Happy reading!
***
Akhirnya, cukup lama memakan waktu diperjalanan udara menuju Maldives Island; Jimin dan Sara telah sampai. Sang suami hanya mengekori, wajahnya tidak sumringah seperti Sara. Berbeda, jelas sekali. Jimin datar-datar saja, tidak menunjukkan ekspresi apapun--ya karena dasarnya dia tidak ingin menginjakkan kaki disini.
Sara masuk ke dalam kamar hotel yang sudah disewa untuk beberapa hari ke depan. Mewah sih, tapi.....
Sial.
Sara membulatkan matanya tidak percaya, bagaimana bisa kamar yang ibunya pesan se-dirty ini. Bukan kamarnya kotor, bukan. Dirty dalam artian menjurus ke hal intimasi, ini parah sih.
Kenapa letak bathtubs bersebelahan sekitar 20 m dengan ranjang, tidak diberi penghalang pula--sehelai kain pun tak ada-- sengaja dibiarkan terpampang begitu jelas. Hei gurl! bagaimana cara dia mandi, kalau Jimin melihat kemudian khilaf bagaimana? Aish tidak, Sara tidak ingin sungguh.
Sara berlari ke ruangan lain yang lebih kecil, toilet. Dan betapa terkutuk dirinya, di dalam kamar kecil hanya disediakan washtafel berikut cermin dan closet duduk. Tidak ada shower atau semacam alat mandi lainnya, jadi Sara harus benar-benar mandi di bathtubs laknat itu?
Sara menatap Jimin lekat--setelah keluar darisana-- pria itu tengah duduk bersandar dikepala ranjang tanpa beban sedikit pun.
"Kita cari hotel lain, gue gak suka sama fasilitasnya" ujar Sara sudah bersiap, mencengkram pegangan koper kecilnya.
Beralih dari layar ipad, Jimin menatap Sara. "Ini bagus, apa yang kurang?" tanyanya memandang kesekeliling ruangan. Tidak ada masalah kok.
"Lo terlalu polos atau pura-pura bego, sih?! Lihat disana, gimana cara gue mandi kalau gak ada penutup sama sekali?" Sara geram, setengah mati.
Jimin mengangguk, dia sudah tau dan mengerti. Wajar menurutnya kalau design kamar dibuat seterbuka ini, kan khusus untuk pasangan honeymoon.
"Akan percuma kalau ingin pergi mencari hotel lain, mayoritas pengunjung Maldives pasangan honeymoon. Dan pasti seluruh resort pun sebelas-duabelas designnya"
Jimin berucap santai, dia kembali memfokuskan pandangan ke ipad; menge-check email yang di kirim oleh Taehyung mengenai kerja sama dengan klien dari Yunani.
Sara menjatuhkan koper miliknya kasar, membuka sling chest bag supremenya. Mengambil ponsel, mengetikkan beberapa kata di aplikasi browser. Niatnya mencari hotel, juga ingin membuktikan bahwa ucapan Jimin hanya kesoktauan.
5 menit.
10 menit.
15 menit.
"Agrh, sialan!" Sara meraup wajahnya kasar, dia kesal tidak dapat membuktikan kesoktauan Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Different Think || Park Jimin || [completed]
De TodoBagaimana jika karakter mandiri dan manja dipertemukan dalam satu cerita? Belum lagi kehidupan yang seakan terbalik, perempuan yang seperti lelaki, dan begitu sebaliknya. Tapi tidak, akan ada saat dimana lelaki itu berubah begitu jantan demi mempert...