Assalamualaikum...
_______________
Allysa terdiam di dalam kamarnya dengan memandang sebuah foto Azmi yang ia sembunyikan dari orang tuanya. Tatapan nya menyendu kala mengingat bagaimana sosok Azmi yang selama ini ai cintai dalam diam ternyata bisa bersikap lembut seperti itu dengan seorang wanita. “Ya Allah apakah ini jawaban atas apa yang hamba tanyakan kepada Engkau? Bahwa dia bukan jodoh hamba? Tapi apa salah hamba mencintainya? Kenapa sesakit ini?.” Lirih Allysa dengan pelan.Bertahun-tahun Allysa mencintai Azmi dalam diam hingga akhirnya dirinya harus tersakiti karna perjodohan Azmi dengan Annisa di tambah Azmi yang melanjutkan jenjang kuliahnya di luar negri karna mendapatkan beasiswa hingga lulus. Dan kali ini ia kembali harus merasakan sakit padahal baru sebentar ia merasakan kelegaan karna Azmi membatalkan pernikahan dengan Annisa. Allysa terlelap dalam kamarnya dengan memeluk foto Azmi dengan sisa air mata yang sudah mongering dari matanya tak menyadari bahwa orang tuanya kini telah memandang wajahnya dengan perasaan khawatir dan juga bersalah.
“Abi, ummik gak tega lihat Allysa seperti ini.” Lirih ning Aiza dengan mengelus kepala Allysa.“Abipun sama ummik, tapi abi gak bisa melihat salah satu dari mereka tersakiti.” Balas gus Hafied yang membuat ning Aiza faham bagaimana sulitnya posisi keduanya yang tak bisa membiarkan anak-anak mereka tersakiti.
Ning Aiza hanya menganggukan kepalanya kepada suaminya dan berharap semuanya akan baik-baik saja seperti dahulu.
[---]
Azmi duduk sendiri dengan menatap pada satu objek yang menjadi segala kerinduannya selama ini. Dengan senyum terkembang di sudut bibirnya membuat kadar ketampanannya bertambah berkali-kali lipat dari sebelumnya dan itu semua karna Rindu. Sosok yang kini berdiri membelakanginya.
Setahun tak bertemu dan bertegur sapa membuat keduanya sedikit merasakan kecanggungan saat pertemuan mereka yang pertama tapi lagi-lagi kemanjaan Rindu membuat keduanya merasakan kembali ke masa lalu saat sebelum perpisahan itu terjadi. Azmi terus memandangi Rindu dengan senyumannya sedangkan Rindu masih merasa nyaman memandang hamparan bintang dan bulan yang malam ini memanjakan matanya karna ajak dari Azmi.
Rindu tersenyum kemudian berbalik kearah Azmi yang membuat keduanya saling bertatapan dengan tatapan teduh dan kerinduan. Rindu berjalan mendekatkan dirinya kepada Azmi lalu mendudukan tubuhnya di samping Azmi tanpa merasa sungkan seperti yang sering sekali wanita tunjukan di depan Azmi. Azmi melepaskan jaketnya dan menyampirkan jaketnya kepada Rindu yang kini menyandarkan tubuhnya pada kursi taman.
“Aku masih gak nyangka kita di pertemukan kembali setelah hampir setahun lebih gak bertemu apalagi bertegur sapa.” Ujar Rindu yang memulai percakapan diantara keduanya.
“Setelah kepergianmu selama sebulan aku kehilangan segala kontak denganmu di tambah lagi dengan setiap malam aku hanya di temani oleh bayang-bayangmu. Perpisahan itu tidak terlalu menyakitkan hanya saja rasa rindu itu yang membuat kita merasa ingin menyerah Rindu.” Balas Azmi dengan lembut.
“Kamu benar Azmi. Rindu itu yang membuat aku ingin menyerah.” Balas Rindu dengan lirih.
Rindu menundukan kepalanya dan menghembuskan nafasnya dengan pelan namun Azmi menyadarinya. Tanpa menyadari bahwa tak jauh dari tempat mereka duduk ada seorang lelaki yang menatap mereka dengan pandangan sendu dan juga senyum kecil di kedua sudut bibirnya. Azmi berdiri dari duduknya kemudian duduk bersimpuh di hadapan Rindu yang mau tak mau menatap Azmi yang juga menatapnya dengan pandangan teduh dan senyuman manis yang hanya kepada beberapa orang yang membuatnya nyaman. Setelah sekian lama tak bertemu dan bertatap wajah kini Rindu kembali di buat terhipnotis kembali dengan pandangan dan senyum milik Azmi yang membuatnya yang tak bisa mengalihkan tatapan dari Azmi.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINDUKU [NEW VERSION]
Fanfiction[NEW VERSION] Azmi pemuda dengan latar belakang seorang santri mendapatkan beasiswa di salah satu universitas terbaik di Rusia dan bertemu dengan seorang wanita yang juga berasal dari Indonesia hingga keduanya menjalani ikatan persahabatan, hingga a...