"Jika ini memang sudah takdirku,
Insyaa Allah aku ikhlas menerimanya"
(Hafidz Al-Hadid)
🍃🍃🍃Hafidz masih termenung di kamarnya. Dia gagal untuk mendapatkan calon istrinya. Terpaksa dia harus bersanding dengan wanita pilihan ayahnya. Dia sebenarnya sangat mencintai Zarra walaupun dia baru saja bertemu namun hati Hafidz sangat dalam mencintai Zarra.
Suara ketukkan pintu kamarnya menyadarkan Hafidz dari lamunannya. ‘Pasti itu Ayah.’ Batin Hafidz. Hafidz pun segera membuka pintu kamarnya tapi bukannya Ayahnya yang ia temui melainkan pembantu rumahnya yang mengetuk pintu tadi.
“Bi Inah?” tanya Hafidz.
“Iya den, aden dipanggil tuan di ruang tengah.” Ucap wanita itu.
“Oh iya bi, makasih. Nanti hafidz ke bawah.”
Bi Inah pun lalu pergi ke dapur untuk melanjutkan pekerjaannya sebagai asisten rumah tangga. Tak memakan waktu lama, Hafidz kini sudah berada bersama ayahnya di ruang tengah tak ketinggalan Bundanya pun ikut kumpul dengan mereka. Sudah bisa ditebak, pasti kali ini akan membahas soal perjodohannya yang merupakan syarat dia untuk melanjutkan kuliahnya di Yaman.
“Ayah pasti akan membahas soal perjodohan, iya kan?” Hafidz angkat bicara untuk memulai pertemuan tersebut.
“Sudah ayah duga, pasti kamu sudah mengetahuinya.” Ucap ayahnya sambil tersenyum.
“Ini mah gampang ditebaknya yah.”
“Jadi, gimana? Kamu sudah dapat calon istrimu?”
“Belum.”
“Sudah ayah tebak, pasti kamu belum mendapatkannya.”
“Gimana mau dapat, orang Ayah kasih Hafidz waktu cuman lima hari. Udah tau Hafidz jarang deket sama yang namanya perempuan, nambah susah deh cari yang pasti mah.”
“Hhhhh..... yasudah Ayah minta maaf sama kamu karena terlalu memaksa kamu.”
“Gapapa kok yah mungkin ini sudah takdir Hafidz untuk menikahi perempuan pilihan Ayah itu. Padahal tadi Hafidz hampir dapat calonnya yah, tapi sayangnya dia juga sudah di jodohkan oleh Abinya. Sebenarnya Hafidz juga baru mengenalnya tiga hari yang lalu, tapi gak tahu kenapa ada yang berbeda dari perempuan itu. Hafidz langsung merasakan ada yang berbeda dengan hati Hafidz kalo Hafidz deket sama dia yah. Hafidz juga gak sengaja ketemu sama dia, dan setelah Hafidz ketemu sama dia, Hafidz langsung cari informasi tentang dia. Dan tadi pagi Hafidz mengajaknya bertemu dan Hafidz mengatakan tujuan Hafidz sebenarnya. Tapi sayang sekali, Hafidz sudah terlambat. Yang lebih mengagetkannya lagi, ternyata dia juga sudah mengagumi Hafidz yah.” Cerita Hafidz kepada sang ayah dan bundanya.
“Mungkin belum jodoh Nak. Ingat, Allah itu Maha Kuasa, Dia yang mengatur segalanya. Ini semua sudah takdirmu. Sudah jangan dipikirkan lagi, nanti takutnya kamu berdosa karena memikirkan orang yang belum halal bagimu. Sekarang kamu harus fokus pada rencana ayah. Lusa lagi kamu akan bertemu dengan calonmu.”
“Lusa?” tanya Hafidz yang sangat terkejut.
“Iya Nak. Kamu harus siap ya!”
“Apa gak kecepetan Yah?”
“Bagi Ayah enggak, lagian gak bagus niat baik ditunda-tunda. ”
“Yasudah deh Hafidz pasrah saja.”
Bundanya hanya diam saja mendengarkan anak dan suaminya berbincang-bincang. dia hanya bisa mengikuti kemauan keduanya.
Marhaban Ya Ramadhan
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan💙
Salam Dariku
Fitri Kurniatus Soleha
Assalamu'alaikum Warahmatullahi WabarakatuhJangan lupa voting ya😚
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Di Atas Sajadah
SpiritualDalam keadaan yang bimbang, Zarra memutuskan untuk shalat istikharah di atas sajadah favoritnya. Meminta bantuan kepada Sang Ilahi. Setelah itu dia mendapatkan mimpi yang membuat dia menjadi lebih bingung. #13 in religius (10/06/19) #26 in novelrema...