Sarla ~ 07

24 1 0
                                    

Sore ini, mereka akan berkumpul di warung Mpok Mecinta seperti biasanya. Ahh, terasa sudah lama sekali Sarla tidak mampir ke sana.

Sebenarnya, nama aslinya adalah Ibu Aisyah, tapi karena kisah cintanya yang fenomenal menurut Bila, jadi dia memanggilnya Mpok Mecinta dan Bu Aisyah tidak keberatan dengan panggilan itu padanya. Dan lama kelamaan, mereka semua mengikuti Bila untuk memanggil Bu Aisyah dengan sebutan Mpok Mecinta. Agak kurang ajar memang, tapi mau bagaimana lagi? Panggilan itu sudah terasa pas di hati, apalagi Bu Aisyah juga mengizinkan

Biasanya, Sarla dan Rendra akan berangkat menggunakan sepeda masing-masing. Tapi, berhubung beberapa minggu lalu Sarla meninggalkan sepedanya di jalan, otomatis Sarla tidak punya sepeda lagi sekarang. Nyonya Mira dan Tuan Yuda belum mengetahui hal ini karena mereka terlalu sibuk. Jika mereka tau, sudah dipastikan Sarla sudah mendapat sepeda baru.

Sarla duduk pada frame sepeda, dan ini mengingatkannya pada hari itu. Hari di mana orang tuanya dikabarkan meninggal. Ahh, perasaan itu kembali lagi, rasanya seperti hati Sarla tercubit. Dia tersenyum kecut.

Yahh walau diakui Sarla, dia sangat suka berada dalam posisi ini bersama Rendra membuatnya merona. Namun ada sisi lain yang membuat Sarla membenci ini juga.

Mungkin kalian bertanya, Sarla dan Rendra yang berstatus orang terpandang mengapa lebih memilih sepeda? Tidak memilih menaiki motor atau mobil agar lebih keren saat berjalan-jalan? Dan semua teman mereka juga seperti itu, termasuk Tina sekarang. Karena wanita itu sedikit banyak sudah tau mengenai mereka. Alasannya sederhana saja, untuk berolahraga. Mereka ingin sehat dan sama-sama hobi menaiki sepeda. Sebuah kebetulan bukan? Memiliki kesamaan seperti itu tidak terlalu merepotkan, setidaknya mereka terlihat sama. Lagipula hanya menuju taman saja tidak ada salahnya memilih sepeda

Memiliki kesederajatan dan kesederhanaan pada diri masing-masing. Bahkan mereka tidak malu lebih memilih warung pinggir jalan daripada restoran atau kafe mahal

Sarla dan Rendra sampai pada tempat di mana mereka biasa memarkirkan sepeda. Terlihat empat sepeda yang familiar terparkir di sana. Tempat itu tidak terlalu jauh dari warung, membuat mereka takkan melihat Sarla dibonceng oleh Rendra

Sarla berlari, berbeda jauh dengan Rendra yang malah berjalan sangat santai. Ugh, terkadang Sarla merutuki dirinya yang memuji Rendra dalam hati.

Habis, mau bagaimana lagi? Dia sudah tampan, keren, kaya dan ditambah sikap dingin itu terasa sangat cocok berada dalam diri seorang Rendra Argifan Dellos

Saat Sarla sampai, dia melihat warung tak terlalu ramai. Teman-temannya duduk di pojok seperti biasanya, tampak sedang mengobrol tanpa peduli dengan keadaan sekitar. Farsya tak terlihat? Ahh ya, Sarla baru ingat. Di luar, sepeda hanya ada empat, artinya satu orang tidak ada dan dia adalah Farsya

"Nah itu mereka!" ucap Bila seraya menunjuk Sarla

Dia heboh seperti biasanya. Yang lain ikut menatap Sarla, dan Rendra yang kini sudah berada di sisinya.

Rendra mengangkat sebelah alisnya menatap Bila yang begitu antusias. Ck, sudah bertahun-tahun bersahabat tapi Rendra terlihat belum juga beradaptasi. Tapi sialnya, bukan itu yang ada di pikiran Sarla, gadis itu malah menatap Rendra yang .... ahh, semakin tampan saja!

"Rendra tuh, lama!" ucap Sarla seraya berjalan mendekati mereka

Rendra hanya mengangkat bahu mendengar ucapan Sarla, lagi pula memang benar. Rendra selalu memperhatikan penampilannya, membuatnya bersiap sedikit lebih lama

Mereka duduk

"Mesen yu, laper nih" ucap Bila memelas

Sarla terkekeh

SarlaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang