Empat Belas

6K 585 10
                                    

Gue tidak dapat sepenuhnya menikmati rasa iga penyet yang ada di hadapan gue. Padahal ini salah satu makanan favorit gue, cuma entah kenapa hari ini rasanya ga seenak biasanya. Mungkin karena gue lagi kepikiran apakah gue harus cerita sama Sheldon soal Celine atau lebih baik diam.

"Sis, sumpah ini enak banget! Gue mau nambah lagi cuma gue takut kolestrol." sahut Darren sambil menguliti iga sapi tersebut.

"Pesan jamur penyet aja Ren kalau ga mau kolestrol." sahut gue.

"Lo masih mau makan?"

"Gue udah kenyang sih Ren." sahut gue.

"Ga usah deh kalau gitu, ntar malah kemaleman, mobil lo di parkiran kantor kan?"

"Iya. Nanti tolong anterin gue balik kantor aja Ren."

"Oke siap."

Sesampainya gue diantarkan Darren di kantor, gue baru sadar kalau gue ketinggalan kunci mobil di dalam kantor. Bagus. Banget. Sisca you're the best.

Akhirnya gue cepat-cepat naik ke atas dan berharap kantor masih buka. Untungnya masih ada sesosok orang yang membuka laptop. Mukanya sedang mengernyit sambil menaikkan kacamatanya. Siapa lagi kalau bukan Sheldon yang memiliki kebiasaan menaik-turunkan kacamatanya kalau lagi banyak pikiran.

"Lo mau lembur sampe jam berapa?" tanya gue.

"Masih ga tau sis. Lo habis ke mana? Tadi gue ga lihat lo." sahut Sheldon.

"Tadi makan sama Darren. Lo udah makan?"

"Belum, nanti aja pas pulang sekalian kan bisa drivethru. Lah lo ngapain balik ke kantor? Kangen gue?" tanya Sheldon memasang muka jahilnya.

"Kunci mobil gue ketinggalan Don di sini."

"Ah lo tuh memang, makanya dikalungin tuh kunci. Kalau kepala lo modelnya lepasan, mungkin lo juga lupa bawa kepala ke kantor." ledek Sheldon.

"Ih awas lo. Ga segitu parahnya mah gue! Btw Don, Celine beneran lagi di Bali?"

"Iya dia lagi di Bali. Kenapa sis?"

"Ngga.. Ngga sih ga kenapa-napa. Gue balik dulu ya, lo jangan lupa makan. Nanti kurus." sahut gue.

"Hati-hati neng. Makasih loh perhatiannya." ledek Sheldon.

Kalau memang Celine di Bali, yang gue lihat siapa dong? Tapi gue yakin 95% bahwa gue ga mungkin salah lihat Celine sih. Ah ga tahu ah mending gue ga usah mikirin hal ini.

***

"Dev! Kakak pulang!" teriak gue memasuki pintu depan rumah.

"Wah ada apa nih kak kok manggilnya kenceng amat?" tanya Devina.

"Ini kakak bawa hadiah buat kamu dari kak Darren."

"Wah apaan nih kak?" sahut Devina sambil mulai membuka bungkusan plastik tersebut.

"Gimana? Kamu suka?"

"Aaa suka banget! Ya ampun ini lucu banget kotak musiknya. Kak, aku boleh telpon kak Darren ga?"

"Bentar ya kakak nelpon dia."

"Halo." sahut Darren.

"Ren, Devina mau ngomong nih sama lo." sahut gue.

"Halo kak Darren, makasih ya kak sudah ngasih kado buat Devina. Seneng banget!" sahut Devina dengan sumringah.

"Baguslah kalau Devina suka." ujar suara Darren yang sayup terdengar di seberang sana.

"Kak Darren kapan main ke rumah? Nanti Devina tunggu ya. Oh ya ini kak Sisca." sahut Devina sambil menyerahkan handphone ke gue.

"Hai Ren sori ya ngerepotin banget."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Consultant Love LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang