Gotcha

1.9K 117 11
                                    

Happy reading!
.

.

.

.

.

"Masuklah, aku sudah beres"

"Bagaimana dengan anak buahmu?"

"Mereka sudah siap"

"Baik, kami akan bersiap"

"Gunakan tangga darurat"

"Memangnya ada apa?"

"Ikuti saja perintahku"

"Baik kalau begitu"

"Hmm. Aku menunggu di pintu tangga darurat lantai 2. Cepat, waktu kita tidak banyak"

"Okay, kurang dari lima menit kami sampai"

Pip.

Lay menekan pelan tombol kecil di alat yang terpasang di salah satu telinganya, sehingga sambungan komunikasi terputus. Alat komunikasi yang biasa para pengawal pakai ini kini juga dipakai oleh pemuda Zhang itu untuk bertukar informasi dengan Hanbin yang sudah terlebih dulu menyelinap masuk ke dalam untuk meretas seluruh kamera CCTV.

Malam ini, kisaran pukul 01.00 dini hari mereka dengan segala kesiapan akan menjalankan rencana perihal Lay yang ingin sekali membumihanguskan seorang pria keturunan keluarga Park. Katakanlah mereka nekat sebab menghampiri kandang lawan yang penuh dengan ancaman, tetapi mereka sudah menyiapkan segalanya termasuk rencana yang benar-benar matang. Dari hal-hal kecil pun mereka perhatikan, hanya supaya berhasil menjalankan tanpa meninggalkan jejak.

"Ayo" ujar Lay seraya mengode Namjoon dan Kyungsoo dengan kepalanya.

Yang mana segera dipatuhi oleh keduanya, mereka turun dari mobil jeep milik Hanbin. Mengusap pelan jaket kulit yang mereka pakai, menyelipkan sebuah revolver pistol di kantung dalam masing-masing.

"Segera kabari aku" Vernon dari dalam mobil membuka kaca, memandang teman-temannya yang sudah siap beraksi.

Lay mengangguk, melempar kunci motor sportnya pada salah seorang anak buah Hanbin untuk dibawa mengikuti Vernon ke basement rumah sakit; sesuai rencana yang telah disusun sebelumnya).

Vernon tersenyum simpul, mengepal satu tangan kemudian diangkat sebatas kepala. "Semangat! Aku menyayangi kalian!"

Lay memutar bola mata, "Ck! Sudah sana pergi, aku muak melihat wajahmu" ujar Lay malas, menatap Vernon dengan pandangan jijik.

Vernon menggerutu, "Apa yang salah menyayangi sahabat" gumam Vernon yang hanya dapat di dengar olehnya sendiri. Menunduk menatap kemudi setir, memikirkan.

"I can't get it, memang apa salahnya? Hei kalian----oh shit! Mereka pergi tanpa pamit padaku, ckck dasar kakak-kakak tidak sopan" decak Vernon ketika netranya melihat ketiga pemuda tersebut sudah berjarak cukup jauh dari posisinya kini. Bahkan sekitar tiga atau empat langkah lagi akan memasuki lobby utama.

Jadilah Vernon mengalihkan pandangan, kini lurus ke depan seraya memasukkan gigi pada mobil dan pergi meninggalkan parkiran depan rumah sakit.

The Different Think || Park Jimin || [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang