"KAI???" Kaget Gayoon dan Sohyun
.
.
.
"Nananana.."Sebuah lagu terngiang di fikiranku aku memarkir mobil di depan toko roti, mengantar oppa-ku Baekhyun membeli beberapa roti gandum. Aku menduduki mobil ferrari merahku, sambil memutar-mutar kunci mobil dan bersiul
"DOORRR!!!"
"BOOMM!!"
"KREKK!! DORR!!!"
"Aaa!! Jeongmal mianhae" teriak oppa-ku Baekhyun, dia berteriak kepada sosok pria yang mengacungkan panah ke arahnya
"OPPAAA!!!!"
Aku berlari menuju Baekhyun. TERLAMBAT! Panah itu ditembakan dan menusuk kepala Baekhyun hingga tembus dan Baekhyun mati di tempat.
"O..oppa..." Aku lemas lalu terjatuh ke tanah dan aku menangis
"Aaaaa KALIAN TIDAK BISA MEMBUNUH OPPA-KU!!! SIAPA KALIAN!!?? DAN APA MAU KALIAN! LAWAN AKU. JANGAN KAU FIKIR AKU TAKUT PADA KALIAN DASAR BAJ*NGAN!!!"
Aku marah dan menangis pada orang-orang yang tertutup masker tidak berguna itu. Siapa mereka! Berani-beraninya membunuh oppa-ku!! Keterlaluan!!!!
Tiba-tiba lenganku terikat rantai oleh seseorang entah siapa itu. Dia lalu menyeretku dengan paksa hingga aku jatuh dan tidak sadarkan diri. Oh sh*t! Ketika aku membuka mataku, aku benar-benar berada dirumahku. Dalam keadaan terikat di bangku kayu, mulutku tertutup lakban hitam. Sungguh, aku tidak bisa menggerakkan seluruh tubuhku.
"Kau sudah sadar? Raquella?"
Darimana.. darimana dia tau nama asliku? Oh my.. ini apaaa. Aku tidak bisa berbicara, aku hanya bisa meronta-ronta diatas kursi itu dan menangis menjerit. Mereka membawa jasad oppa ku dan adikku. Chen dan Mark, serta mereka membawa hanya kepala ayahku Suho yang sudah terpisah dari tubuhnya. Aku menangis sejadi-jadinya. Dari kejauhan ada seseorang yang menghampiriku sembari membawa-bawa pistol dan pisau yg menggelantung di lengannya. Apa ini!?
Dia jalan mendekatiku santai. Tangannya mengelus kepalaku dan menenggakkan daguku perlahan agar aku bisa melihatnya dengan jelas. Oh lord ini apa?? Sekuat tenaga agar aku tidak menatapnya. Tapi dia memaksaku untuk menatapnya.
"CHANYEOL!!?" teriakku dalam hati. Aku takut melihatnya sekarang. Luka dan darah yg ada pada pelipisnya membuat aku semakin takut dia akan melakukan sesuatu padaku.
"Kau cantik hmm.."
dia membisikkan telingaku. Membuat aku merinding mendengar suara baritonnya berbisik di telingaku dengan nada yang halus tapi sedikit menakutkan. Dia mengecup pipi kananku mengusap rambutku dengan lengan raksasanya itu membuat aku semakin takut.
"Hmm!! Mmm.. mmhh!!"
"Ada apa? Kau ingin bicara apa? Jangan membuatku semakin bingung. Huahaha"
Air mataku mengalir. Pisau tajam itu dikeluarkan olehnya, ujung dari pisau itu ia tempelkan di dekat pelipisku
"Aku mencintaimu.. bagaimana.. jika aku mendapatkan darahmu dan menggunakan darahmu sebagai saus makan malamku eoh?"
Aku terdiam tak berdaya, mataku melihat ujung pisau tajam itu mulai menempel pada pelipisku. Tolong! Teriakku dalam hati. Keringat mulai berjatuhan membasahi wajahku, tangan ku mulai melemah, aku tidak kuat lagi untuk meronta-ronta.
"Kau lihat ini manis? Ayo kita lakukan.. dan ini tidak akan sakit" ucapnya tersenyum padaku. Aku mencoba terus untuk menjauhkan ujung pisau itu dari wajahku, tapi hasilnya aku tetap tidak bisa krna lengan kanan Chanyeol menahan kepalaku agar aku tetap diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
"DEMISE" (19+)
Fanfic"ketika dunia bilang padaku bahwa kehidupan itu hanya sementara. tujuannya hanya satu. membunuh atau dibunuh"