi, yaitu guling kanan guling kiri di tempat tidurnya.

'Tok tok ...' (Nah yang ini, suara pintu di ketuk ya, bukan bel lagi hehe.)
"Iya masuk aja gak dikunci juga," sahut Anita dari dalam.

"Non ada den Nandan di bawah cari eneng," kata Bik Inah

*Information (Rumah Anita itu 2 tingkat, dan kamarnya berada di tingkat atas.)

'Lah kok gue bahagia gini ya?' Batin Anita.

Anit tidak lagi memperdulikan Bik Inah yang masih berada di kamarnya, Anita berlari dari kamarnya. 'Aelah perasaan ruang tamunya jauh banget, deh.' Gerutunya dalam hati.

'Hosh hosh.'

"Eh ... lu kenapa dah kayak habis dikejer setan ae." Kaget Nanda karena Anita yang tiba-tiba sudah berada di depannya, dengan nafas ngos-ngosan.

"Hehe gpp gue kesenengan aje elo dateng, habis gak ada temen di rumah" jawab Anita polos.

"Yaudah sini duduk deket gue!"  Titah Nandan

'Perasaan yg punya rumah gue dah, tapi napa dia yg nyuruh nyuruh dah,' heran Anita.

Anita duduk dekat Nandan. 'Tuhan, kenapa jantung hambamu ini seperti ingin copot saja? Hambamu ini tidak melakukan dosa, Tuhan. Bantu hambamu ini Tuhan.' Teriaknya dalam hati.

Yg bikin Anita nambah kaget, Nandan menggenggam kedua tangan Anita dengan begitu eratnya. 'Dahlah, jantung gue kayaknya udah nggak bisa diajak kompromi, kalo mau pingsan, pingsan aja deh wahai diri.' Pasrah Anita.

Bagaimana tidak deg deg an, 4 tahun berkawan, baru kali ini Nandan memegang tangannya. Ketika Anita ingin melihat Nandan, eh, Nandan sedang menatapnya intens.

"Jangan natap gue kek gini dong, Al, gue kek ngelakuin kesalahan terus lagi diintrogasi dan sebentar lagi bakal masuk jeruji besi," protes Anita. Anita memanggil Nandan dengan embel-embel 'Al.' Hanya dia yang memanggilnya Al.

"Ta..pandang gue!!"

"Eee ... aaa ... eehh ... iya ... iya, Nan," gugup Anita.

'Ya Tuhan, kenapa jadi canggung gini sih suasananya, mana gue gugup lagi,' batin Anita.
'Kesamber apaan nih anak, kesamber geledek kayaknya, aneh banget.' Lanjutnya membatin.

Anita hanya bisa membatin saja ketika keadaan lagi seperti ini.
Hening
1 menit ...
2 menit ...
3 menit ...
Nandan tahu kalau Anita tidak suka keheningan, tapi Nandan sengaja.

"Lo kenapa sih, Nan? lo kesambet apaan? habis kesmber geledek lo?" tanya Anita dibarengi dengan tawanya

Anita merasa miris, joke-nya ternyata garing sekali, sampai-sampai orang di depannya ini saja tidak tertawa sedikitpun, bagaimana mungkin dia bisa ikut kontes Komika.

"Gue mau ngomong serius, Ta," ucap Nandan tanpa mengindahkan ucapan Anita.

Anita memonyongkan mulutnya saking kesalnya dengan manusia es di depannya ini. Anehnya lagi, Nandan tidak mengalihkan pandangannya dari wajah Anita membuat jantung Anita bekerja 1000 kali lebih cepat. (Anjass 1000 kali, lebay banget ya si Author, gpp, itu sebagian dari jokenya Author yang manizz ini haha).

Kesabaran Seorang Istri (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang