Sarla ~ 10

17 1 0
                                    

"Sssshh, pelan-pelan dong! Sakit tau! Aww" jerit Sarla

Bukannya semakin pelan, Rendra malah menekan semakin kuat luka Sarla dengan kapas yang sudah diberi antiseptik. Rendra menutup luka tersebut dengan plester kemudian duduk di sisi Sarla.

Kebetulan, tak jauh dari tempat Sarla jatuh ada sebuah kursi panjang dan Rendra menggendongnya sampai sana. Segera dia mencari apotek terdekat, dan disinilah dia sekarang. Setelah mengobati luka Sarla dia duduk dengan tenang

Sarla meliriknya sesekali, merasa bersalah karena dia terlalu banyak merepotkan. Apa yang Rendra katakan tadi memang benar, Sarla jadi merasa tak enak

"Emh .. Dra?"

Rendra hanya diam, melirik juga tidak! Sepertinya dia tuli_-

"Dra, maaf ya aku nyusahin"

Rendra masih diam, dia enggan menjawab. Setelah beberapa saat, dia berdiri

"Eh, mau kemana?" tanya Sarla

Rendra tak menjawab, dia melenggang pergi melewati Sarla membuat wanita itu heran. Rendra takkan meninggalkannya di sini kan?

"Rendra!!!!" Sarla berteriak

Percuma! Dia diacuhkan!

Sarla mendengus, tapi matanya mengikuti Rendra. Masih penasaran, apa yang akan dia lakukan

Sarla tersenyum, ternyata Rendra kembali ke tempat dimana Sarla jatuh. Dia berjongkok, Sarla tak dapat melihat apa yang Rendra lakukan, tapi dia yakin, Rendra memunguti belanjaannya dan membawa sepeda mereka kembali

Rasanya Sarla ingin menangis, dia terharu. Rendra memang dingin, tapi dia orang yang baik. Rendra memang terkesan tak peduli, tapi dia cukup perhatian. Semua yang dia lakukan tidak perlu dijelaskan dengan kata-kata, Sarla tahu dia tak seburuk itu

Meski dia memang selalu bingung atas perbuatan Rendra, yang setelah dipuji malah melakukan hal menyebalkan membuat dia menarik kembali ucapannya, namun setelah itu dia akan kembali berbuat sesuatu yang membuat Sarla ingin memujinya.

Sarla masih tak mengerti dengan semua yang Rendra lakukan, sikapnya membuat Sarla berkali-kali menarik ucapannya. Tak bisa konsisten dengan kelakuan Rendra yang harus dipuji atau dicibir. Entahlah, dia hanya merasa bahwa Rendra itu ....

Tiiiid tiiid

Sarla mengerjap, lamunannya buyar saat klakson mobil itu berbunyi nyaring. Sarla menatap sumber suara, itu mobil Dava. Terlihat dia tersenyum cerah kemudian turun dari mobil disusul Vidarsya.

"Oi" sapanya riang seraya melambaikan tangan

Vidarsya hanya tersenyum di sebelahnya.

Setengah berlari, mereka menghampiri Sarla

"Ngapain malem-malem gini sendirian? Gak takut digodain om-om lo?"

Sarla mendengus, Dava memang si otak mesum menyebalkan

"Aku yang harusnya nanya kamu, ngapain malem-malem berduaan sama Vidarsya? Mau di sodomi ya?" Sarla memberi Dava tatapan menuduh dengan telunjuk yang mengarah ke wajah Dava

Vidarsya hanya tertawa lembut mencermati setiap kalimat yang terucap dari bibir kedua orang yang dia sayangi

"Enak aja lo, gue gak mungkin tega sama yayang vivi"

Mendengar itu, Vidarsya langsung memukul bahu Dava. Membuat lelaki itu terkekeh

"Jiji banget" Sarla menimpali

Rendra datang dengan membawa dua sepeda yang di handle-bar nya tergantung kantung belanja Sarla

"Nah lo! Lo juga berduaan sama si Rendra malem-malem gini"

SarlaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang