8

16.1K 830 6
                                    

Zarra melamun di teras rumahnya. Tak ada yang bisa dia lakukannya selain melamun. Ummi yang melihat anaknya seperti terpaksakan oleh kehendak abinya hanya bisa diam dan mencoba menenangkan anaknya itu.

“Nak, apa kamu merasa terpaksa dengan semua ini? Jika merasa terpaksa jangan dipaksakan, kamu bisa menolak perjodohan itu.” Ucap Umminya yang menghampiri Zarra yang sedang melamun.

“Tidak Ummi, tidak apa-apa. Zarra hanya ingin Abi bahagia. Tapi Zarra takut nanti Zarra tidak bisa menerima hati suami Zarra.”

“Sedikit demi sedikit rasa cinta pasti akan tumbuh Nak.”

“Sebenarnya Zarra telah menyukai seseorang di kampus Mmi. Sejak dulu Zarra mengagumi dia tapi Zarra tidak mengatakannya kepada siapapun, sampai tidak ada seorang pun yang mengetahuinya. Dan tadi pagi Zarra baru mengetahui nama orang itu. Zarra mengetahuinya karena tadi pagi dia melamar Zarra di taman kampus. Zarra pun kaget dan bingung apa yang harus Zarra lakukan. Dan akhirnya Zarra cerita ke dia kalau Zarra sudah dijodohkan oleh Abi. Dan Zarra pun menolak lamaran dia Ummi.”

“Jika itu membuat kamu bahagia kenapa tidak kamu terima saja?”

“Aku tidak ingin Abi kecewa Ummi. Zarra sangat menyayangi Abi juga Ummi. Semoga keputusan ini akan membuat abi dan ummi bahagia.” Ucap Zarra sambil menangis lalu memeluk tubuh Umminya.

“Gimana Ummi bahagia, kalau anak ummi merasakan kesusahan.” Ucap Ummi Zarra yang memeluk Zarra sangat erat.

“Biarkan Ummi, Zarra ikhlas. Tadi Ummi bilang sedikit demi sedikit cinta itu akan datang kan. Insyaa Allah Zarra akan menerima semuanya dengan ikhlas.”

“Baiklah Nak, jika itu maumu Ummi akan selalu berdo’a semoga engkau selalu bahagia.”

"Zarra akan bahagia kalau Abi dan Ummi bahagia juga."

Suasana pada saat itu penuh dengan keharuan. Ibu dan anak saling berpelukan. Merasakan kesedihan. Bukannya Zarra merasa terpaksa akan kehendak abinya, namun Zarra hanya ingin melihat Abinya bahagia.

***

Esok harinya seperti biasa Zarra dan Hafidz pergi ke kampus untuk melakukan kewajibannya belajar. Walaupun mereka satu kampus, namun mereka beda fakultas.

Setelah kelas selesai, Zarra memutuskan pergi ke perpustakaan. Dia ingin mencari buku untuk bahan presentasinya. Tak disangka dia menemui Hafidz di Perpustakaan itu. Dilihatnya Hafidz sedang melamun sambil memandang bukunya yang diletakkan dengan posisi berdiri. Tak tahu apa yang sedang dilamunkannya, Zarra berusaha menghiraukannya. Lalu Zarra mencari buku yang dicarinya.

Zarra telah menemukan buku yang dia cari, namun posisi buku tersebut berada di rak yang paling atas. Zarra tidak mungkin bisa menggapainya. Dia hendak meminta tolong kepada penjaga perpustakaan, tetapi dia tidak menemukan penjaganya. Alhasil dia mencoba menggapainya dengan melompat. Namun setelah beberapa kali mencoba, Zarra tetap tidak bisa menggapainya. Zarra mencoba melakukan hal konyol yaitu menaiki rak yang kedua agar bisa menggapai buku yang dia inginkan. Tapi tetap saja dia tidak bisa mengambil buku yang dia inginkan itu. Akhirnya dia menyerah. Zarra menengok ke sekitarnya, dilihatnya Hafidz sedang berdiri tak jauh dari posisi Zarra. Hafidz sedang memandangi Zarra yang mencoba berusaha menggapai buku tersebut. Sepertinya Hafidz menahan tawa karena kelakuan Zarra. Zarra membalikkan badannya dan menyembunyikan wajahnya yang memanas menahan malu. Terdengar suara langkah Hafidz mendekati Zarra.

“Nih, bukunya. Kalau tidak sampe lain kali minta bantuan ke siapapun. Untung tadi kamu gak jatuh” ucap Hafidz sambil menyerahkan buku yang diinginkan Zarra dari arah belakang karena posisi Zarra membelakangi Hafidz.

Zarra pun berbalik dan mengambil buku tersebut sambil menunduk menyembunyikan wajahnya yang malu.

“Terimakasih. Aku permisi dulu.” Ucap Zarra mengambil buku tersebut lalu pergi meninggalkan Hafidz.

“Tunggu dulu Zarra!” langkah Zarra seketika berhenti setelah Hafidz menyuruhnya untuk berhenti. Zarra pun membalikkan badannya.

“Ada apa?” tanya Zarra kepada Hafidz.

“Emmm,,, Soal yang kemarin, aku minta maaf ya?” ucap Hafidz gugup.

“Iya gapapa kok. Kamu gak perlu minta maaf. Kamu gak salah. Mungkin kita belum berjodoh, ini semua sudah ditakdirkan oleh Allah. Kita sebagai hambanya harus menerima dengan ikhlas.”

“Makasih Zarra.”

“Iya sama-sama, yaudah aku pergi dulu Assalamu’alaikum.”

“Wa’alaikumussalam”

Assalamu'alaikum
Maaf ya aku baru publis, karena ada sedikit masalah😂 tapi bukan masalah rumah tangga yaa😅 pokoknya ikutin terus kisahnya Zarra dan Hafidz. Jangan lupa vote juga.

Marhaban Yaa Ramadhan

Wassalamu'alaikum

Cinta Di Atas SajadahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang