11 [TO WHOM?]

12 1 0
                                    

Ia tidak sedang bersama dengan siapapun, melainkan sedang duduk diam di sudut kafe dengan secangkir matcha di tangannya. Baginya, aroma minuman ini dapat menenangkan pikirannya dari beberapa masalah yang sedang ia hadapi belakangan ini.

Di luar masih hujan. Entah mengapa tampaknya hari ini awan enggan untuk berhenti menangis. Agaknya ia juga paham dengan keadaan hati Keisya. Iya, mendung.

Ting!

Suara pintu kafe terbuka dan terlihatlah seorang pemuda memasukinya. Tak disangka, pemuda tersebut mengetahui keberadaan Keisya. Lalu, ia pun menghampiri Keisya yang tengah menyeruput matcha di cangkirnya.

"Hei Kei! Sendirian aja? Gue boleh duduk sini ga?" sapa Julian.
"Hai J! Boleh kok duduk aja," jawab Keisya.
"Tumben sendirian di kafe habis sekolah dan gak langsung pulang ke rumah?" tanya Julian.
"Iya nih lagi pengen aja hehe," jawab Keisya.
"Bentar gue mau pesen dulu," kata Julian dan hanya dibalas anggukan oleh Keisya.

Setelah beberapa saat Julian kembali dengan secangkir cappucino panas pesanannya. Dia kembali duduk di kursinya dan memulai obrolan sederhana dengan Keisya. Hingga pada akhirnya, Julian sedikit menyinggung tentang Kenzo dalam pembicaraan mereka. Sebenarnya ia tidak bermaksud, tapi jujur saja rasa ingin tau tentang hubungan sahabatnya itu dengan Keisya yang terkadang membuat ia bingung sendiri menjadi dasar ia menanyakan hal tersebut kepada Keisya.

"Kei, sebenernya lu juga suka gak sih sama Kenzo?" tanya Julian.
"Ehm, gue ya? Gatau J hehe," jawab Keisya.
"Ya elu, kok gitu sih. Asal lu tau ya Kei, menurut gue dia itu bener-bener suka sama lu," kata Julian.
"Lo tau dari mana?" tanya Keisya.
"Gue temenan udah lama kali Kei sama dia. Gue tau persis dia itu orangnya kayak gimana. Dari sekian banyak cewek yang berusaha deketin dia dan yang udah pernah deket sama dia, baru kali ini gue liat dia bener-bener serius  buat dapetin cewek. Dulu sih emang tarik, dapet, buang. Tapi sekarang dia udah nggak kayak gitu sejak dia tau lo Kei. Lo tau gak kalo Kenzo tiba-tiba suka nulis di buku gitu akhir-akhir ini, semacam diary gitu sih kayaknya. Bingung gue sama dia kesambet apaan sih tiba-tiba jadi kayak cewek gitu. Dan gue nemuin buku itu di bawah mejanya dia. Kayaknya jatuh dan dia gatau, yaudah gue ambil deh daripada ilang juga kan," jelas Julian panjang lebar.
"Lah terus lo buka bukunya? Siapa tau lo kepo gitu sama isinya?" tanya Keisya.
"Ya enggaklah gila kali gue mau buka. Udah dikasih sumpah serapah tuh sama dia katanya kalo buka besok gue bakal mati. Lah gue gamau mati sia-sia lah cuma gara-gara buka buku Kenzo yang gak penting itu," jawab Julian.
"Haduh ada-ada aja sih lo J. Kalian tuh sama-sama anehnya deh. Dasar, gatau lagi deh gue sama kalian," kata Keisya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya sembari tertawa.
"Oh iya lo tau gak dia pernah bilang ke gue kalau dia tau lo suka sama dua orang dan lo bingung akan perasaan lo itu. Jijik banget gue liat mukanya waktu curhat ke gue. Udah deh Kei pokoknya si cacing itu udah beneran suka sama lo deh kayaknya," sambung Julian.

Keisya tertegun setelah mendengar perkataan Julian tersebut. Dia hanya tak menyangka saja bahwa Kenzo sangatlah tau tentang perasaannya.
Keisya berusaha mengontrol dirinya dan mengambil suasana.

"Hahaha bisa aja lo. Btw kok dia bisa bilang kayak gitu ke lo, J?" tanya Keisya.
"Gue juga gatau Kei. Katanya dia udah bener-bener jatuh hati sama lo dan dia bakal beneran berusaha buat dapetin lo meskipun dia harus saingan dengan saudara tirinya sendiri," jawab Julian yang langsung menutup mulutnya seperti orang yang baru saja keceplosan.
"Hah? Saudara tiri?" tanya Keisya dengan sedikit terkejut.
"Eh anu Kei gue mau balik dulu ya, tadi dipesenin sama nyokap suruh jemput adek gue les balet. Nih buku Kenzo gue kasih lo aja deh. Yaudah gue balik dulu ya Kei, bye!" jawab Julian yang langsung pergi meninggalkan Keisya dan tak sempat bagi Keisya untuk bertanya lagi kepadanya.

Apa maksudnya? Saudara tiri? Siapa? Kenapa semua menjadi serumit ini?

Keisya kembali menyeruput minumannya sembari memijat kepalanya. Rasanya memikirkan dua pemuda itu membuat pikiran dan perasaannya bercampur aduk. Namun, bagi Keisya dia bersyukur karena di masa SMA-nya dia bisa merasakan jatuh cinta. Jujur saja kehadiran Kevin dan Kenzo mewarnai hari-harinya. Meskipun tak selalu berwarna dan tak selalu kelabu.

Lalu, pikirannya tentang Kenzo kembali terlintas saat ia melihat diary Kenzo yang ditinggalkan Julian kepadanya. Entah mengapa, Keisya ada keinginan untuk membuka buku tersebut. Sebenarnya ia tidak ingin lancang tapi entah mengapa ia ingin sekali membukanya. Keisya pun mengambil diary tersebut dan tersenyum karena covernya yang terdapat tulisan "LO BUKA BAKALAN MATI BESOK!"

Gue kira cuma cewek doang yang nulis diary, ternyata cowok ada juga. Dasar Kenzo, aneh. Tapi kok gue bisa suka sih.
Maafin gue ya Zo, gue buka. Apa gue besok bakal beneran mati?

Keisya terkejut karena di dalam buku tersebut ada foto yang di tempelkan di satu halaman. Ia tidak tau kapan Kenzo mengambil fotonya, tetapi dia ingat sekali saat itu ia tengah berada di taman dan sedang memakan es krim bersama Kenzo. Keisya pun beralih ke halaman berikutnya.

"GUE SUKA SAMA LO KEISYA ALEXANDRA! SANGAT SUKA!"
"KOK LO BISA SECANTIK ITU SIH GILAAAAA GIMANA GUE GAK CINTA SAMA LO COBA!"
"GUE SUKA KESEDERHANAAN LO KEI. GUE SUKA LO YANG APA ADANYA."
"YA TUHAN BEGINIKAH RASANYA JATUH CINTA YANG BENER-BENER JATUH?!! I'M TOO IN LOVE WITH HER YA ALLAH GUSTI"
"KEI LO KAYAK KEYBOARD DEH. TAU GAK KENAPA? 'CAUSE YOU ARE MY TYPE KEISYA!!"
"KOK LO BIKIN GUE KAYAK KAMERA GUE SENDIRI SIH? KALO UDAH FOKUS SAMA SATU OBJEK SUSAH BUAT FOKUS KE YANG LAIN GILAAAA"
"DIABETES GUE KALO DEKET LO LAMA-LAMA."

Keisya tersenyum membaca tulisan Kenzo yang baginya sangatlah lucu. Ia benar-benar tak menyangka sisi lain Kenzo yang diam-diam suka menulis sebuah catatan, apalagi di catatan itu menuliskan tentang dirinya.

Emang ya lo itu masih bisa ngehadirin kebahagiaan kecil di tengah kesedihan gue.

Beralihlah ia ke halaman selanjutnya. Di halaman tersebut Kenzo menulis dalam satu paragraf. Dibacalah tulisan itu oleh Keisya.

"Memang benar orang berkata bahwa jika sudah berani jatuh cinta dengan seseorang maka saat itu juga harus siap untuk patah hati. Namun, tidakkah kau tahu? Bahwa senengnya jatuh cinta gak sepadan dengan sakitnya sakit hati. Gue tau udah banyak hati yang udah gue patahin. Dan saat ini gue ngerasain gimana itu patah hati. Gue ngerasain itu untuk yang pertama kalinya. Sakit. Dan gue ngerasa bersalah dengan semua patah hati yang udah gue timbulin. Kalo gue tau rasanya sesakit ini, dari awal gue gak bakal mau matahin hati perempuan. Kalau dulu gue yang diperjuangin, sekarang gue yang perjuangin. Be a Gentleman, Zo! Lo bukan banci yang cuma mau diperjuangin sama cewek doang! Oke, mulai sekarang gue bakal serius sama lo Keisya, cuma sama lo. Gue bakal bener-bener ngejaga dan perjuangin lo sebagai perempuan yang gue cinta meskipun gue tau gak mudah buat dapetin lo karena gue tau lo sedang menyukai dua orang. Meskipun gue tau lo suka dengan dua orang, tapi hati lo lebih dominan buat dia Kei. Dan gue sakit akan hal itu."

Keisya menutup buku tersebut sambil mengusap air mata yang hendak keluar. Lagi-lagi ia tak menyangka bahwa segitu besarkah rasa Kenzo terhadap dirinya? Dia merasa dirinya sangat jahat. Tanpa sadar ia telah melukai hati Kenzo yang jelas-jelas Kenzo adalah salah satu orang penghadir kebahagiaan di sela kesedihannya. Kenzo orang yang bisa membuatnya merasa terjaga dan tenang berada di sampingnya, orang yang menciptakan senyuman di kala ia sedang bersedih. Tapi tanpa sadar ia tak bisa membalas semua kebahagiaan yang telah Kenzo beri kepadanya. Keisya malah memberi kesedihan dan membuat Kenzo terluka. Akan tetapi, Kenzo masih saja baik kepadanya, masih saja peduli dan perhatian kepadanya, masih bisa menyunggingkan senyuman tampannya kepada Keisya seolah tak terjadi apa-apa dalam dirinya, seolah ia sedang baik-baik saja.

Semuanya semakin membuat Keisya bingung akan perasaannya. Kevin yang entah mengapa membuat hatinya dominan dan tak gentar untuk bertahan meskipun tak jarang ia terluka, ia tersakiti karena Kevin. Mungkin itu karena rasa sayangnya kepada Kevin. Disisi lain, ia merasa bersalah kepada Kenzo yang notabene adalah sang penghadir kebahagiaan dan penyembuh lukanya bahkan yang rela terluka demi kebahagiaannya. Tapi entah mengapa, rasanya hatinya masih enggan untuk lebih dominan kepada Kenzo padahal sudah jelas-jelas ia sangatlah nyaman dengan Kenzo. Jika orang bilang rasa nyaman itu adalah jebakan, jebakan yang disebut sebagai alasan klasik untuk menimbulkan sebuah perasaan cinta. Tapi, mengapa tetap saja ia tak terjebak dengan rasa nyamannya kepada Kenzo? Apa yang salah dengan hati Keisya?

Why?
To whom, God?

HALO! SEMOGA KALIAN TERHIBUR DAN JANGAN LUPA UNTUK VOTE PART INI YA!
ONE VOTE FROM YOU IS MY PLEASURE, THANKS!❤️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 30, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Between Us and Inside My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang