Kediaman keluarga Park begitu ramai dengan lampu yang terang benderang menerangi setiap sudut, suara dentingan piano yang elegan terjalin dengan derai tawa, samar-samar bergema keluar rumah. Sinar rembulan jatuh ke permukaan air dari kolam buatan diluar rumah. Banyak bayangan menari yang melewati jendela dari lantai ke langit-langit di lantai pertama ruang penjamuan. Suasana begitu ceria dan tampak hangat.
Banyak kendaraan mahal yang terparkir di halaman, berbaris dengan rapi. Seolah-olah menunjukkan status bangsawan pemiliknya. Hari ini adalah hari bahagia untuk keluarga Park dan Keluarga Wu untuk cucu kesayangan mereka. Mereka di undang untuk menghadiri acara ulang tahun Park Minhyung yang berusia 7 tahun hari ini.
Suasana menjadi hening setelah Tuan rumahnya memasuki aula, banyak pasang mata yang terpekik gemas dengan Tuan muda Park ini. Setelan jas hitam putih yang membalut pas tubuh kecilnya serta dasi kupu-kupu yang berwarna merah terang menggantung rapi di lehernya. Sejauh melangkah ucapan-ucapan selamat mengiringinya. Senyuman yang terkesan polos dia hadiahkan kepada mereka yang tulus mendoakannya sepenuh hati.
Tangan kecilnya menggoyangkan tangan seseorang di sampingnya, menyadarkan Papa-nya untuk tidak melupakan eksistensi dirinya saat bersapa menyambut tamu. Chanyeol meliriknya, tangan besar yang selalu hangat itu mengusap rambutnya penuh kasih.
"Ada apa, Nak?"
"Minhyung ingin sama Mama, Pa. Disini terlalu banyak orang, sesak."
Tatapannya mulai kesal melihat orang-orang di sekitarnya mulai menyanjung dirinya dengan berlebihan. Jangan dilupakan senyum palsu yang terkesan dipaksakan membuatnya bosan. Tangannya tak henti-henti mengipasi wajahnya yang mulai berkeringat.
"Dari tadi juga Papa tidak melihat Mama."
Chanyeol mengalihkan pandangannya menatap kerumunan para tamu, matanya menelisik setiap sudut ruangan, sampai atensinya melihat sesuatu yang membuat darahnya mendidih seketika.
Istrinya digoda oleh sekumpulan laki-laki genit yang sudah bau tanah!! Kurang ajar.
"Kita punya tugas Mark." Aura hitam pekat menguar dari balik punggung yang dibalut jas mahal itu.
Senyum jahat tercetak jelas di sudut bibir pasangan ayah dan anak ini.
"Kita harus menyelamatkan Mama dari Om-Om pedofil itu Pa." Minhyung menggeram kesal melihat tangan Mama-nya di pegang-pegang dengan alibi menjabat tangan. Jelas sekali sosok yang tengah di bicarakan sangat tidak nyaman dengan perlakuan mereka.
"Kau benar, enaknya kita apakan sayang?"
"Mark punya ide Pa." Tawa kecil muncul di sudut bibirnya, sebelum membisikkan sesuatu di telinga Chanyeol. Keningnya mengerut lalu kepalanya mengangguk karena memahami maksud anaknya.
Senyum puas Chanyeol layangkan pada anaknya. "Jagoan Papa memang hebat."
Minhyung membusungkan dadanya penuh bangga. "Iya dong, kan anaknya Papa Chanyeol, hehe..."
"Anak pintar."
***
Sehun bersedekap kesal, matanya menatap kedua insan yang sama-sama terduduk dengan kedua tangan yang diangkat keatas. Ayah dan anak ini menunduk tak mau menatap seseorang di depan mereka, macan betina yang sedang marah sangat menakutkan. Bahu mereka bergidik melihat tatapan maut Sehun.
"Kalian sadar apa yang kalian lakukan?"
Keduanya kompak menggeleng membuat Sehun mengerutkan kening.
"Kalian pura-pura lupa? Apa Mama harus mengingatkan supaya kalian ingat."
"Ma udah dong marahnya, tangan Minhyung pegal nih." Anaknya merengek dengan binar mata bak kucing liar yang meminta makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Grieving Love ( 슬픈 사랑 ) END ||• Book Chanhun •||
Random"Ternyata aku salah, aku menikah dengan seseorang yang bahkan ketika bilang cinta dia mengatakannya sambil membelakangiku." ChanHun! A grieving Love udah tamat yah. Jadi, daripada nganggur nih cerita aku khususin untuk book chanhun mau itu drabble...