Berubahlah!

5.6K 216 22
                                    

Halo teman-teman sekalian, maaf ya author updatenya ngaret banget, yaudh gamau banyak omong lagi.

Happy reading.💚

Sudah hampir 1 tahun 6 bulan pernikahan Nandan dengan Anita, tapi apa? Sikapnya tidak juga berubah malah semakin menjadi, Nandan jarang mengajak Anita bicara kalau bukan Anita yang membuka percakapan terlebih dahulu bahkan itupun dia menjawab sekenanya saja, dia mengacuhkan Anita, bahkan sama sekali tidak memperdulikan Anita, mau Anita sakit mungkin mati sekalipun, Nandan tidak akan memperdulikan Anita.

Tapi, Anita tidak pernah sama sekali berfikiran untuk meninggalkan Nandan, bagaimanapun dia disakiti, kenapa? Karena Anita mengingat janjinya dengan Tuhan, untuk selalu ada buat Nandan bagaimanapun keadaannya, dan Anita merasa bahwa Nandan sebenarnya memang membutuhkannya, dan satu lagi, Anita yakin bahkan sangat yakin, jika suatu saat nanti Nandan akan mencintainya sebesar dia mencintai Nandan.

                 ***

"Hmm ... Al!" Panggil Anita seraya duduk di samping Nandan.

"Ya?" sahut Nandan tanpa mengalihkan pandangannya dari layar berbentuk persegi itu.

"Kita sudah menikah 1 tahun lebih lho,"

"Terus?" tanyanya dingin dengan ekspresu datar seperti biasa.

"Apa kamu nggak punya perasaan sama aku? Sedikitpun?" Anita bertanya dengan hati-hati.

"Nggak!" Jawab Nandan enteng.

Anita diam, mencerna kata-kata yang baru saja keluar dari mulut Nandan, itu sudah keberapa kalinya Anita dibuat kecewa oleh Nandan, dan dia masih bisa sesabar itu.

"Kenapa?" tanyanya seraya mengalihkan pandangannya.

Anita masih saja bungkam, Anita hampir saja merasa putus asa dengan keadaannya yang sekarang, tanpa disadari, air mata sudah membendung di kelopak matanya yang sebentar lagi akan jatuh, Anita menengadahkan kepalanya, supaya air matanya tidak jatuh, supaya dia tidak terlihat seperti wanit yang sangat lemah di mata Nandan.

"Ta..." panggil Nandam.

"Hmm..." Anita berdehem sebagai jawaban.
"Apa kamu nggak ada niatan buat berubah sedikit saja?" tanya Anita lirih, dia sudah menyiapkan hatinya untuk jawaban yang akan di lontarkan oleh Nandan.

"Gimana ya, gue minta maaf banget sama elo, gue nggak mau berpura-pura baik sama elo, gue takut ntar elo mikirnya kejauhan, gue takut elo baper sama sikap baik gue, gue takut ntar elo salah pengertian sama sikap gue, tapi kalo emang elo mau lihat gue berubah, gue bakalan berubah, tapi gue nggak bakalan bisa cinta sama elo, gimana?" Nandan menjawab tanpa memikirkan perasaan Anita sedikitpun.

"Iya, aku tahu kamu nggak bakalan bisa cinta sama aku, iyaa aku nggak akan berasumsi terlalu tinggi atas sikap kamu, silahkan menjadi baik, aku nggak akan baper sama sikap baik kamu, aku nggak akan salah mengartikan sikap baik kamu, silahkan menjadi baik meski itu cuma pura-pura saja, meski kamu nggak akan pernah bisa cinta sama aku." Lirih Anita, dia sudah merasa pasrah dengan apa yang akan dilakukan oleh Nandan.

"Aku tahu kamu nggak bisa cinta sama aku karena kamu masih cinta sama Opi, aku tahu itu, Nan." Ucap Anita.

Tiba-tiba saja Nandan menampar pipi kanan Anita dengan begitu kerasnya, Anita merasakan perih di sudut bibirnya, dia juga terbelalak dengan apa yang sedang terjadi saat ini, Anita sudah tidak bisa menahan air matanya lagi, dia merasakan perih di sudut bibirnya, dan dia merasakan sakit hati lagi.

"Jangan sekali-kali lo bawa Opi, asal lo tahu, dia nggak bersalah, dia nggak tahu apa-apa, dan satu hal lagi, jangan lo keluarin air mata buaya lo, jangan sekali-kali lo ngadu ke Mama ataupun Papa gue lagi!!" Ucap Nandan murka.

Kesabaran Seorang Istri (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang