Delapan

6.9K 630 7
                                    

"Don, gue pengen ngomong sesuatu." ujar Lia.

"Apaan nih? Jangan buat gue penasaran loh Li." sahut Sheldon.

"Jadi gue.."

"Gue apa?"

"Sis bantuin gue ngomong dong, lidah gue tiba-tiba kelu nih." sahut Lia menoleh ke arah gue.

"Hedeh, lo aja Li yang ngomong. Ini masih ngomong ke Sheldon loh belum ngomong ke yang lain." sahut gue.

"Jadi gue.. bakal resign Don." sahut Lia sambil menghela nafas.

"Kapan?" sahut Sheldon yang tidak bisa menyembunyikan raut terkejutnya.

"Bulan depan."

"YANG BENER LI!" sahut Sheldon sambil sedikit berteriak.

"Tuh kan, lo jangan kenceng-kenceng ngomongnya Don. Dikira orang nanti lo berantem sama Lia." sahut gue.

"Iya Don. Greyson udah nyuruh gue untuk segera resign soalnya gue juga perlu menyiapkan banyak hal." sahut Lia.

"Li.. Lo tega lo beneran. Kalau ga ada lo, gue harus gimana." sahut Sheldon.

"Lo bisa lah Don. Lo capable kok. Lo akan baik-baik saja." sahut Lia sambil menepuk bahu Sheldon.

"Gila sih ini gila. Gue kalau ga ada Lia, gue bisa mati berdiri ngadepin bu Jean. Sumpah Li ini kayak petir di siang bolong." sahut Sheldon.

"Lo kan termasuk anak kesayangan bu Jean. You'll be fine bro." sahut gue menambahkan.

"Tenang aja Don, masih ada Sisca kan. Gue juga berat sih ini seriusan cuma gimana lagi, gue ga ada pilihan." sahut Lia.

"Ya gue berusaha mengerti lo Li. Cuma serius ini bakal berat banget ke gue."

"Lo sedih karena Lia yang resign atau bakal dibebani tambahan kerjaan bro?" sahut gue.

"Dua-duanya sis!" sahut Sheldon sambil menutup mukanya.

"Li, lo beneran kasih kabar duka ketika besok dia mau nembak Celine lo." sahut gue.

"Oh ya! Sis kok lo ga ngomongin gue sih! Maaf ya Don! Tenang aja besok pasti lo kan sukacita karena status lo bakal berubah." sahut Lia berusaha menghibur.

"Iya habis ini lo kan udah punya pacar Don. Gapapa hari ini ada bad news, besok ada good news." sahut gue menambahkan.

"Iya kalau Celine mau nerima gue. Kalian kayaknya lebih positif daripada gue."

"Celine pasti nerima lo lah. Kalau ga nerima, berarti otaknya dia ada yang ga waras." sahut gue.

"Ahh gue jadi males ngapa-ngapain sekarang. Tapi makasih ya Li, lo udah ngasih tau duluan ke gue." sahut Sheldon.

"Iya Don. Sori banget ya Don, gue makasih banget kalau lo udah berusaha mengerti posisi gue." sahut Lia.

"Kayaknya kita harus beneran sering ngumpul mumpung posisi masih lengkap. Habis ini kalau Lia ga ada, gue juga bakal super sedih sih." sahut gue.

"Duh kalian berdua jangan jadi mellow gini. Gue jadi ga tega lo malahan.." sahut Lia.

"Soalnya kita beneran kayak menghitung hari gitu Li. Btw lo ada yang perlu dibantu? Untuk persiapan nikah atau apa?" tanya gue.

"Masih belum sis. Nanti kalau gue butuh, gue akan bilang ke lo." sahut Lia.

"Lo jangan stress sendiri pokoknya Li. Ada gue sama Sheldon di sini. Oke?"

"Iya sis. Gue makasih banget dan bersyukur punya sahabat kayak lo dan Sheldon." sahut Lia sambil memegang tangan gue dan Sheldon.

"Li, kita bukan lagi mau persekutuan doa kan bergandengan tangan gini?" tanya gue dengan nada polos.

"Woi!! Gue ini lagi terharu, lo langsung membuyarkan mood deh sis!" sahut Lia sambil tertawa.

***

Sabtu pagi yang indah.
Gue dalam proses memilih baju yang akan gue kenakan pas nanti nemenin Darren dan seperti cewek pada umumnya, memilih baju itu susah! Lo udah punya pilihan segudang tapi masih aja merasa baju gue kok itu-itu aja.

"Dev, bantuin kakak dong." sahut gue sambil membuka pintu kamar Devina.

"Bantuin apa kak?" sahut Devina keluar dari kamarnya.

"Pilihin baju dev. Seperti biasa kakak bingung."

"Kakak itu cocok pakai baju apapun." sahut Devina.

"Cocok darimana Dev, kamu itu yang jauh lebih cantik dari kakak yang cocok pakai apapun." sahut gue sambil menepuk pelan kepala Devina.

"Kalau Devina sukanya yang ini kak." sahut Devina sambil menunjuk dress batik berwarna kuning.

"Oke siap. Kakak pilih itu juga deh. Terima kasih adikku." sahut gue.

Setelah bersiap-siap, gue berdandan ala kadarnya supaya ga kelihatan menor ataupun pucat. Gue sih benernya ga jago make up, makanya gue mulai belajar make up dengan bermodalkan nonton video beauty vlogger. Hahahaha.

Whatsapp Alert

Darren: Sis, gue udah deket rumah lo ya

Gue: Oke gue keluar

Gue pun sudah berpamitan ke mama kalau mau ke kondangan temen. Seperti biasa mama gue kadang sering kepo gue deket sama siapa, jadi beliau biasanya celingak-celinguk ngintip siapa yang datang ke rumah gue.

"Dijemput siapa kak?" ujar mama.

"Temen. Mau ke kondangan ma."

"Temen yang mana kak?" ujar mama.

"Temen baru ma. Sahabatnya calonnya Lia."

"Oh cowok toh. Umurnya berapa? Anak sini juga apa kak?"

"Mama kok kayak introgasi calon menantu gini sih. Kakak masih temenan aja kok."

"Ya kan siapa tahu dari temenan bisa demenan." sahut mama sambil tersenyum.

"Ma, Sisca berangkat dulu ya." sahut gue sambil keluar dari pintu.

Gue pun masuk ke mobil Darren yang keluaran terbaru ini.

"Eh sis, gue turun dulu ya mau ketemu mama atau papa lo." ujar Darren.

"Hah ngapain?"

"Ya kan gue mesti ijin dulu kalau ngajak anaknya jalan."

"Ga usah gapapa kali, gue udah pamitan." sahut gue.

"Jangan sis, bentar gue turun."

Darren pun melangkah masuk ke pintu utama rumah gue dan disambut dengan hangat oleh mama gue.

"Permisi tante, saya Darren temannya Sisca. Saya minta ijin tante ajak Sisca ke nikahan temen saya ya."

"Oh iya nak Darren salam kenal. Iya gapapa silahkan nak. Tante titip Sisca ya nak." sahut mama sambil menepuk bahu Darren.

Mama kalau kelihatan temen cowok gue mah ga pernah responnya sehangat ini. Seakan-akan Darren ini adalah anaknya sendiri, bukan gue.

"Ma, udahan dulu ya takutnya nanti macet." sahut gue berusaha menyela.

"Oh iya bener, hati-hati nak Darren nyetirnya ya." sahut mama sambil melambaikan tangan.

"Mama baik banget Sis. Ramah." sahut Darren sambil tersenyum.

"Kan nurun ke gue ramahnya." sahut gue sambil tersenyum.

"Adik lo di mana?"

"Lagi di kamar istirahat Ren." sahut gue sambil memasang seatbelt.

"Kapan-kapan boleh gue main ke rumah lo lagi? Sekalian kenalan sama adik lo."

"Hmm? Boleh sih. Devina pasti suka kalau ada teman baru." sahut gue.

Darren pun tersenyum setelah mendengar ijin dari mulut gue. Raga gue memang sedang sama Darren, tapi pikiran gue masih melayang membayangkan gimana nasib Sheldon hari ini yang bakal jadian sama Celine.

***

Consultant Love LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang