NEVER

471 69 14
                                    

Pagi itu, seorang laki-laki bertubuh jangkung berdiri di depan pintu gerbang sekolahnya. Menatap datar sosok di depannya.

"Kenapa diam?" tanya laki-laki jangkung itu, Guanlin.

Lawan bicaranyapun akhirnya membuka mulut, "Kau ingin aku bicara apa sekarang?"

Guanlin tersenyum simpul, laki-laki di depannya ini sungguh tidak dapat ditebak. Jihoon, selalu saja bisa membuatnya kehabisan kata-kata, bahkan hanya dengan tatapannya saja, Guanlin seakan bisa terdiam.

"Aku hanya ingin bertemu."

"Kita akan bertemu nanti di kelas, Ji."

Jihoon tersenyum miring, "Aku yakin kau akan menghindari ku, Guanlin."

"Aku tidak akan melakukannya, tenang saja," jawab Guanlin menyembunyikan rasa gugupnya.

"Oh ya? Kalau begitu tidak masalah kan kita bertemu sekarang?"

"Katakan," perintah Guanlin mutlak.

"A-aku menemuimu hanya ingin meminta maaf perihal keputusan sepihakku kemarin, Guan," Jihoon meremas ujung kemejanya hingga kusut. "A-aku menyesal."

Guanlin menghela nafas berat, "Aku memaafkan mu."

Senyum Jihoon merekah, dia mendapatkan kesempatan yang entah berapa kali dari pria di depannya ini.

"Benarkah?"

"Ya."

"Kalau begitu, bagaimana kalau nanti kita pergi kencan?" ucap Jihoon penuh keyakinan. "Kita pergi nonton film, makan malam, pergi ke taman, dan, ahhh aku punya banyak rencana hari ini."

Guanlin hanya menatap Jihoon yang kini dengan senangnya mengucapkan agenda apa saja yang akan mereka lakukan hari ini. Raut wajahnya yang selalu terlihat menggemaskan apalagi saat dia sedang bersemangat seperti ini, selalu menjadi titik lemah seorang Lai Guanlin.

'Berhenti Jihoon, jangan membuatku susah untuk melupakanmu.'

But why is my heart filling itself with you again


"Jihoon, stop."

"Hm, apa? Kau ingin kita pergi kemana?" tanya Jihoon antusias.

"Tidak kemanapun."

"Ah, kau pasti ingin berdua denganku seharian penuh di rumahmu kan?"

"Ji-"

"Kita bisa kemana pun hari ini, Guan. Karena hari ini aku sedang tidak ada tugas OSIS."

"Aku tidak bisa," Guanlin terdiam. "Melanjutkan hubungan kita."

"Maksudmu?" raut muka Jihoon berubah sendu.

"Ya, aku memaafkanmu. Tapi bukan berarti aku mau untuk menjalani hubungan ini lagi. Aku dan kau sekarang hanyalah sebatas teman, Jihoon. Tolong, ingat itu."

"Tap-"

"Kita sudah selesai, Jihoon."

My own self epilogue, now I end it
I'm going on my way

Guanlin meninggalkan Jihoon setelah mengucapkan kata-kata yang sebenarnya dia sendiri masih berat untuk menyatakannya. Entah kenapa mulutnya selalu tidak pernah selaras dengan hatinya, ia masih mencintai sosok Park Jihoon.

Di atap sekolah ini, tempat dimana dulu ia menyatakan perasaannya pada pemuda manis itu.

"Guanlin ngapain sih kesini? Dingin tau gak!" omel Jihoon. Karena demi apapun, ini musim dingin dan Guanlin membawanya ke atap sekolah dalam keadaan mereka tidak memakai mantel.

Songfiction " Rhapsody In May "Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang