9 [DINGIN TAPI CANDU]

115 12 2
                                    

Ting Tong!

Suara bel pintu berbunyi.
Wanita paruh baya itu melangkahkan kakinya dan segera membukakan pintu.

"Selamat pagi tante," suara pemuda jangkung terdengar sambil melontarkan senyuman khasnya.
"Pagi, eh kamu yang waktu itu nganter Keisya pulang ya?" jawab Ratna.
"Hehe iya tante, Keisya ada tan?" tanya Kenzo.
"Oh ada kok, mari masuk dulu biar tante panggilin Kei dulu ya," jawab Ratna.
"Baik tante," kata Kenzo.

Tak lama kemudian, Keisya menuruni satu persatu anak tangga dari kamarnya menuju ke lantai bawah. Kenzo pun menyapanya dari kursi tamu yang di dudukinya dengan memberikan senyuman khas orang tampan.

"Udah ditungguin pacarnya kok lama banget sih," goda bunda sambil tersenyum.
"Ih bunda apa sih orang kita ga pacaran kok," jawab Keisya.
"Ah masa sih. Udah ngaku aja deh, gitu aja malu-malu," kata bunda.
"Lah ga percaya bun? Tanya aja tuh sama Kenzo. Kita ga pacaran kan Zo?" kata Keisya sambil melototkan matanya ke arah Kenzo.
"Iya tante kita emang ga pacaran, tapi kita ini lagi proses buat pacaran. Tante ini gimana sih anaknya lagi dideketin kok ga peka hehe," kata Kenzo sambil tertawa dan mengedipkan mata ke Keisya.
"Oh jadi gini ya kidz jaman now kalo lagi PDKT. Kebanyakan kode," jawab Ratna yang kemudian diikuti suara tawa darinya.

Keisya yang merasa dirinya telah kalah hanya bisa mengerucutkan bibirnya.
Kemudian, Keisya menarik tangan Kenzo untuk segera berangkat ke sekolah. Namun, bundanya berdehem karena Kei belum mencium punggung tangan wanita paruh baya itu.

Ehm.
"Oh iya bun, lupa. Assalamualaikum bunda cantik," kata Keisya yang telah mengecup punggung tangan bundanya.
"Hem, waalaikumsalam. Hati-hati ya, jangan ngebut," jawab Ratna.
"Siap tante," kata Kenzo selaku pengemudi motor yang tampan nan mempesona.

🌠

Dalam perjalanan menuju ke sekolah, Keisya hanya terdiam dan menunduk di belakang punggung Kenzo. Mungkin di depan bundanya dia bisa terlihat seperti seorang gadis ceria yang hidupnya dipenuhi dengan kebahagian akan kisah cintanya di SMA. Namun, semua itu tidak benar. Mungkin saat ini hanya Kenzo lah yang mengetahui bagaimana perasaan Keisya saat ini.
Dibalik kemurungan Keisya yang terlihat dari spion motor, Kenzo merasa bersalah atas candaan pagi harinya di rumah Keisya. Dia mengerti bahwa sosok yang dikagumi, sosok yang ditunggu, sosok yang diharapkan, bahkan sosok yang mungkin dicintai bukanlah dirinya. Akan tetapi, entah mengapa hasrat Kenzo untuk memiliki Keisya sangatlah besar.

"Kei," sapa Kenzo.
"Ya?" jawab Keisya.
"Maafin gue tadi ya. Candaannya kelewatan," kata Kenzo.
"Gapapa kok Zo," jawab Keisya
"Gue suka sama lo Kei bahkan kalau boleh jujur kata hati gue mengatakan kalau gue sayang sama lo. Ya memang gue tau lo sukanya bukan sama gue," kata Kenzo.

Perkataan Kenzo berhasil membuat hati Kei tersentuh. Lembut namun menusuk. Keisya hanya terdiam. Lagi-lagi dia jatuh ke dalam rasa bersalah. Saat ini logika dan perasaannya sedang berselisih dan beradu argumen.
Mengapa tidak Kenzo?
Dia yang selalu ada saat gue sedang terpuruk.

Mengapa kisah cinta selalu saja rumit. Memang harus sekali-kali tidak disangkutin pakai hati biar semuanya simple. Hubungan tidak pakai hati sama saja munafik. Perlahan menyakiti orang yang menyayangi. Ya, memang benar, perlahan tapi pasti. Tak ada akhir yang bahagia jika menjalin hubungan tanpa ada perasaan. Namun, apabila yang dijatuhi perasaan tidak memiliki rasa yang sama, bahkan tidak peduli apakah masih pantas untuk diharapkan? Masih pantas untuk diperjuangkan? Masih pantas untuk ditangisi? Tanpa sadar semua itu berputar. Keisya terbodohi oleh perasaannya terhadap Kevin dan Kenzo yang terbodohi oleh perasaannya terhadap Keisya.
Semesta memang sedang bercanda.

Between Us and Inside My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang