Chapter 1 -Sadness-

4.6K 347 17
                                    

Chanyeol dan Sehun adalah busur dan anak panah. Keduanya memiliki bidikan yang sama, sebuah titik bernama istana cinta. Namun, arah angin mengubah Chanyeol, sebagai busur, dia memilih sasarannya sendiri dan membiarkan anak panah melesat tanpa daya.

"Hyung?"

Chanyeol bergeming.

"Anak kita mau dikasih nama apa?" tanya Sehun dengan senyum tulusnya menatap wajah suaminya yang berada di sisinya.

"Kok, hyung diam saja?" melihat Chanyeol yang diam tak bereaksi apapun.

Sehun bangkit dari posisi tidurnya mendekatkan wajahnya kearah Chanyeol yang sedang membaca buku sambil menyenderkan tubuhnya di kepala ranjang. Tak ada reaksi sama sekali dari Chanyeol, seakan-akan buku itu lebih menarik untuk dilihat ketimbang istrinya.

Laki-laki tampan sekaligus manis itu menarik napas dalam. Kandungannya sudah semakin besar. Namun, Chanyeol tak pernah perduli.

Kenyataan ini menyedihkan.

Sikap tak acuh dan tak peduli yang di tunjukkannya kepada sang istri, di awal-awal mungkin bisa di maklumi. Dia mengerti jika Chanyeol masih menyalahkannya akan peristiwa yang memaksa mereka menikah. Kesalahan fatal yang membuat mereka harus terikat dalam hubungan bernama pernikahan.

Keintiman yang akan membuka pintu kedekatan dan memancing koneksi di antara mereka berdua. Hanya itu, Sehun sama sekali tidak mengira "hubungan" sekali akan membuahkan janin di perutnya.

Pernikahan memang ada, tetapi arus listrik yang seharusnya menghubungkan mereka berdua sebagai suami-istri, tidak juga tercipta. Ah, mungkin tepatnya belum.

Sebagai laki-laki yang dididik dalam lingkungan tradisi yang ketat dengan aturan-aturan konvensional. Sehun juga diajarkan untuk tak gampang menyerah jika dia menginginkan sesuatu. Apa pun itu.

Namun, sikap Chanyeol tetap dingin, dan tak peduli. Bahkan tidak mau terlibat setiap pemeriksaan kandungan, apa dia di cap sebagai laki-laki yang kurang bersyukur? Setidaknya lelaki itu mau mengantarkan, walaupun enggan melewati pintu pemeriksaan dokter kandungan dan membiarkan istrinya sendiri di dalam.

Semula Sehun mengira, keacuhan itu perlahan akan bisa di taklukkan. Menyadari kesalahannya yang "menggiring" hingga peristiwa yang tidak diinginkan itu terjadi. Dia siap bersabar dan melakukan apa pun untuk membahagiakan Chanyeol. Kuncinya kesabaran dan keuletan kata Eomma saat menceritakan perjuangan perempuan berusia lima puluhan itu menaklukkan Appa Sehun. Maka Sehun pun bersabar, melayani keperluan lelaki itu dari ujung kepala sampai kaki, bersiap-siap sebelum dia bangun, dan baru memicingkan mata setelah memastikan suaminya terurus dengan baik.

Dia berusaha tak terpancing dan tetap lembut, kecuali ketika cemburu. Namun, menurut laki-laki manis itu, sejauh ini dia bisa di bilang cukup sabar ketika perhatiannya di sambut dingin.

Biarlah Chanyeol bertindak sesuka hatinya, terus mengejar lelaki bernama Byun Baekhyun. Meski kecemburuannya sering tersulut terutama ketika suaminya pulang telat dari kantor. Bayangan laki-laki manis bernama Baekhyun yang mungkin menemani suaminya diluar- sulit dihilangkan dari kepala, sebab hanya satu nama itu yang tak berhenti di cintai Chanyeol.

Cemburu berat menguras kesabaran Sehun semakin akut seiring kandungan yang kian tua. Dia tak tahan lagi kehilangan sosok matahari yang siap membantu siapa pun. Dan, perkataan laki-laki itu tadi benar-benar menyakitkan.

"Kamu minta aku peduli akan anak, yang bahkan belum tentu darah daging aku?"

Sehun tercengang. Hatinya sakit bagaikan di hujam beribu-ribu jarum, menyakitkan.

Ringan sekali tangannya melayang ke wajah Chanyeol.

"Teganya kamu tidak mengakui anak kamu sendiri, hyung. Aku hanya tidur denganmu seorang. Apa itu tak cukup membuatmu percaya kalau anak yang sedang ku kandung adalah darah daging mu sendiri." ucap Sehun dengan berderai air mata.

Sikap naik darahnya berakibat Chanyeol berhenti bicara sepenuhnya.

"Kamu tahu, hyung. Aku kira segalanya menjadi mudah menjalani hidup setelah hyung mendampingiku dan menjadi suami sahku."

Dia yakin Chanyeol belum tidur dan bisa mendengar kalimat istrinya kemudian, yang bernada sedih.

Sehun mencondongkan tubuhnya, hingga bibirnya begitu dekat dengan telinga lelaki di sisinya. Mulutnya mengembuskan napas hangat pada rambut-rambut halus di belakang telinga Chanyeol sebelum dengan penuh sesal berkata,

"Ternyata aku salah. Aku menikah dengan seseorang yang bahkan ketika bilang cinta dia membelakangiku."

Chanyeol bertahan memejamkan mata.





tbc.

A Grieving Love ( 슬픈 사랑 ) END ||• Book Chanhun •||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang