Sarla ~ 09

17 0 0
                                    

Jalanan terlihat begitu ramai meskipun gelap sudah menyapa. Di sana, Sarla duduk diatas frame sepeda dalam kungkungan Rendra. Sebenarnya mereka hendak menuju mall setelah pulang dari warung Mpok Mecinta, memang tidak lucu jika menggunakan sepeda ke tempat seperti itu. Tapi mau bagaimana lagi? Sarla harus segera membeli sepeda dan beberapa celana training dengan kaos atau Rendra akan kerepotan untuk hari-hari selanjutnya. Lagipula jika Rendra membawa mobil, dia malas menyimpan sepeda baru Sarla

Sarla, raut wajahnya begitu ceria, pipinya merona dan bibirnya nyaris tak berhenti tersenyum. Sejak tadi pulang dari taman, tak henti hentinya dia memasang ekspresi bahagia. Sebenarnya Rendra menyadari hal tersebut, dia penasaran tapi enggan untuk bertanya. Toh nanti Sarla pasti akan menceritakannya

"Dra .." panggil Sarla

Tuh kan, Sarla sudah pasti akan menceritakan semua pada Rendra saat ini

Rendra tak menjawab, masih fokus mengayuh sepedanya dan menatap jalanan di sana

"Dra, tadi aku ketemu cowok loh"

Deg!

Sial sial sial!

Mendadak, Rendra ingat tentang seorang pria yang mendekati Sarla di taman. Jika dipikir-pikir semuanya masuk akal dan berhubungan. Ya, Rendra tau pasti karena lelaki itu Sarla menjadi seperti ini

Entah kenapa, rasa kesal menggelayuti hati Rendra. Tanpa sadar dia menggenggam erat handlebar-nya seolah emosi yang tengah merajai hatinya dapat tersalurkan

"Namanya Vee, pengusaha muda, ganteng lagi"

Sarla cekikikan dengan ucapannya sendiri, tidak dosa kan membicarakan kelebihan orang lain? Toh Vee memang tampan

"Berisik lo" ucap Rendra tajam

Sarla berdecih, Rendra itu bagaimana sih? Biasanya Sarla curhat dikacangin, lah ini sekalinya dia nyaut malah minta di tabok! Hilang sudah kebahagiaannya

"Kamu nyebelin" dia berdecak

"Bodo! Lo ganggu konsentrasi"

"Iya iya ini diem"

Sarla bergumam malas. Dia heran, Rendra itu tabiat nya luar biasa. Sampe pengen jedotin di aspal! Untung ganteng

Akhirnya mereka sampai di depan mall yang cukup terang dan ramai. Yahh setidaknya tampilan Sarla tidak terlalu buruk dengan jeans putih sepaha dan gaun santai berlengan pendek nya, meski jujur wanita itu tengah menahan hawa dingin yang menyentuh kulitnya.

Sarla memeluk dirinya sendiri dan menggesekkan kakinya untuk mengusir hawa dingin, setelah turun dari frame sambil menunggu Rendra memarkirkan sepedanya. Sarla menatap mall yang besar dan tinggi, apa tidak apa-apa jika dia hanya berpenampilan seperti ini? Rambutnya saja yang diikat sudah terlihat sangat kusut, bagaimana jika orang-orang menatapnya aneh?

Tanpa sepatah katapun, Rendra melenggang melewati Sarla yang tengah termenung tanpa mau repot-repot mengajaknya masuk ke dalam mall. Sarla mengerjap, menyadari bahwa sahabatnya sudah berada di depan sana membuatnya berdecak kemudian berlari

Sarla mencoba mensejajarkan langkahnya dengan Rendra meski napasnya kian menderu karena langkah Rendra yang terkesan lebar

"Dra, pelan-pelan dong aku cape" Sarla mengeluh

Namun, Rendra sepertinya tak ada niatan sedikitpun untuk membalas. Sarla dapat melihat tatapan Rendra begitu tajam dan rahangnya yang mengeras

"Kamu kayak orang kesurupan jalannya!"

Lagi, Sarla diabaikan. Dia menghela napas, memang saat bersama Rendra dia harus memiliki stok kesabaran yang lebih

"Rendra gak usah cepet-cepet"

SarlaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang