Lelah

4.3K 167 2
                                    

"Sepertinya Tuhan memang menakdirkan kita hanya sebatas teman biasa, bukan teman hidup.
Sepertinya Tuhan sudah lelah melihat semua perjuanganku
Dan sepertinya Tuhan sudah menyuruhku untuk menyerah saja
Karena mungkin Tuhan tahun kalau ternyata aku sudah berada di titik paling lelah."

Hehe maaf yaa baru sekarang dilanjutin ceritanya, maklum orang sibukk.
Sibuk urusan hati maksutnya XD
Happy reading guyss
Jangan lupa ninggalin jejak, okeyyy:3

"Siapa saja, tolong bangunkan aku dari mimpi paling buruk ini. Aku tidak percaya semua ini, ini benar-benar hanya mimpiku saja. Al mencintaiku, Al tulus mencintaiku. Argh! Kenapa aku begitu sebodoh ini sampai-sampai mau mempercayainya berulang kali? Dia benar, aku emang bodoh, aku tolol karena sudah mau diperdaya oleh mereka," gumam Anita seraya memukul stir mobilnya dengan keras. Air mata sialannya pun tidak ingin juga berhenti bergulir, dia benci menangis seseorang yang bahkan tidak peduli kepada dirinya.

Ciiit!

Anita menjadi tidak fokus ke arah jalan, dia tiba-tiba mengerem mendadak ketika kesadarannya sudah kembali, hampir saja dia menabrak seorang anak kecil yang berlarian di jalan. Anita memilih menepikan mobilnya dan mencoba untuk menenangkan dirinya terlebih dahulu, takutnya nanti dia malah benar-benar menabrak orang. Dia enggan berurusan dengan banyak orang kali ini.

Beberapa saat mencoba menenangkan dirinya sendiri, akhirnya dia perlahan mulai menenang dan dia kembali menjalankan mobilnya dengan kecepatan standar. Dia tidak ingin membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi hanya karena emosinya yang coba dia redam.

    ***

Sesampainya di rumah, Anita memasuki rumahnya namun yang dia temukan hanya bik Inah yang tengah menyiram tanaman di halaman depan. Bahkan dia tidak melihat sopir yang biasanya bersama dengan bik Inah.

"Bik,  mama sama papa ke mana?" tanya Anita kepada bik Inah yang terlihat masih sibuk dengan selang di tangannya sampai tidak menyadari kehadiran Anita di sana.

"Tadi katanya mau keluar sebentar, Non, nggak tahu sih tepatnya mau ke mana," jawab Bik Inah sopan.

"Ohh, oke deh, Bik. Aku ke kamar dulu, ya," pamit Anita yang berlalu pergi meninggalkan bik Inah.

Sesampainya di kamar, Anita menghempaskan tubuhnya dengan kasar ke arah ranjang empuknya. Dia menatap langit-langit kamarnya. Kali ini dia tidak ingin kabur lagi, dia tidak ingin lari dari masalah, dia akan mencoba menghadapi semua masalah kali ini. Tanpa terasa, Anita sudah mulai memasuki alam mimpinya.

    ***

"Sayang," panggil Nandan dengan begitu lirihnya.

Anita menatap jengah dan malah ke arah sang suami yang bahkan tidak menganggap dirinya sebagai istrinya. Haha ... sangat lucu sekali takdir yang diberikan Tuhan padanya. Saking lucunya sampai membuat Anita hampir khilaf untuk melenyapkan nyawanya.

"Iya kenapa?" tanya Anita benar-benar dengan raut wajah sangat tidak bersemangat.

"Gue pamit ya mau pergi dulu," balas Nandan.

Entah kenapa tiba-tiba perasaan Anita berunah gundah. Ada sebuah batu besar yang mengganjal hatinya. Sebenarnya ada apa sampai perasaannya segundah ini? Tanya Anita di dalam hatinya.

"Mau ke mana?"

"Nggak ke mana-mana kok, cuma pamit pergi aja. Maaf karena selama ini sudah membuat lo hidup dalam ketersiksaan. Gue tahu gue emang sama sekali tidak berguna menjadi suami lo, dari itu gue pamit mau pergi aja," balas Nandan disertai dengan senyum yang ... entah, Anita sendiri tidak bisa mengartikan arti dari senyum itu.

Kesabaran Seorang Istri (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang