lima

2.1K 143 8
                                    

Ilham menjalankan mobilnya dengan kecepatan penuh. 15menit lagi kelasnya akan dimulai, kalau Ilham terlambat dalam 1 menit saja tamatlah riwayatnya. Pasalnya dosen yang mengisi jamnya kali ini adalah dosen yang sangat-sangat kiler. Setelah memastikan mobilnya terparkir Ilham langsung keluar dan berjalan dengan tergesa-gesa menuju kelasnya.

"Gue kira lo gak masuk Ham," kata Dion setibanya Ilham mendudukan diri.

"Gak mungkin gue gak masuk." Ilham mengatur deru napasnya.

"Ham." panggil Yudis.

"Hm?"

"Tadi si Kiara nyariin lo," lanjutnya.

Ilham menoleh ke arah Yudis. "Yang bener lo?"

"Yaelah Ham. Kapan sih gue pernah bohong sama lo."

"Dis. Lo gak ceritakan ke Kiara kalau gue udah merid?"

"Mana berani Ham gue. Mending lo temui deh si Kira dari pada nanti dia kesini terus mencak-mencak gak jelas. Dosen kita gak hadir hari ini," jelas Yudis.

"Yaudah. Ikut gak lo," kata Ilham.

Yudis mengangguk, dan memberi isyarat kepada Fahri dan Dion untuk ikut serta.

Kehadiran 4 mahasiswa berpengaruh di koridor membuat para mahasiswi berdecak kagum. Ilham memimpin jalan menuju kantin fakultas ekonomi. Pagi itu kantin lenggang, hanya ada beberapa mahasiswa yang menunggu kelasnya mulai. Ilham mengedarkan pandangannya, dan menemukan seseorang yang ia cari. Siapalagi kalau bukan Kiara Agnesia-primadona di Fakultas Ekonomi. Sekaligus kekasih dari Ilham Yusuf Zulkarnain.

"Sayang!" seru Kiara ketika melihat kekasihnya berjalan ke arahnya.

"Kangen," katanya lagi sambil memeluk Ilham.

"Tumben sendiri, teman-teman kamu pada kemana?" tanya Ilham lembut.

"Biasa. Mereka pada ga berani bolos mata kuliah," jawab Kiara sambil menampilkan senyuman andalannya.

"Aduh Kiara. Jangan senyum gitu ah, gue jadi pengen makan lo jadinya," ujar Dion.

"Heh! Pacar gue ini." hardik Ilham.

***

Aisyah membereskan barang-barangnya dengan hati-hati. Hari ini, ia tak akan lagi tinggal di rumah Uminya, melainkan rumahnya dan suaminya. Rumah hadiah pernikahan yang di berikan oleh Abinya. Setelah merasa semua barangnya terbawa, Aisyah mengambil ponselnya yang berada di slingbag miliknya dan mengirimkan pesan kepada suaminya.

To: Mas Ilham
Assalamualaikum mas. Maaf Aisyah menganggu. Aisyah cuma ingin menyampaikan pesan bahwa hari ini kita akan pindah ke rumah yang telah di berikan Abi. Maaf sebelumnya, Aisyah mendapatkan nomor mas Ilham dari Bunda. Sekian, wa'alaikumsalam.

Setelah pesan tersebut terkirim, Aisyah berjalan keluar dari kamarnya. Berpamitan ke pada kedua orang tuanya dan juga mertuanya.

"Aisyah, kalau ada apa-apa kabari Umi ya nak," Fatma memeluk Putri satu-satunya. Tak terasa putrinya kini telah menikah dan harus meninggalkan dirinya.

"Iya Umi."

"Apa Ilham sudah kamu beri tau Aisyah?" tanya Dila

"Alhamdulilah, sudah Bunda." Aisyah membalas pelukan mertuanya.

"Hati-hati di jalan nak," Abimana mengelus kepala putrinya.

"Iya Abi. Abi, Umi, Ayah, Bunda. Aisyah pamit. Assalamualaikum." Aisyah berjalan menuju mobil yang telah di siapkan. Aisyah menyetir mobil tersebut sendirian. Aisyah menolak tawaran Abinya untuk memberikan supir kepadanya.

Jarak yang di tempuh Aisyah tak terlalu lama. Dan sampailah ia di komplek yang nantinya akan menjadi rumahnya. Menjalankan mobil dengan perlahan sambil mencari nomor rumah. Setelah menemukannya. Aisyah dengan perlahan menurunkan barang bawaannya, memasukan ke dalam rumah.

Rumah yang di tempati Aisyah tak terlalu besar dan tak terlalu kecil. Sederhana tapi nyaman. Aisyah menaiki tangga rumah barunya dan memasuki kamar utama di dalam rumah tersebut. Aisyah di buat kagum. Sungguh, Uminya telah mempersiapkan ini untuknya. Dimana terdapat foto pernikahan ia dan Ilham berukuran besar yang di taruh di atas sandaran tempat tidur.

Aisyah merebahkan dirinya sambil memandangi foto pernikahannya. Tak lama kemudian Aisyah terlelap.

***

Ilham memasuki rumah barunya. Mencari sekeliling di mana istrinya kini berada. Ilham menaiki tangga, dan membuka pintu satu persatu. Ilham menemukan istrinya yang sedang tertidur. Aisyah masih mengenakan bajunya lengkap dengan cadar yang menghias wajah cantiknya.

Mungkin dia lelah. Mending gue keluar dan tidur di kamar sebelah, batin Ilham.

Ilham mengambil ponselnya, membalas pesan seseorang di Sana.

Kiara : Kenapa kamu tadi ninggalin aku sayang? Dan nyuruh Yudis buat nganterin aku?

Ah, Ilham ingat. Tadi ia meninggalkan kekasihnya karena mendapati pesan dari istrinya.

Ilham Zulkarnain : maaf sayang. Sebagai gantinya bagaimana kalau besok kita jalan?

Kiara : janji?

Ilham Zulkarnain : janji. Besok aku jemput jam 8 oke.

Kiara : siap sayang.

Ilham Zulkarnain : selamat malam sayang.

Kiara : selamat malam juga sayang.

Ilham mematikan ponselnya, berjalan menuju balkon kamar yang akan menjadi kamarnya. Menghirup udara sebanyak-banyaknya. Ilham bingung dengan ke adaanya sekarang. Di satu sisi ia tak ingin kehilangan Kiara, tapi di sisi lain ia tak tega menyakiti Aisyah.

Seharusnya aku memberitahukan hubunganku dengan Kiara kepada Ayah dan Bunda. Mungkin sekarang aku tak akan menjadi serba salah seperti ini. Seharusnya, batin Ilham.

"Gue harus ngebuat Aisyah minta cerai ke gue." Ilham mengetuk-ngetukan jari tengahnya di bawah dagu berpikir keras mencari Cara. "Ah! Gue tau. Mulai detik ini, gue bakal bersikap tidak baik ke Aisyah. Mungkin dengan Cara seperti itu dia bakalan pulang ke rumah Uminya dan bilang minta cerai ke gue." Ilham berharap caranya ini berhasil agar ia bisa hidup dengan tenang dan memulai keseriusan dengan Kiara.

***

Semua Karena AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang