Jangan lupa Vote dan Comment ya😉
🌹🌹🌹
Setelah pergi dari taman kampus, Zarra memutuskan pergi ke Cafe milik temannya. Naina namanya.
Zarra selalu menceritakan keluh kesahnya kepada Naina. Zarra sudah menganggap Naina sebagai saudara kandung. Dan Naina pun selalu memberi Zarra semangat dan bisa melewati masalah yang dihadapinya.
Kini Zarra dan Naina sedang duduk di bangku dekat jendela cafe yang memperlihatkan suasana siang hari yang ramai karena banyak kendaraan barlalu lalang di jalan raya.
"Ada masalah apa lagi Ra?" Tanya Naina. Sepertinya dia tahu maksud dan tujuan Zarra menemuinya.
Zarra menghembuskan nafasnya berat. "Abi mau jodohin Zarra dengan anak temannya Abi."
"Terus?"
"Zarra sekarang lagi bingung, apa Zarra harus menerima atau menolaknya."
"Terus?.."
"Iih Naina aku lagi serius, bukannya bantuin aku kamu malah terus-terusan aja kayak tukang parkir." Ucap Zarra cemberut.
Naina pun terkekeh. "Hahaha iya iya maaf deh. Dasar Zarra tukang ngambek."
"Biarin ih. Yaudah ih lanjut ke topik pembicaraan yang tadi."
"Oke oke teruskan."
"Jadi menurut kamu, aku harus nerima atau nolak perjodohan itu?"
"Lah kan kamu yang mau nikah, kenapa minta jawaban dari aku emangnya aku yang mau nikahnya?"
"Habis aku bingung si" ucap Zarra memanyunkan bibirnya.
"Ikuti kata hatimu saja Ra, jangan lupa shalat istikharah dan minta bantuan kepada Allah semoga diberi keteguhan hatinya."
"Semalam aku udah shalat istikharah. Dan kemudian aku tidur, daaan....." Ucap Zarra tergantung karena melihat ekspresi temannya sangat serius yang membuat Zarra ingin tertawa.
"Dan apa Ra. Ayo terusin.." titah Naina dengan wajah serius dan membuat Zarra tertawa.
"Iih kok kamu malah ketawa si Ra?"
"Hahahah lagian ekspresi kamu tuh yang buat aku ketawa. Serius banget. Hahaha..."
"Ih Zarra mah, tadi katanya harus serius giliran aku serius eh kamunya malah ketawa. Gimana sih" ucap Naina dengan nada sebal dan memanyunkan bibirnya.
"Hhhaa... yaudah deh maafin aku, lagian aku gak kuat liat ekspresi mukamu tadi."
"Yaudah mau dilanjutin gak, kalau enggak aku bakal balik lagi ni ke ruang kerjaku?"
"Idiih tuan putri jangan gitu dong"
"Lagian kamunya rese, huh"
"Maaf deh maaf"
"Yaudah lanjutin"
"Tadi aku sampe mana sih ngomongnya?"
"Dasar pikun. Tadi kamu ngomong sampe tidur terus bersambung karena kamu mendadak ketawa."
"Oh, iya iya aku inget. Aku lanjut ni ceritanya. Lalu aku mimpi kan, dan mimpi itu aneh."
"Mimpi apa memangnya?"
"Aku mimpi ada seorang laki-laki yang datang ke rumahku."
"Laki-laki? Siapa?"
"Hmm... dia adalah laki-laki yang aku kagumi diam-diam. Tapi sampai sekarang aku belum mengetahui namanya." Tiba-tiba muka Zarra berubah menjadi merah seperti kepiting rebus.
"Cieee,,, kagum si kagum tapi itu muka dikontrol napa, sampe merah gitu kayak kepiting rebus. Hahaha"
Zarra pun menutup wajahnya. "Ih Naina, jangan gitu dong."
"Jadi kamu punya rasa sama seseorang? Kenapa kamu gak bilang aja sama Abi kamu kalo kamu punya rasa sama seseorang?"
"Aku gak mau ngecewain Abi Nai, aku lihat Abiku sangat berharap aku menerima perjodohan itu. Aku takut Nai."
"Takut kenapa?"
"Aku takut kalau aku nantinya gak bisa menerima laki-laki yang dipilihkan Abi. Aku takut jika nanti rasa terhadap laki-laki yang aku kagumi itu tidak bisa lepas dariku."
"Yakinkan hati mu saja Ra, sekarang yang terpentig kamu gak boleh berhenti berdo'a kepada Allah agar diberi keteguhan hati."
"Iya Nai, makasih banyak ya kamu selalu kasih aku semangat dan solusi. Semoga nanti keputusanku tidak akan mengecewakan Ummi dan Abiku Nai."
"Aamiin fii qobul"
"Yaudah aku mau pulang dulu udah mau Dzuhur."
"Iya Ra, Hati-hati di jalan. Jangan ngebut-ngebut."
"Siap bu boss" hormat Zarra.
"Ah kamu mah udah kayak apa aja pake hormat-hormat segala."
"Hehehe maaf deh. Yaudah aku pulang, Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumussalam sekali lagi hati-hati"
Zarra pun pulang dengan mengendarai sepeda motornya. Namun di pertengahan jalan, adzan dzuhur sudah berkumandang. Dan Zarra memutuskan untuk shalat dulu di masjid dekat jalan raya.
Zarra memarkirkan motornya dan segera mengambil wudhu. Suasana saat itu sedang ramai sehingga Zarra harus mengantri untuk mendapat giliran berwudhu. Setelah berwudhu, Zarra pun menunaikan shalat dzuhur berjama'ah dengan jama'ah masjid lainnya.
Setelah selesai shalat Zarra langsung pergi ke parkiran untuk mengambil sepeda motornya. Dia memutuskan untuk pergi melanjutkan perjalan menuju rumahnya.
Di tempat parkir, Zarra bertemu dengan Hafidz. Tak sengaja dua mata mereka saling bertemu, tapi setelah beberapa detik kemudian mereka langsung menundukkan kepala masing-masing.
Zarra bergegas pergi dari masjid itu. Pasalnya dia tidak bisa mengontrol detak jantungnya jika dia bertemu dengan Hafidz. Maka dari itu Zarra memutuskan untuk segera pergi dari tempat itu.
Sama dengan Hafidz, walaupun detak jantungnya berdegup lebih kencang ketika melihat Zarra, Hafidz malah ingin mengetahui siapa Zarra sebenarnya. Dia merasa Zarra cocok jadi pendamping hidupnya. Namun ketika ingin bertanya, Zarra sudah bergegas pergi. Dan akhirnya Hafidz memutuskan untuk mencari tau informasi tentang Zarra kepada teman-teman di kampus.
🌹🌹🌹
TBC
Assalamu'alaikum semua😚
Makasih udah baca cerita aku, jangan lupa vote dan comment ya😁😉Aku tunggu vote dan comment nya😚😚
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Di Atas Sajadah
SpiritualDalam keadaan yang bimbang, Zarra memutuskan untuk shalat istikharah di atas sajadah favoritnya. Meminta bantuan kepada Sang Ilahi. Setelah itu dia mendapatkan mimpi yang membuat dia menjadi lebih bingung. #13 in religius (10/06/19) #26 in novelrema...