Jam pelajaran pertama. Bu Ingus alias Ibu Intan Gustiawan memasuki kelas X MIPA 3. Ia membawa beberapa buku pelajaran sejarah. Entah kenapa menurut Dina belajar sejarah cuma bisa mengenang masa lalu.
"Selamat pagi anak-anak." Guru itu menduduki kursi sakralnya, para siswa merasa kasian sama tuh kursi yang di duduki sama orang gendut.
"Pagi bu!" Ucap seisi kelas dengan kompak.
"Hari ini yang tidak hadir siapa?" Bu ingus mulai membuka buku absen kelas.
"Dani bu!" Ucap Samuel sambil mengacungkan tangannya.
"Kenapa? Pasti alfa ya kan?" Tanya bu Ingus dengan pasti.
*guru yang suudzon pada murid."S--sakit bu." Jawab Samuel pelan.
"Oh, anak itu bisa sakit juga ya." Bu Ingus langsung membenarkan posisi kacamata yang ia gunakan.
"Guru yang jahat." Batin seisi kelas.
"Emang dia kira si Dani bukan makhluk hidup apa?" Gumam Dina. Tetapi ucapan dia terdengar oleh bu Ingus.
"Kamu ngomong apa barusan?!" Bu Ingus langsung menaikkan nada bicarannya.
"Ng--gak! Kok bu, saya gak ngomong apa-apa." Gadis itu mengacungkan dua jarinya ke udara.
"Ya sudah, sekarang buka buku paket kalian halaman 15, kerjakan tugas pilihan ganda dan essay. Dikumpulkan sekarang?!!" guru itu mengeluarkan penggaris panjangnya, lalu memukulkannya ke meja persis kek mukul bedug.
BRAKKK?!!
Suara pukulan penggaris bu Ingus membuat para siswa berkeringat dingin dan sekaligus kaget. Mungkin kalo ada yang punya penyakit jantung sudah pasti wassalam di tempat.
Entah kenapa 4 jam pelajaran bu Ingus serasa 4 tahun di sekolah.
***
Sehabis mengantarkan Dina ke sekolah, Nova alias kakaknya Dina langsung menuju sekolah tercintanya. Tempat dia mendapatkan ilmu disana. Saat dia sedang berjalan santai menuju kelas, tiba-tiba...
Bruakk!!
"Aww.." seseorang menabrak pundak Nova. Sontak ia meringis kesakitan sambil mengusap pundak.
"Woi! kalau jalan yang benar dong?!" Nova kesal pada orang yang menabraknya tadi.
"Ehh.. ma--maaf, saya gak sengaja. Kamu gak apa-apa?" Gadis itu meminta maaf sambil menundukkan kepalanya.
Nova sekilas melihat penampilannya dari atas sampai bawah. Gadis itu mengikat rambutnya seperti ekor kuda, menggunakan tas berwarna hitam, wajahnya imut, cantik, sopan santun gak seperti adeknya, ehh jadi mikir apa sih.
( Diwaktu yang sama tempat di berbeda... )
"Huatchim.." Dina mendadak bersin di tengah keheningan kelas.
Bruak!!!
"Eh jangkrik loncat eh jangkrik loncat?!" Ikal latah karna kaget akibat bu Ingus memukul penggaris ke meja dengan keras.
"Jangan berisik?!" Teriak bu Ingus yang membuat seisi kelas melanjutkan tugas yang guru itu berikan.
"Lo gak apa-apa Din?" Tanya Rahma pelan karna mereka masih belajar sejarah dengan guru tercinta yang tak lain dan tak bukan yaitu bu Intan.
"Perasaan gue gak enak ya." Batin gadis itu sambil mengusap hidungnya.
( kembali ke cerita... )
"Gak apa-apa kok." Suara nada Nova berubah menjadi lembut tak seperti tadi.
"Sekali lagi maaf ya. Saya lagi buru-buru." Cewek itu langsung pergi terburu-buru.
KAMU SEDANG MEMBACA
D3 [ Dina, Dani, & Dwiky ]
Teen FictionDani ingin menemui teman masa kecilnya sekaligus penyelamatnya. Ia sering menyebut dia sebagai peri kecil. Ia pernah memberikan hadiah pada anak itu berupa headset, dan headset itu berwarna biru dan ada tulisan sebagai ciri khas hadiahnya. Bagaimana...