Tepat di samping Sehun Chanyeol terduduk menatap wajah cantik istrinya yang semakin hari terlihat pucat, pipi berisinya pun hilang tergantikan cekungan pipi yang terlihat kedalam menonjolkan garis tulang pipinya.
Di genggamnya jemari lentik yang terkulai lemas itu dengan kedua tangannya. Meremas-nya pelan lalu mengecup punggung tangan itu lama, sebelum menenggelamkan tangan yang terpasang infus itu di lekukan pipi-nya. Di lihatnya lamat-lamat wajah itu kembali, dibalik kelopak mata yang terpejam itu terdapat sebuah manik cantik yang selalu melihat-nya penuh cinta. Namun selama ini Dia selalu membuat manik mata itu menyendu melihatkan guratan kesedihan yang selama ini ditampilkannya dengan sebuah senyuman yang terlihat tulus. Sesak rasanya saat mengingat mata itu selalu mengeluarkan cairan bening hanya karena dirinya.
Tess..
Satu air mata menetes dari kelopak mata-nya hingga terus menerus menetes membasahi pipinya isakan pilu pun terdengar dari celah bibirnya melontarkan kata maaf berulang kali. Tanpa disadarinya Sehun meneteskan air mata yang mengalir dari sudut matanya seakan-akan ikut merasakan kesedihan yang dirasakan suaminya.
Ceklek...
Suara pintu terbuka menampilkan sosok lelaki berjas putih yang selama ini menjadi dokter pribadi istrinya, Sehun."Chan, bisakah kau ke ruanganku. Aku ingin mengatakan hal penting padamu?"
Chanyeol menoleh. "Baik Hyung"
"Silahkan duduk Chan" Donghae yang telah terlebih dahulu duduk di kursi kerjanya mempersilahkan Chanyeol untuk duduk dihadapannya.
"Ada apa Hyung?" Tanyanya setelah mendudukkan dirinya di kursi yang disediakan khusus untuk tamu. Tangannya tertaut cemas menantikan ucapan sang dokter mengenai keadaan istrinya saat ini.
"Ini tentang Sehun, Chan. Keadaannya setiap hari semakin memburuk. Aku selalu berusaha keras menangani Sehun dengan baik. Tapi selama ini Sehun sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda dia akan bangun."
Chanyeol terdiam tak bergeming - berusaha menahan gejolak emosi yang bercampur aduk di hatinya.
"Teruskan Hyung..." Ucapnya dengan lirih menanti kelanjutan perkataan Donghae.
Donghae mengusap wajahnya yang nampak kelelahan sebelum menatap kembali wajah Chanyeol yang sudah basah oleh air mata. Dirinya meringis pelan melihat keadaan Chanyeol yang terlihat kacau saat ini.
"Maaf Chanyeol... Hyung tidak bisa berbuat apa-apa. Dengan berat hati kami semua telah memutuskan untuk mencabut seluruh alat-alat medis yang terpasang di tubuh Sehun."
"Apa maksudmu Hyung? Jelas jelas selama ini kau selalu menyemangati ku untuk tidak menyerah menanti kesembuhan sehun. Dan hari ini kau menyerah begitu saja Hyung?" Protes Chanyeol dengan linangan air mata yang terus membasahi pipinya.
"Hiks.. hiks.. kumohon Hyung." Chanyeol menggenggam tangan Donghae dengan erat. "Jangan menyerah begitu saja. Apa kau tak memikirkan pengorbananmu selama ini untuk Sehun Hyung, dia pasti senang sekali saat terbangun mengetahui kakak kesayangan-nya yang selama ini merawatnya."
"Kau tahu Hyung? Ada seorang anak yang selalu berharap Ibunya akan terbangun kembali dari tidur panjangnya, menanti kelopak mata itu terbuka. Tangan mungilnya setiap malam selalu tertaut mengenggam tangan yang lebih besar darinya, berusaha menyalurkan rasa hangat dari telapak tangan kecilnya. Setiap pagi menjadi rutinitasnya menyapa dan mengecup pipi Mamanya dengan sayang. Pulang sekolah pun dengan semangatnya Dia selalu menceritakan hal hal yang menarik yang dialaminya di sekolah, mengabaikan fakta bahwa Mamanya mendengarnya atau tidak. Dia selalu mengganggap Sehun mendengarkan apa yang selalu Dia katakan dan menatapnya penuh minat akan ceritanya. Dan yang membuatku sangat sedih, Minhyung selalu melihat teman temannya yang selalu diantar Ibunya setiap pagi, dibuatkan bekal yang enak setiap hari dan Minhyung ingin sekali Sehun memeluknya setiap malam saat tidur." Jelas Chanyeol dengan isakan.
"Kau pasti tahu maksudku Hyung, bahkan Dia sama sekali tak pernah merasakan sosok seorang Ibu sejak dia lahir. Apa kau tega menghancurkan harapannya selama ini Hyung? Minhyung pernah berkata padaku 'Papa, Minhyung ingin merasakan kasih sayang seorang Ibu, Tiwai selalu membanggakan ibunya pada teman-teman betapa beruntungnya tiwai mempunyai Ibu sepertinya' Hatiku serasa diremas Hyung mengetahui kenyataan kalau ini ada kesalahanku. Aku penyebabnya Hyung..." Chanyeol memukul dadanya keras meluapkan rasa sakit yang di tahannya selama ini.
"Aku penyebab Minhyung yang tak pernah merasakan kasih sayang seorang Ibu Hyung." Chanyeol jatuh tersimpu dilantai, menenggelamkan kepalanya dilipatan kakinya. Bahunya tersentak-sentak kecil akibat tangisannya.
Donghae tertegun mendengar setiap kalimat yang diucapkan Chanyeol. Ia tak bisa membayangkan Minhyung mengetahui fakta bahwa Ibunya tak ada harapan lagi untuk sadar kembali. Dia sungguh tak tega melihat keponakannya menangis melihat tubuh Ibunya terbujur kaku di hadapannya. Diusapnya dengan kasar cairan hangat yang lolos dari pelupuk matanya sambil berjalan menghampiri Chanyeol yang terduduk di lantai.
Donghae mensejajarkan tubuhnya di depan Chanyeol dan menepuk kedua bahu Chanyeol pelan "Tenanglah, aku akan berusaha semaksimal mungkin yang terbaik untuk Sehun demi Minhyung dan juga kau Chan."
Ada kelegaan yang terpancar dari sorot mata Chanyeol. " Terima kasih Hyung, seumur hidup aku akan selalu berhutang budi padamu Hyung." Donghae mengangguk mengerti disertai senyuman yang melihatkan lesung pipinya.
***
Hari sudah beranjak malam. Sekembalinya Chanyeol dari ruang kerja Donghae, Chanyeol masih belum beranjak dari sisi Sehun. Di genggamnya tangan itu dengan erat.
"Bangunlah. Apa kau tak merindukanku. Ada seseorang yang selalu menunggumu sadar, sayang." Lirih Chanyeol.
Tok..tok..tok
Suara ketukan pintu membuat Chanyeol dengan cepat menghapus air mata yang sempat mengalir dari sudut matanya. Pintu pun terbuka, menampakkan siluet wanita paruh baya dengan seorang anak kecil yang berada di gendongannya.
"Papa!" Panggil Minhyung dengan semangat, kedua tangannya di rentangkan menunggu sang Papa menyambut uluran tangannya.
"Kenapa Eomma malam-malam kesini?" Tanya Chanyeol sambil mengambil alih Minhyung dari gendongan Eomma-nya.
"Minhyung-ie menangis ingin tidur dengan Papa-nya" Jawab Nyonya Park sebelum mengistirahatkan tubuh lelahnya di badan sofa.
"Jagoan Papa kenapa menangis, hm? Tanya Chanyeol sambil mencubit pelan hidung Minhyung.
"Minhyung rindu Papa dan Mama." Jawab Minhyung dengan tawa khasnya yang terlihat lucu.
"Papa juga merindukan Minhyung."
"Benarkah?"
"Iya sayang. Papa sangat rindu dengan Minhyung, sekali saja tidak melihat Minhyung Papa akan sedih." Ucap Chanyeol dengan wajah cemberutnya. Minhyung terkekeh geli menatap wajah Papanya yang menurutnya lucu.
"Kenapa tertawa sayang, apa ada sesuatu yang lucu?"
Minhyung mengangguk cepat disertai kekehan renyah di bibir kecilnya. "Wajah Papa sangat lucu seperti yoda saat cemberut."
Chanyeol ikut tertawa melihat wajah lucu anaknya dengan deretan gigi kecilnya yang belum benar-benar tumbuh. "Bagaimana tadi Minhyung di sekolah, apa Minhyung merepotkan Halmoni?"
"Tidak Papa, Minhyung tidak merepotkan Halmoni sama sekali, kok." Bibir kecilnya mulai berceloteh banyak hal apa yang di laluinya di sekolah hari ini dengan Chanyeol yang mengangguk-anggukan kepalanya saat sebuah pertanyaan yang diajukan padanya. Nyonya Park yang sedari tadi terdiam melihat interaksi keduanya tersenyum melihat cucunya yang terlihat antusias bercerita. Ia hanya berharap kebahagian selalu tercurah pada keluarga kecil mereka.
.
.
.
-TBC-Mohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan 🙏😊
💞Hani..
KAMU SEDANG MEMBACA
A Grieving Love ( 슬픈 사랑 ) END ||• Book Chanhun •||
Ngẫu nhiên"Ternyata aku salah, aku menikah dengan seseorang yang bahkan ketika bilang cinta dia mengatakannya sambil membelakangiku." ChanHun! A grieving Love udah tamat yah. Jadi, daripada nganggur nih cerita aku khususin untuk book chanhun mau itu drabble...