sebelas

1.9K 113 7
                                    

Aisyah tak menyangka jika pertanyaan itu keluar dari mulut suaminya sendiri.

"Sebelumnya, Aisyah minta maaf. Aisyah tau ini semua salah Aisyah yang terlalu gampang mengiyakan ucapan Abi untuk taaruf bersamamu mas. Aku tak menyesal telah mengiyakan saran abi. Karena aku tau, pilihan abi tak akan pernah salah. Aku tau ini semua juga terlalu cepat buat mu mas. Bukan kamu saja. Tapi, aku pun juga. Tapi percayalah, ini murni anakmu mas, murni aku hamil Karna perlakuanmu sendiri malam itu." Aisyah merasakan sesak di dada, perlahan air Mata turun.

Ilham hanya mendengarkan kata yang keluar dari mulut Aisyah. Tak ada respon dari Ilham. Justru Ilham memilih keluar kamar mengangkat panggilan telfon yang tiba-tiba berbunyi.

Aisyah termenung sepeninggalan Ilham. Mengambil kalender yang terletak di samping tempat tidur. Udah dua Bulan aku cuti kuliah. Insyaallah besok aku bakal balik seperti Aisyah biasanya.

***

"Terimakasih Pak atas waktunya, saya permisi untuk masuk ke dalam kelas. Assalamualaikum." Pamit Aisyah keluar dari ruang rapat. Pagi tadi, sewaktu Aisyah baru menginjakan lagi kakinya di kampus ini setelah 2 bulan cuti. Tiba-tiba dipanggil oleh presiden BEM untuk membahas masalah masih atau tidaknya Aisyah kembali berceramah. Dengan penuh yakin, Aisyah menjawab masih.

Keluar dari ruang rapat, Aisyah berjalan perlahan menuju kelasnya. Seperti biasa, tatapan mahasiswa kampus ini selalu memandang Aisyah hanya karna pakaian. Untung saja Aisyah sudah terbiasa dengan semua itu.

Seusai mata pelajaran selesai, Cinta langsung saja berdiri tepat di depan meja Aisyah.

"Yaampun Syah, lo tau gak? Sewaktu lo dateng gue udah pengen nanya lo ngapain masuk tapi apa daya. Si dosen lagi ngoceh, mana berani gue," cerocos Cinta. "Eh, tapi lo ngapain sih udah masuk aja. Kan kasian kalo lonya kecapean, entar si debay kenapa-napa gimana?"

"Aduh Cinta. Kamu berlebihan deh. Aku udah gak kenapa-napa. Bener. Lagian, aku juga udah bosen dirumah. Kan mending aku balik kuliah, balik ngisi pengajian juga kan?"

"Iya sih. Tapi inget, lo gak boleh capek-capek."

"Iya Cinta. Sekarang temani aku ke aula ya. Hari ini kan hari jum'at tuh, jadwal aku ngisi nih."

"Gak ke kantin dulu Syah?"

"Aku udah sarapan Cinta. Udah ah ayok."

***

"Woy broo, ngelamun aja."

Kini, Ilham sedang bolos kelas kuliah bersama Yudis dan yang lainnya.

"Palingan lo mikirin bini lo ye kan," timpal Fahri.

"Atau lo mikir hubungan lo sama Kiara," lanjut Dion.

"Apa-apan sih lo semua. Pada gak jelas," kata Ilham yang membuat mereka tertawa.

"Noh si Kiara. Makin cantik aja," ucap Dion menyengol lengan Ilham.

Ilham dengan sigap berlari mendatangi Kiara. "Kiara, dengerin aku sayang."

Kiara berhenti saat lengan tangan sebelah kirinya di tahan oleh Ilham. "Apa sih Ham. Apa lagi. Semuanya udah jelas kemarin malam," kata Kiara.

Ingatan Kiara berputar saat malam kemarin.

Kiara mengajak Ilham untuk kencan seperti kaum muda pada umumnya. Tetapi, Kiara tidak memberi tahu Ilham soal kencannya hari ini. Ia ingin memberikan kejutan karena malam ini tepat satu lima Bulan mereka berpacaran. Kiara mendatangi rumah Ilham tanpa sepengetahuan Ilham. Keluar dari mobil yang ia tumpangi, dan berjalan anggun menuju pintu gerbang rumah Ilham yang menjulang tinggi.

"Permisi pak, Ilhamnya ada?" tanya Kiara kepada satpam rumah.

"Eh, eneng cari den Ilham?"

"Iya pak."

"Gimana ya. Mending eneng masuk aja, langsung tanya ke nyonya aja ya," tawar satpam tersebut.

Kiara mengangguk. Menunggu si satpam membuka gerbang untuknya. Setelah gerbang terbuka, Kiara masuk dan tak lupa mengucapkan terimakasih.

Langkah kaki Kiara terhenti di depan pintu masuk. Mengetuk pintu, dan tak lama keluarlah sosok wanita dengan balutan baju rumahan yang sudah berumur tapi nampak awet muda.

"Cari siapa ya," tanyanya.

"Selamat malam tante. Saya Kiara, mau ketemu sama Ilham. Ilhamnya ada," ucap Kiara.

Wanita tersebut yang Kiara panggil tante adalah ibu dari Ilham. Dila mempersilahkan Kiara masuk.

"Silahkan di minum," kata Dila saat menyuguhkan teh untuk Kiara.

"Terimakasih tante."

"Sebelumnya kamu nyari Ilham ada apa?"

"Saya mau ngajak Ilham jalan tante."

"Apa kalian ada hubungan?"

Kiara tersenyum, lantas mengangguk.

Dila menghembuskan nafas. "Apa kamu tau nak kalau Ilham sudah menikah tiga Bulan yang lalu?"

Deg!

"Nikah?"

"Iya. Ilham sudah menikah dan sedang mempunyai calon anak."

Kiara syok, tak menyangka. Detik itu juga Kiara pamit dari kediaman rumah Ilham. Melajukan mobilnya di Taman pusat kota. Dan mengetikan pesan untuk Ilham.

"Temui aku di Taman kota. Sekarang!"

Setelah terkirim, Kiara mematikan ponselnya.

Tak lama Ilham datang, dan tanpa aba-aba langsung memeluk Kiara dari belakang. Kiara reflek memutar tubuhnya menghadap Ilham.

"Kamu mau jelasin semuanya? Atau aku yang jelasin?" ucap Kiara.

Ilham tak mengerti maksut ucapan Kiara. "Jelasin apa sayang?"

"Soal yang kamu N I K A H!"

Ilham gelagapan. Meraih tangan Kiara, tetapi langsung di tepis oleh Kiara.

"Kenapa kamu diem? Gak bisa jelasin kan? Kamu udah nikah, Dan udah punya calon anak kan? Kamu diem, udah ngejawab semuanya. Aku mau kita putus," kata Kiara tanpa ba bi bu meninggalkan tempat.

***

Cinta mengantarkan Aisyah tepat di tempat acara yang kebetulan, Cinta juga akan mengikuti acara tersebut.

"Assalamualaikum, ukhti. Berjumpa lagi dengan saya. Baik, kita mulai saja ya. Hari ini kita akan membahas topik Memilih Psangan Idaman."

***

Semua Karena AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang