PART 7

1.9K 146 7
                                    

Assalamu'alaikum









_______________





Azmi menata obat-obatan yang tadi baru di belinya dengan Azka di bantu dengan beberapa anggota PMR lelaki yang juga sibuk membersihkan UKS di tambah dengan Allysa dan 2 orang perempuan yang membantunya memasukan obat dalam etalase sesuai dengan kegunaannya. Sejujurnya Azmi merasa tak nyaman jika berada di satu tempat dengan seorang perempuan terkecuali itu adalah keluarganya dan juga gadis kerinduannya yang entah sedang apa.

“Maaf gus ini di taruh di bagian mana?.” Tanya seorang lelaki yang menghampirinya.

“Taruh di etalase bagian atas aja. Kalau sudah selesai kalian boleh istirahat.” Balas Azmi yang mendapatkan anggukan dari mereka semua.

Azmi terdiam beberapa saat hingga menjadikan lamunan yang panjang karna mengingat kejadian kemarin saat di basecamp syubban yang membuatnya harus jujur dengan mereka dan juga Annisa yang sudah berada disana bahwa isu itu benar adanya dan juga Annisa yang membantunya dengan mengatakan bahwa dirinya juga bersalah karna mencintai Azka bukan Azmi. Azmi juga menceritakan siapa wanita itu tanpa menunjukan foto Rindu ataupun memberi taukan siapa nama wanita itu alias Rindu. Azmi selalu bilang kalau wanita itu adalah temannya yang satu fakultas dengannya yaitu kedokteran. Azmi menghela nafasnya dan kembali menata obat-obatan pada tempatnya dengan benar tak menyadari bahwa gus Hafied datang bersama seorang wanita cantik yang kini tengah memasukan Hpnya kedalam tas miliHpnya

“Ekhem! Sepertinya kamu sibuk sekali mas sampai tidak sadar bahwa saya sudah datang.”

Azmi terkesikap saat mendengar suara gus Hafied bahkan hampir menjatuhkan botol obat yang sedari tadi di pagangnya. Azmi menghembuskan nafasnya dengan pelan kemudian membalikan badannya kearah gus Hafied dengan senyum kecil miliknya. Tapi sesaat kemudian Azmi melunturkan senyumnya dengan menatap seseorang yang kini berdiri di samping gus Hafied dengan pandangan kosong begitu pula dengan perempuan yang juga memandang Azmi dengan pandangan kerinduan miliknya.

“Azmi.” Lirihnya tapi mampu di dengar oleh semua orang yang berada di ruangan tersebut.

Azmi memejamkan matanya sesaat sebelum akhirnya tersenyum kecil kearah perempuan yang masih menatapnya. Berjalan menghampiri gus Hafied dan mencium tangan sang guru dengan penuh takdzim. “Rindu, lama tak berjumpa.” Ujar Azmi dengan nada suara lembut dan juga senyum hangat miliknya yang tidak pernah di perlihatkan kepada orang lain. Allysa memejamkan matanya dengan perasaan sakit dalam dirinya. Azmi tak pernah berkata lembut pada seorang wanita sejauh yang ia tahu, Azmi juga tak pernah tersenyum seperti itu pada wanita jika mereka bukan dari keluarganya.

Diam-diam mencintai dan juga diam-diam terluka itu yang kini Allysa rasakan saat melihat Azmi bersikap seperti itu pada wanita lain.
“Kalian sudah saling kenal?.” Tanya gus Hafied.

“Sudah kyai, dia ini sahabat saya sewaktu berkuliah.” Jawab Azmi.

“Eh? Tapi bukannya nak Rindu ini kuliah di Amerika?.”

Rindu tersenyum kecil kepada gus Hafied. Membuat hati gus Hafied menghangat seketika. “3 tahun saya berkuliah di Rusia dengan Azmi sampai akhirnya saya pindah ke Amerika kyai.”

Gus Hafied menganggukan kepalanya dengan faham. “Kalian sudah saling kenal jadi saya rasa tidak perlu beradabtasi lagi bukan dan ruangan ini sudah di rapihkan?.”

“Sudah kyai tinggal ada beberapa lagi yang bisa saya bereskan sendiri nanti biar Rindu istirahat aja.” Balas Azmi.

“Ya sudah bagaimana kamu saja ya mas. Nanti kalau sudah selesai kalian semua istirahat. Assalamu’alaikum” Ucap gus Hafied yang berbalik pergi dengan senyum yang di berikan untuk para santrinya setelah mengucapkan salam.

RINDUKU [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang