Stop checking your phone, he doesn't
text you.***
Sebelum masuk kelas, kebanyakan murid bergosip dulu atau sekedar mengobrol tentang hal yang tidak penting. Di salah satu meja, semua para siswi sedang berkumpul tengah membicarakan wali kelas mereka yaitu Bu Intan alias Ibu Ingus. Mereka membicaran dari mulai kebaikan guru itu sampai keburukannya. Yahh, walaupun lebih banyak membicarakan keburukannya sih.
"Eh kalian tau ngak, kemarin gue lihat Bu Ingus jalan bareng pak Wawan!" Seru salah satu murid X MIPA 3 yaitu biang gosip yang bernama Intan.
"Eh, gue juga lihat tadi pagi Bu Intan ikutin Pak Wawan diam-diam dari belakang. Kayak stalker gitu." Bisik Olvi dengan pelan.
"Kayaknya cinta Bu Ingus bertepuk sebelah tangan deh!" Ucap Isma.
"Ahhhhh sakittt." Seru para siswi dengan nada yang lebay dan alay.
Rahma mulai membuka suaranya. "Ah! Tapi gue gak rela Bu Ingus sampai jadian sama Pak Wawan. Kan bisa dibilang dia guru terganteng termuda terkeren dan ter ter yang lainnya di SMA ini?!"
"Gue setuju!" Teriak yang lain.
"Kasihan pak Wawan, di ikutin sumo tiap hari. Kadang dia juga kena hujan lokal dari mulut Bu Ingus." Dina merasa kasihan pada guru termuda dan terkece di sekolahnya. "Awas aja tuh Bu Ing--"
"Perkataan Dina terpotong karna Dani berusaha mengalihkan pembicaraannya.
"Ingatanku hapuskan tentang diaaaa 🎵🎶 hapuskan memori ku tentangnyaaaaaa 🎵🎵" Dani bernyanyi lagu [ Geisha - Lumpuhkanlah Ingatanku ] dengan suara kencang dan lantang, seperti suara Giant yang lagi nyanyi di kartun Doraemon. Cowok itu tidak peduli dengan gendang telinga temannya.
"DANI KINOVA?!! KAMU SENGAJA MAU BUAT TELINGA IBU SAKIT MENDENGAR KAMU NYANYI?!!" Teriak Bu Intan di ambang pintu.
"Maaf bu, saya lagi latihan nyanyi. Siapa tau nanti saya jadi penyanyi terkenal seperti Afgan." Dani hanya bisa nyengir gak jelas.
"Kamu saya hukum. Sana! Hormati tiang bendera sampai jam pelajaran saya selesai?!!" Ibu Ingus sudah mulai murka.
"Gawat, gorilla lagi ngamuk." Batin seisi kelas dengan takut. Mereka tidak berani menatap wali kelasnya itu.
"Kamu tunggu apalagi? Cepetan?!!" Titah Bu Intan pada Dani yang malang itu.
"SIAP BU?!!" Dani menghormati Bu Intan seperti sedang menghormati sang bendera merah putih.
Cowok itu lalu melenggang pergi menuju lapangan yang lagi panas-panasnya, apalagi lapangan itu terbuat dari bahan aspal. Mantav jiwa.
"Ok, sekarang kita bisa lanjut belajarnya. Buka buku paket kalian halaman 56 bla bla bla." Bu Ingus terus mengoceh seperti bebek yang kelaparan.
Dina tidak bisa fokus belajar. Karena pikirannya terus mengingat kejadian tadi. Gadis itu hampir mengucap kata terlarang yaitu kata 'Bu Ingus' dihadapan gurunya langsung. Tetapi, Dani malah menolongnya dengan cara mengalihkan keadaan. Malah cowok itu yang kena hukuman. Dina merasa dia tidak berguna sebagai bodyguard cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
D3 [ Dina, Dani, & Dwiky ]
Teen FictionDani ingin menemui teman masa kecilnya sekaligus penyelamatnya. Ia sering menyebut dia sebagai peri kecil. Ia pernah memberikan hadiah pada anak itu berupa headset, dan headset itu berwarna biru dan ada tulisan sebagai ciri khas hadiahnya. Bagaimana...