• Cerita ini murni dari imajinasi-ku sendiri, jika ada kesamaan dalam cerita, alur dan namaㅡ Itu semua hanya kebetulan •
"Junghyun lupa bawa ponselnya, bagaimana ini, aku tidak bisa menelponnya kembali-- aku harus mengantarnya." Lirih Jimin.
............
Jimin berjalan dengan pelan saat menuruni tangga, ia menggunakan tongkat yang dibeli oleh Jungkook untuknya.
Sebenarnya ia tidak tahu harus kemana tapi ia harus menemui suaminya untuk memberikan ponselnya.
Ia meraba pintu depan rumah mertuanya.
"Taksi?." Teriak Jimin saat ia berada di gerbang rumah mertuanya dan mendengar suara mobil didepannya.
Namun mobil itu tidak berhenti.
Jimin mendengar suara mobil lagi, ia melambaikannya sambil berteriak "Taksi!."
Dan kali ini mobil itu berhenti.
Jimin meraba mobil itu dan membuka pintu mobil itu perlahan.
"Mau kemana Tuan?."
Jimin bernafas lega karena sopir taksi itu bertindak ramah dengannya.
"Um, saya tidak tahu alamatnya tapi bisa bapak antar saya di Perusahaan Jeon?." Jimin berharap semoga ia cepat sampai disana.
"Saya tahu alamatnya Tuan." Jimin mengangguk tersenyum.
"Terima kasih pak."
"Sama-sama Tuan."
Tak lama kemudian Jimin sampai di Perusahaan Jeon tepatnya di kantor mertuanya, sopir itu dengan pengertiannya membukakan pintu mobil untuk Jimin dan membawakan tongkatnya.
"Berapa pak?." Tangan Jimin meraih tasnya untuk mengambil uang disana.
"Sudah untuk Tuan saja."
"Tapi pak, saya harus bayar bapak." Jimin mengambil uang 300 ribu dan memberikannya kepada sopir itu.
"Sungguh saya ikhlas membantu Tuan." Sopir itu menolak uang Jimin.
"Tolong terima pak-- Saya sangat berterima kasih karena bapak mau menolong saya." Jimin memberikan uang 300 ribu itu lagi untuk sopir itu.
Sopir itu hanya diam saja menatap iba Jimin, tangan Jimin meraih tangan sopir itu dan memberikan uangnya pada sopir itu lalu ia masuk kedalam kantor, ia bahkan tidak menggubris teriakan sopir itu.
Jimin sampai di resepsionis, ia mendengar suara langkah orang berlalu lalang di sampingnya.
"Permisi?." Jimin bertanya pada seseorang.
"Jimin?." Taehyung tiba-tiba menghampiri Jimin.
"T-Tae kan?."
"Ya ini aku Tae, aku senang kau membaik?." Taehyung mencoba untuk menahan airmatanya karena melihat Jimin sekarang.
"Terima kasih Tae, aku kemari untuk menemui Junghyun? Apa kau melihatnya?." Jimin meraih ponselnya dan memberikannya pada Taehyung.
"Junghyun?." Taehyung mengambil ponselnya.
"Iya Junghyun-- Tadi temannya menghubunginya dan memintanya untuk membawa ponselnya."
Mereka terdiam lama.
"Hyung!." Teriak Jungkook tak sadar jika Jimin ada didepannya.
"Oh sial, ponselku tertinggal." Keluh Jungkook namun Taehyung hanya mengeratkan matanya kasar.
"Junghyun?." Panggil Jimin menoleh kearah Jungkook.
"Jimin?." Kejut Jungkook menatap Jimin lalu menatap Taehyung, Taehyung hanya memberikannya ponsel lalu pergi meninggalkan mereka berdua.
"Untuk apa kau kemari?." Jimin terkejut dengan ucapan Jungkook.
"H-Hanya mengantar ponselmu yang tertinggal di meja kamar?." Jimin menatapnya sedih, Jungkook ini merengkuhnya dan memeluknya erat.
"Oh! Tapi kau baik-baik saja saat perjalanan disini?." Jungkook mengamati Jimin yang kini makin murung.
"B-Baik." Seolah Jimin menahan airmatanya. "A-Aku juga membawakan ini untukmu, aku memasaknya saat kau berangkat kerja tadi?." Jimin menyodorkan kotak bekal pada Jungkook.
Jungkook hanya menatapnya dan terdiam lama membuat airmata Jimin ingin meledak.
"A-Aku p-pulang d-dulu Junghyun, selamat bekerja." Jimin meraih tangan Jungkook dan memberikan kotak bekal itu pada Jungkook lalu meninggalkannya.
"Mungkin dia malu mempunyai suami buta seperti aku, sampai dia tidak mau menerima bekal buatanku." Jimin mengusap airmatanya lalu ia meneriaki taksi lagi sampai ada tangan yang menarik lengannya.
"Aku antar ya?." Jungkook menuntunnya lalu mengusap airmata Jimin.
"K-Kau kan bekerja, aku tidak apa-apa sungguh--." Jimin melepas tangan Jungkook perlahan.
"Aku sudah selesai, aku antar ya?." Kalimat Jungkook yang terakhir dengan nada penekanan-- Jimin hanya mengangguk pasrah lalu membiarkan Jungkook menuntunnya, membawanya masuk kedalam mobil.
"Kau tak perlu membawakan ponselku jauh-jauh dari rumah ke kantor." Ucap Jungkook saat di perjalanan.
"Jika aku tidak menjawab panggilan dari temanmu, aku tidak akan pergi jauh-jauh dari rumah hanya untuk mengantar ponselmu, Junghyun." Ucap Jimin tanpa melihat Jungkook.
"Tapi ini sangat berbahaya, kau keluar tanpa memberitahuku?." Bela Jungkook.
"Lalu apa? Kau ingin aku tidak mengangkat telpon dari temanmu? Kau ingin aku diam saja saat temanmu mengatakan kalau kau harus membawa ponselmu karena dokumen yang ada didalam ponselmu sangat penting?." Mata Jimin berkaca-kaca, ia kepalkan tangannya. "Kau berharap aku bisa menelponmu dengan keadaan mataku yang seperti ini?."
"Bukan itu maksud--."
"Katakan Junghyun-- Katakan kalau kau malu mempunyai suami yang buta seperti aku?." Jimin menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Jungkook menepikan mobilnya lalu mengusap pipi Jimin.
"Kau bukan Junghyun yang aku kenal dulu-- Kau berubah saat setelah kau tahu aku ini buta-- Kau bilang kita akan baik-baik saja saat aku ini buta tapi kau tidak baik-baik saja Junghyun." Jimin mendorong tangan Jungkook dari pipinya.
"Jimin? Aku hanya senang dan mungkin terlalu senang karena kau kemari tapi kau harus dengar aku-- Di luar sangat berbahaya, aku hanya takut kau terjadi apa-apa." Jungkook berusaha menenangkannya.
Jimin menggelengkan kepalanya, mungkin ini saatnya ia harus mengatakan segala kegelisahan yang ia alami saat ini.
"Kau bahkan tidak pernah menciumku, kau enggan memelukku disaat kau sedang tidur- Apa ada orang lain yang kau cintai saat ini Junghyun?." Ucap Jimin membuat Jungkook panik.
"T-Tidak ada Jimin, kumohon jangan katakan itu--."
"Aku siap Junghyun-- Jika kau ingin berpisah denganku aku siap." Jimin menutup matanya dengan eratnya.
Disaat itulah Jungkook tidak bisa mengatakan apapun.
..............
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Not My Husband ll Kookmin
Fanfiction"K-Kumohon kali ini saja permintaanku, jangan katakan padanya saat aku tidak adaㅡ Berpura-puralah menjadi aku dan bahagiakan dia untukkuㅡ." ✔ This story belong to me ✔ Don't be a silent reader ©koucan 2018 Start : 11 April 2018 End : 13 Mei 2018