BAB 16 : kasmaran

61 10 10
                                    

Bersama tapi tak serencana

                              ***
Bruak! Bruak!

Dani mencoba mendobrak pintu di hadapannya. Tetapi beberapa kali ia mencoba mendobraknya, tetap tidak membuahkan hasil apa pun.

Dina mondar-mandir sambil menggigit kukunya. Hal itu selalu dilakukan ketika gadis itu sedang gelisah.

"Gimana ini? Gimana ini? Masa kita tidur disini sih! Udah sore banget lagi." Gadis itu terus mondar-mandir seperti setrika berjalan.

Dani menundukkan kepala dan menempelkan dahinya pada pintu. Posisinya sekarang persis seperti orang yang sedang putus asa.

"Pasti ada jalan keluar." Dani lalu menyusuri setiap sudut yang ia lihat.

Cowok itu melihat salah satu jendela yang terbuka, yang belum ditutup oleh orang yang duduk dekat jendela itu. Ia melihat sekilas pada Dina, yaitu pelaku orang yang duduk dekat jendela tersebut. Melihat gadis itu mondar-mandir membuat Dani berdecak kesal sambil memutarkan bola matanya. Kriet! Dani membuka lebar jendela kelas lalu menoleh ke kanan dan kiri, melihat sudah tidak ada lagi orang yang lewat di tempat itu.

"Lo mau pulang gak?" Tanya Dani pada gadis itu.

Dina menjawab dengan cepat. "Ya mau lah!"

"Buruan sini!" Dani menyuruh gadis itu untuk mendekat padanya. Tanpa ragu Dina menuruti perintah cowok itu.

"Kita harus lompat dari jendela ini." Dani melirik pada jendela tersebut sebagai satu-satunya penyelamat mereka.

"What the hell? Lo suruh gue untuk lompat dari ini jendela?" Tanya Gadis itu memastikan. "Nanti malah gue dikira maling. Ya gue gak peduli dengan nasib lo, karna muka lu udah mirip kek maling."

"Sialan lo!" Dani berpikir sejenak, dengan keadaan seperti ini sempat-sempatnya gadis itu membuatnya kesal. Oke ralat, dia suka membuat Dani kesal every day.

"Mending telpon abang gue aja buat jemput gue ke sini." Dina lalu merogoh saku rok untuk mengambil benda pipih itu.

Tut! Tut! Tut!

Ponsel gadis itu bersuara tanda bahwa baterai ponsel miliknya habis, lalu ponselnya mati dengan sekejap mata.

"Duh baterainya low bat lagi?!!" Dina berdecak kesal, Dina merasa hari ini ia sangat sial. Apa karna ia dekat dengan Dani jadi dia kena sial terus?

Gadis itu lalu melihat ke arah Dani. Seperti yang Dani duga, ia sudah tahu ucapan apa yang akan dilontarkan gadis itu, terbaca dari raut wajahnya sekarang.

"Ponsel gua juga mati." Ucap Dani tanpa melihat lawan bicarannya.

"Gara-gara lo suka main game online mulu, jadinya baterai hp lo cepat habis." Dina mengusap rambut setengah pundaknya itu dengan kasar.

"Kok lo salahin gue sih?!!" Dani mengerutkan kedua alisnya. "Salahin ponsel lo tuh, masa dalam keadaan begini hp lo malah mati. Gak guna banget! Buang aja ke musium bersejarah sana?!!"

"Apa lo bilang?!!" Gadis itu menaikkan sebelah alisnya.

"Berisik! Gue lagi gak mood berantem sama lo?!!" Balas Dani dengan menatap tajam mata gadis di hadapannya itu. "Mending gini aja, gua kasih lo dua pilihan.
Pilihan 1 : gue pulang duluan dan lo tetap berada disini sendirian. Atau, pilihan 2 : lo mau keluar lewat jendela duluan dan gue nyusul keluar terakhiran." Perkataan Dani terdengar seperti masalah hidup dan mati dimata gadis itu.

Gadis itu pasti memilih pilihan kedua daripada ia harus berdiam diri di kelasnya sampai esok pagi.

"Oke oke. Gue akan keluar lewat jendela." Dina pasrah dengan keadaannya sekarang.

D3 [ Dina, Dani, & Dwiky ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang