tujuh

2.2K 136 2
                                    

Ilham pulang ke rumahnya. Rumahnya dengan Aisyah maksudnya. Lelaki itu kini tak ingin merepotkan sahabatnya lagi. Ketika membuka pintu rumah, Ilham menemukan Aisyah sedang mengetik sesuatu di laptopnya. Aisyah menyadari kedatangan suaminya. Ia segera bangkit dan menyalami tangan suaminya sebagaimana kewajiban seorang istri menyambut suaminya.

"Mas Ilham mau aku siapin makan?"

Ilham memandang Aisyah bingung. Sekarang wanita itu tidak lagi menyebut dirinya menggunakan nama. Ilham menghiraukan perubahan Aisyah. "Gak usah. Gue udah makan," katanya. "Oh ya! Lo jangan khawatir. Mulai sekarang kita pisah ranjang. Lo di kamar utama, dan gue di kamar tamu." Lanjutnya menaiki tangga menuju kamar.

Aisyah menghelas nafas. Bukan pernikahan seperti ini yang di inginkan Aisyah. Melainkan pernikahan di mana kedua insan tersebut saling mencintai, mengasihi, menyanyangi. Bukan sebaliknya.

Aku tak menginginkan pernikahan yang seperti ini Ya Allah. Aku ingin di perlakukan layaknya seorang istri. Aku pun juga ingin merasakan ciuman di kening. Dan juga rasanya malam pertama sebagai pengantin, batin Aisyah.

***

Ilham menepati janjinya. Pagi ini, ia telah siap untuk menjemput Kiara. Keluar dari kamarnya, menuruni tangga perlahan-lahan. Ia menemukan Aisyah yang tergesa-gesa menggenakan cadarnya.

"Mending lepas aja. Dari pada bikin ribet."

Suara lantang milik Ilham menghentikan kegiatan Aisyah. Aisyah memandang Ilham sebentar, kemudian membenarkan letak cadarnya. Aisyah mengambil tangan Ilham tanpa persetujuan dari pemiliknya.

"Assalamualaikum. Aku berangkat mas. Mungkin aku akan pulang agak sore," katanya mencium telapak tangan Ilham sebelum meninggalkan Ilham.

Ilham mengangkat bahunya acuh. Ia melihat makanan telah rersaji di meja makan. Dengan santai Ilham memakannya.

Di lain tempat. Aisyah telah berdiam diri di dalam Mobil selama 15 menit. Bunyi dentingan pesan dari ponselnya mengharuskan ia berangkat ke kampus detik itu juga.

Aisyah mengedarkan pandangannya. Mengamati orang yang menyebrang di trotoar. Lampu berubah menjadi hijau, Aisyah menancapkan gas mobilnya. Di tengah-tengah perjalanan, Aisyah melihat seseorang yang tak asing baginya sedang mengecek ban mobil. Ia menurunkan kaca mobil dan bertanya. "Mobilnya kenapa?" Seseorang tersebut berbalik dan melihat ke arah Aisyah.

"Fajar!" Seru Aisyah.

"Gue kira siapa. Ternyata elo," kata Fajar.

"Mau bareng?" tawar Aisyah.

"Gak ngerepotin?"

Aisyah menggeleng. "Aku juga sekalian ke kampus. Ada kelas."

Selama perjalanan, Fajar tak henti-hentinya memandang Aisyah dari samping. Sungguh, bagi Fajar Aisyah wanita sempurna yang tuhan ciptakan. Mata Fajar bergerak melihat kearah tangan Aisyah. Fajar menyipitkan matanya, di tangan Kiri Aisyah tepatnya daerah jari manis melekat sebuah cincin.

Masa iya si Aisyah udah nikah? Batin Fajar.

***

"Assalamualaikum. Perkenalkan, nama saya Khanza Aisyah Putri. Saya dari fakultas bahasa. Mulai sekarang saya yang akan menggantikan Umi Laila untuk memberikan ceramah. Hari ini kita akan membahas Wajibnya Seorang Muslimah Menutup Auratnya.

Sebagaimana yang telah di sabdakan oleh Rasulullah, yaitu :

"Para wanita yang berpakaian tetapi (pada hakikatnya) telanjang, lenggak-lengkok, kepala mereka seperti punuk unta, mereka tidak akan masuk surga dan tiada mencium semerbak harumnya." (HR. Abu Daud)

Semua Karena AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang