'Seketika kamu bisa membuatku luluh dan seketika juga kamu bisa membuatku jatuh!'
Sepulang dari mebeli kebutuhan rumah, Anita dan Nanda memilih duduk di sofa ruang tamu untuk mengistirahatkan tubuh masing-masing.
"Anita ...," panggil Nandan pelan seraya menatap ke arah Anita yang masih sibuk membereskan beberapa barang-barang belanjaannya.
"Hmm ... kenapa, Al?" sahut Anita balas menatap Nanda disertai senyum tulusnya.
"Maafin gue, ya. Gue sayang banget sama lo, gue juga cinta banget sama lo, maaf kalau semisalnya gue baru sadar akan hal itu. Maafin atas apa yang udah gue lakuin ke lo selama ini. Gue tahu kok kalau gue udah jahat banget sama lo selama ini. Jangat tinggalin gue lagi, ya," lirik Nandan. Nandan semakin mendekat ke arah Anita yang terlihat terkejut karena ucapannya.
Sungguh, kali ini Nanda benar-benar merasa bersalah kepada Anita selama ini. Nanda sadar kalau dia begitu jahat kepada Anita, sang istri yang sudah menemaninya selama ini, baik dalam dukanya maupun sukanya.
Tentu Anita merasa baper sendiri mendengar penuturan Nanda. Anita sudah menahan tangisnya yang dalam sekali mengerjap saja sudah dipastikan akan meluncur dari sarangnya. Seketika Anita berhambur memeluk erat tubuh Nandan.
'Rasanya bahagia seperti ini, semoga Al bener-bener udah berubah. Semoga dia bener-bener jujur dengan ucapannya!' batin Anita yang sudah menenggelamkan wajahnya di dada bidang sang suami.
Setelah dirasa sudah tenang, Nanda mengurai pelukannya dengan Anita. Anita menyorot ke dalam manik mata Nanda. Dia mencari-cari kebohongan dalam tatapan itu, tapi dia tidak menemukannya. Hanya tatapan kejujuran yang bisa dia lihat dalam manik mata cokelat madu tersebut.
Anita melempar senyum ke ara Nanda, "Iya, nggak pa-pa kok, Sayang. Kamu tenang aja, aku sudah memaafkanmu sejak lama. Tidak mungkin aku tidak memaafkan seseorang yang sudah begitu aku sayangi sejak dulu sampai sekarang. Kamu nggak usah khawatir, aku akan selalu berada di sisimu, sebab perasaanku nggak pernah berubah untukmu," jawab Anita.
Nanda terdiam mendengar jawaban yang dilontarkan oleh Anita. Ah ... rasanya dia semakin merasa bersalah atas apa yang sudah dilakukannya selama ini kepada Anita; seseorang yang benar-benar sangat tulus mencintainya, bahkan disaat dia berulang kali disakiti oleh dirinya, tapi Anita masih juga memilih bertahan bersamanya.
Nanda kembali memeluk tubuh Anita yang sudah terasa begitu kurus sekarang. Ribuan kecupan diberikan untuk Anita di pucuk kepalanya.
"Baiklah, gue izin pergi dulu, ya." Nanda meminta izin setelah mengurai pelukannya dengan Anita.
"Kamu mau ke mana, lagi?" tanya Anita penasaran.
"Gue mau ke kafe sebentar, ada yang mau gue urusin. Penting." Terdengar nada tidak diingin ditanya lebih jauh lagi dari nada bicara Nanda membuat Anita terdiam seketika.
Rasanya baru saja terbang setinggi langit, sekarang dengan teganya Nanda menghempaskannya sekuat tenaga ke bum.
"Oh, ya udah, kamu hati-hati, ya. Jangan pulang malem." Anita masih mencoba untuk bersikap tenang menghadapi perubahan sikap Nanda yang sangat drastis itu. Rasanya Anita kembali ragu atas ucapan-ucapan manis Nandan beberapa saat yang lalu.
Sepeninggalannya Nanda, Anita masih duduk merenung di tempat, namun dering notifikasi di handphonenya mengintruksi kegiatan merenungi nasibnya. Anita membuka pesan yang ternyata dari temannya yang mengajaknya bertemu sekarang juga. Mendadak. Katanya dia rindu sebab mereka tidak bertemu cukup lama. Mau tidak mau, Anita meng-'iya'-kan ajakan temannya. Hitung-hitung untuk menyegarkan kepalanya juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesabaran Seorang Istri (Proses Revisi)
RomanceCinta? Menurutmu definisi cinta itu seperti apa? Kalau menurutku, cinta itu ... kamu.