.
.
.
"Ne, aku harap kalian tidak memberitahu tentang silsilah keluarga besar kami" paman Xiu menjelaskan"Aku.. aku benar-benar tidak menyangka.. H..hyobin-ah?? Kau adalah putri Raquella?" Ungkap Jiyoon masih tidak percaya dengan semuanya
"Paman? Apa maksudmu? Ini buku silsilah keluarga kita yang sebenarnya?" Aku ikut terkejut dan tidak percaya
"Appa-mu melarang keras aku untuk memberitahumu soal ini" jelas Xiumin
"Seperti yang kau tau Raquella, keluarga kita tidak pernah terbuka pada masyarakat. Keluarga kita tidak pernah memberitahu jati diri yang sebenarnya. Kenapa aku dan seluruh keluarga kita bersikeras melarangmu untuk bertindak ceroboh."
"Ada apa?" Tanyaku pada paman Xiu penasaran
"Kau akan mengetahuinya sendiri" balas Xiumin menggenggam kedua bahuku
"Jadi selama ini kami bertiga berteman dengan seorang putri raja?" Tanya Nana. Xiumin dan aku mengangguk
"Apa kalian keberatan berteman denganku?" Jawabku pelan
"Aku rasa kami beruntung bisa berteman denganmu. Kami bertiga tidak pernah tau kau adalah seorang putri Hyobin. Kehangatanmu, kesabaranmu dan keberanianmu untuk membela kami. Aku senang dengan semua itu." Ujar Nana. Mereka bertiga memelukku
"Aku harap, kalian bisa menjaga rahasia ini" gumamku
"Tentu saja" jawab mereka bertiga kompak
"Paman.. aku tidak mengerti dengan tulisan ini.. aku tidak dapat membaca tulisan kuno ini" keluhku
"Kau tidak bisa membaca, tapi kau akan mengerti sesuatu Raquella"
"Aku sedikit mengerti tulisan kuno ini. Tapi.. aku tidak mengerti siapa orang-orang yang dimaksud disini. Pemanah? Penembak? Dan Pemotong? Seperti.. psikopat.." Gayoon menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan memasang muka bingung
"Kalian akan menemukan jawabannya nanti"
"Oh ayolah paman.. jangan biarkan kami menjadi seperti detektif. Aku benci permainan tebak-tebakan"
.
.
.
Kehidupanku tidak seindah dulu, semua menjadi gelap dan mencekam. Mengingat aku koma tidak sadarkan diri selama 12 bulan lebih, aku membuka mataku perlahan melihat sekitarku, tubuhku masih lemas"Raquella.."
Aku mendengar suara seorang pria memanggilku. Aku masih tidak dapat menerka siapa pria itu, samar-samar mataku terbuka. Ini buram. Gumamku dalam hati
"Sadarlah.. aku tau kau masih hidup. Ini kesalahanku tidak dapat menjagamu dengan baik. Aku mohon.. sadarlah.."
Aku mencoba menerka suara itu, mengingat suara itu dan mendengar suara itu
"Euhmm.." aku sedikit bergerak
"Raquella? Jinjja?? Kau masih hidup??"
"Ehmm.."
"Raquella ini aku.. Chanyeol.."
Sedikit terkejut mendengar pengakuannya. Pria yang disisiku Chanyeol? Benarkah?
"Oh tuhan.. terimakasih kau mendengar doaku agar kekasihku tetap hidup"
"Kekasih?" Terngiang di fikiranku, sejak kapan aku menjadi kekasihnya? "Aku berharap ini mimpi buruk" lanjutku dalam hati
"Raquella.. kau mengingatku kan? Ini aku Chanyeol" jelasnya sekali lagi padaku.
"C..chan..chanyeol?" Ucapku terbata menatap matanya dan dia mengangguk
"Syukurlah kau mengingatku sayang.." ujar Chanyeol mengelus kepalaku
"Aku kenapa?" Tanyaku
"Kau terkena ledakan hebat di sekolah 12 bulan lalu dan kau tidak sadarkan diri. Dokter bilang kau masih dapat hidup. Hanya saja kau koma"
KAMU SEDANG MEMBACA
"DEMISE" (19+)
Fanfiction"ketika dunia bilang padaku bahwa kehidupan itu hanya sementara. tujuannya hanya satu. membunuh atau dibunuh"