BAB 5 : Hey don't worry I'm here

180 70 52
                                    

Kaki ini terus melangkah, menghindar, mencari kesunyian. Dan ini yang sedang kurasakan. Kaki ini terus menghindar dari seseorang yang dulu pernah ku anggap spesial walau sebenarnya terasa pahit Dan sulit untuk dilakukan.
(Dina Alfamelvia Putri)

***

Gadis itu sedang menonton acara televisi, yang lain dan tak bukan yaitu sinetron. Hal yang paling menjengkelkan Dina yaitu saat asik-asiknya nonton malah iklan, seperti udah nyaman sama doi ehh malah ditikung dadakan kek tahu bulat. Emang sih tahu bulat enak, rasanya gurih kayak gitu, tapi isinya kosong kayak harapan yang disia-siakan doi eakkkss :'v😂. Kok malah ngomongin tahu bulat sih😑-_- ok kembali ke cerita.

Jam 6 sore WIB. Dina masih mencari-cari saluran televisi, entah apa yang sedang dicari anak itu. Kayak yang sedang nyari saluran adzan shubuh gak bakalan ketemu.

Natthan menghampiri dan duduk di sebelah Dina. Dia langsung memulai obrolan dengan adiknya itu. "Kok masih nonton tv sih dek?"

Dina sangat menyukai saat kakanya perhatian padanya. Karena cuman kakaknya lah yang mengerti perasaannya.

"Kamu mau sampai kapan bersikap kayak gini terus sama bokap?" Tanya Natthan sambil mengusap puncak kepala Dina.

"Selamanya." Gadis itu lalu cemberut.

"Kamu harus bisa memaafkanya dek."

"Itu gak semudah membalikkan telapak tang..." Natthan langsung memotong ucapan Dina.

"Kamu harus mencobanya dulu, Kalo belum mencobanya mana bisa tahu hasilnya."

"Iya nanti Dina cobain dulu."

"Gue sekarang kerja sampingan buat biaya kita sehari-hari. Gue takut uang dari bokap gak bakalan cukup buat kita. Gua rela kerja di bengkel sampai di tempat pencucian motor & mobil sekalipun."

"Abang tenang aja, Dina juga udah dapat kerja sampingan dong. Jadwalnya pas hari libur jadi gak bentrok sama urusan sekolah."

"Duh adek gue sekarang udah besar ya. Emang kerjaannya apa?"

"Nyanyi di cafe. Siapa tau nanti jadi penyanyi hehehe."

***

Pukul 07:12 Dina memasuki gerbang sekolah, tak lupa ia menyapa Mang Iding dengan senyum manisnya

"Selamat pagi, Mang."

"Pagi neng." Mang Iding pun membalas senyum Dina.

"Ciyeee, yang kemarin pulang bareng sama, ekhm cowok."

Pipi Dina seketika memerah seperti udang rebus mendengar ucapan Mang Iding tadi.

"Apaan sih Mang, cuma numpang nebeng doang." ucap Dina
dengan wajah yang malu-malu embe.

"Ya, biasa aja atuh neng. Sampai pipinya jadi merah gitu." ucap Mang Iding jail.

"Emang kelihatan banget pipi gue merah?" batin Dina. Ia langsung pergi sambil memegang kedua pipinya yang merah, dan menunduk sambil Jalan. Ia lalu pergi dan tidak menjawab omongan Mang Iding. Mang Iding yang melihat sikap Dina seperti itu hanya bisa tersenyum jahil.

Saat Dina sedang berjalan, tiba-tiba ada tiga orang yang menghalangi langkah Dina. Ia kenal betul siapa orang yang menghalanginya, siapa lagi kalau bukan cabe-cabean. Dina kenal saat ia melihat gadis itu dihukum OSIS karena menggunakan rok yang sudah ngatung, seragam yang kecil, dan menggunakan lipstik yang brewarna merah ati. Buat apa coba? Biar hitz? Biar kekinian?

"Permisi, gue mau lewat." Dina langsung melangkah ke sebelah kanan, tetapi tiga makhluk itu tetap menghalanginya.

"Ini orang maunya apaan sih." batin gadis itu.

D3 [ Dina, Dani, & Dwiky ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang