Bagian 8

833 33 1
                                        

Bel masuk

Kami semua telah berada didalam kelas dan tampaknya guru mapel jam ini tidak datang.

Saatnya untuk kami melakukan rutinitas masing masing sehingga kelas tampak berisik.

Sebagian cowoknya bermain bola dalam kelas, tapi kalau ceweknya pada tidur tiduran dimeja.
buka ponsel, gosip, menyanyi nggak jelas dan di bantu sama suara detakan meja dengan pukulan tangan oleh sebagian cowok yang gabung dalam grub cewek itu.

benar benar gaduh tapi aku menyukai rasa nyaman ini bersama dengan mereka.

Aku?

Aku hanya memainkan ponsel dan duduk ditemani Ranty ,Alisyah, Putri dan Anis.

"MILEA"  seseorang berteriak dengan alunan Aneh.

Sontaknya aku melirik melihat siapa sumber suara tersebut dan siapa lagi kalau bukan Adnan.

" Adel kamu adalah Mileaku, kamu itu cahaya dari kegelapan yang menyelimutiku. Kamu adalah matahari menyambut pagiku, kamu bulan di mataku. " teriak Adnan dengan alunan puisi yang tidak jelas.

Aku tertawa melihatnya.
Bagaimana tidak?

Dengan posisinya yang berdiri di atas meja sambil memegang kemoceng dan membaca kertas teater kelompok kita, sesekali matanya menengok kearahku.

" uhuyyy ... lanjut .... " Teriaknya beberapa siswa.

" tunggu yah Milea, " ujar Adnan.

" Adel ... balas dong puisinya, " teriak teman yang lain.

Aku hanya terdiam sesekali tertawa entah kenapa dia selalu membuat perasaanku naik turun ketika dengannya.

" Jarak bukan ancaman bagiku bersamamu, aku akan menghapus jarak itu. Menjadikan Aku dan Kamu sebagai Kita berdua, Asikkkkk. " teriaknya sambil melompat turun dari meja.

" udah ah, capek hapalnya. " keluh Adnan.

Adnan sekarang berdiri di hadapanku.

" eh ... minggir dong, mau duduk samping Mileanya Adnan nih, " ujar Adnan.

Mereka semua pun menggeser dan kembali sibuk dengan kegiatannya.

" Pulang yuk, bareng aku .... "  ucap Adnan.

Aku sempat terkejut, tapi aku tidak minag dengan tawarannya.

" naik angkot ajah deh .... " ucapku.

" Kamu harus menghargai waktu dan jarak karna mereka tidak segan segan memisahkan kita, " ujar Adnan sembari menunduk.

Aku hanya masa bodoh karna setiap kata-katanya, itu cuman rayuan semata ajah.

" PULANG .... " Adnan bersorak.

Seseorang menyanggah pernyataan Adnan.

" belum kali ... baru juga jam 11.00. " celah Geby.

" Bodoh amat ! terobos ajah. " sorak Adnan lagi.

" Pulang ajah sendiri. " teriak Titin.

" siapa juga yang sendiri, Milea aku ajah terus bersamaku, " Soraknya.

Adnan menarik tanganku menuju gerbang ... ternyata gerbang tersebut tidak terkunci bahkan pengawasnya pun entah kemana.

Dengan segera Adnan menarikku keluar. Aku tertawa dengan kejahilannya.

" Adnan ... kamu tuh yah .... " ucapku sedikit tertawa.

" biarin ajah kali ... yuk, " sahutnya.

Adnan hampir memegang tanganku tapi aku menghindar dan dia sontak bertanya.

" aku naik angkot ajah ... " pintaku.

" katanya kamu mau pulang sama aku .... " ledek Adnan dengan janjiku yang pernah kubuat.

" tapi nanti kamu marah sama aku soal kemarin, " ujarku.

Aku menundukkan kepala merasa bersalah soal kemarin.

" tidak akan ... Dilan tidak pernah marah dengan Mileanya, " ujar Adnan.

tangannya berhasil meraih daguku, mengangkat pandanganku untuk menatapnya. Kemudian tangannya berada di sela-sela jariku. saling menggenggam.

Kami pun menelusuri jalanan yang mulus itu sambil sesekali aku mendengar candaan Adnan.

" Milea ... kalau saja aku jauh kamu jangan nangis yah, " ucap Adnan.

" Nggak bakal. " ejekku.

Jalanan ini tampak terasa asing beberapa detik kemudian.

" mau kemana sih ? " tanyaku takut.

" Jalan jalan .... " sahut Adnan.

lampu lalu lintas memperlihatkan tanda merah, spontan Adan membuat motornya berhenti mendadak. Membuat tanganku sontak memeluknya.

" ih ... modus, kalau bawa motor tuh harus pelan pelan, " ujarku.

" peluk ajah kali ... teman sendiri juga. " gombalnya.

Aku suka ketika dia berkata teman karna tidak harusnya kami pacaran, bukan bermaksud membencinya aku suka dengan Adnan tapi kita lebih pantas berteman.

Aku tidak ingin membayangkan suatu saat pacaran dengannya lalu putus dan komunikasi dengannya juga terputus karna hubungan yang retak.

Aku hanya ingin menjadi temannya ....

Jalanan ini terasa mendamaikan hatiku yang pernah resah, aku pun mengalungkan tanganku dipinggang Adnan.












Bersambung....

Tunggu episode berikutnya yah ;)

Akankah Adel bisa berteman selamanya dengan Adnan dan tidak menjadi pacarnya?

DILAN MILEA 2018  [ ENDING ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang