Sehun menyerah.
Kesabarannya terasa di peras sampai titik penghabisan. Mereka memang tinggal serumah, tetapi Chanyeol benar-benar tak pernah hadir. Sehun tahu bukan dia yang mengisi benak lelaki itu. Saat sepasang mata yang tajam seakan terarah pada istrinya.
Laki-laki berkulit putih itu pun juga tahu bukan dia atau calon anak mereka yang menyita perhatian dan pikiran lelaki jangkung itu setiap hari. Kandungan yang semakin besar tak cukup mendapatkan porsi perhatian lebih. Chanyeol menjalani semua kebersamaan mereka seperti rutinitas. Pagi-pagi lelaki itu akan bangun, lalu bersiap ke kantor lebih awal, masakan yang dimasaknya pun tak di sentuhnya sama sekali. Lebih dari delapan jam diluar, sia-sia sebagai istri.
Sehun berharap mendapat sepotong kalimat kasih sayang. Tapi, ia hanya dapat tatapan penuh kebencian dengan kata-kata sinis yang dilontarkan Chanyeol untuknya. Pulang dari kantor lelaki itu akan terlihat terlalu lelah untuk sekedar bercakap-cakap membahas persiapan kehadiran si kecil. Namun, masih mampu menenggelamkan wajahnya dalam buku tebal. Nonsense
Untuk mengetahui apa yang di lakukan suaminya seharian diluar, karena Chanyeol tak pernah bercerita apa pun. Sehun terpaksa harus melakukan stalking mengikuti timeline dari status laki-laki itu di sosial media.
Di akhir pekan, Chanyeol pagi-pagi sudah meninggalkan rumah dengan alasan jogging, yang tak jarang menghabiskan waktu hingga larut malam. Atau pulang sekedar ganti baju sebelum tergesa meninggalkan rumah, lebih tepatnya Sehun dengan deruan mobil sportnya.
Benarkah dia tak sebeharga itu untuk mendapatkan sedikit tatapan dan perhatian Chanyeol?
Laki-laki cantik itu merayapi cermin besar di lemari kamar. Kehamilan rasanya tak mengubah drastis wajah dan tubuhnya.
Sehun mengamati suaminya yang kian menjauh hingga pada satu kesimpulan,semua tingkah laku lelaki itu, bagaimana dia menjaga jarak dan lain-lain, adalah sebuah upaya untuk setia. Kemudian, dimana upaya itu akan berakhir kalau bukan perpisahan mereka setelah Sehun melahirkan?
Kesadaran membuat lubang yang terasa kian dalam sejak mereka menikah, semakin dipenuhi kecemasan. Malam-malamnya kian berair mata, entah Chanyeol mendengarnya apa tidak, sebab tangisannya tak sedikit pun meraih simpati laki-laki itu. Kepanikan mendadak yang seakan mengubur Sehun hidup-hidup.
Rasa lelah dan frustasi.
Dia sudah mempertaruhkan begitu banyak hal, untuk Chanyeol. Mengubur dalam dalam keinginannya demi melindungi lelaki itu dari orang-orang jahat yang ingin memanfaatkan kekayaannya, termasuk laki-laki yang kerap sekali di pikirkan Chanyeol setiap hari, Byun Baekhyun.
Tujuan memiliki Chanyeol telah sirna, ketika berbulan-bulan bahkan dengan kehamilan yang terus membesar, hati lelaki itu tetap tak berpaling untuk mencintainya.
Dia telah gagal, selesai.
Sehun melangkah ke kamar tidur, duduk di pinggirannya memandang cutter yang berada di genggamannya. Dia ingin mati. Rasa frustasi akan Chanyeol yang terus menyalahkannya membuat ia tak punya jalan keluar untuk mengakhiri hidupnya ini. Biarlah dia mati, yang terpenting Chanyeol bisa kembali seperti dulu lagi, seperti saat mereka berdua menjadi sahabat. Tanpa harus membuatnya beban akan dirinya.
Pandangannya mengabur oleh air mata saat melihat bagian perut yang membuncit. Ada sebersit keraguan, janin itu, anak mereka. Satu-satunya bukti kebersamaan dengan laki-laki yang telah mendapatkan seluruh hatinya.
Namun, Sehun tak punya pilihan.
Chanyeol adalah tujuan hidupnya, alasan membuat dia bergerak dan termotivasi menjalani hari-hari hambar sekali pun. Namun pagi ini, memandang mata suaminya dalam-dalam, Sehun tak memiliki sedikit pun ruang disana. Semua yang di lakukannya telah sia-sia, tak ada hal apapun, bahkan kelahiran anak ini nanti, yang akan sanggup membalikkan hati Chanyeol.
Dia pun berjalan kearah kamar mandi dan memasukkan tubuhnya kedalam bathup yang telah terisi air olehnya. Diletakkannya sebuah map coklat diatas wastafel , berisi bukti-bukti kejahatan Baekhyun yang disimpannya selama ini. Biarlah Chanyeol mengetahui semua kebenarannya setelah dia tiada.
"Maafkan Mama, sayang. Selamat tinggal anakku, Mama sangat menyanyangimu." Sehun mengelus perutnya, menyampaikan selamat tinggal pada si kecil. Kemudian dengan tangan sedikit gemetar, Sehun menggoreskan cutter itu pada urat nadinya. Rasa sakit menjalar di seluruh tubuhnya membuat air mata tak kuasa mengalir di pipi tirusnya. Darah mulai merembes keluar dari tangannya dan mengotori air yang semula bersih menjadi merah darah.
Cahaya pelan-pelan direnggut dari matanya.
END.
oh_hani94
KAMU SEDANG MEMBACA
A Grieving Love ( 슬픈 사랑 ) END ||• Book Chanhun •||
Ngẫu nhiên"Ternyata aku salah, aku menikah dengan seseorang yang bahkan ketika bilang cinta dia mengatakannya sambil membelakangiku." ChanHun! A grieving Love udah tamat yah. Jadi, daripada nganggur nih cerita aku khususin untuk book chanhun mau itu drabble...